in

Sering Diikuti, Inilah 4 Lomba Agustusan yang Ternyata Punya Kisah Sedih di Baliknya

Namanya Agustusan tentu tak akan meriah tanpa adanya lomba yang selalu bikin ceria. Ya mulai dari panjat pinang hingga makan kerupuk selalu identik diadakan. Tanpa lomba-lomba tersebut ibaratnya seperti masakan tanpa garam. Bahkan di zaman yang maju ini lomba-lomba khas Indonesia itu masih banyak ditemui.

Masih soal lomba, jika menengok ke belakang ternyata ada kisah lumayan sedih di baliknya. Ya beberapa lomba memang jadi simbol perjuangan berat dan merana melawan para penjajah. Bukan hanya untuk hiburan namun wujud dari kebebasan. Lalu lomba apa saja itu? Simak ulasan berikut.

Lomba panjat pinang kisah dulu ngenes

Di setiap acara Agustusan pasti selalu ada lomba yang satu ini, bahkan jadi ciri khas tersendiri. Ya apalagi kalau bukan lomba panjat pinang. Dengan sebuah bambu dilumuri oleh oli, setiap peserta dulu ditantang untuk terus memanjat ke atas baik secara kerja sama atau individu untuk mendapatkan hadiah. Namun siapa sangka ada kisah sedih di baliknya loh.

Panjat pinang [sumber gambar]
Seperti yang dilansir dari Liputan 6, panjat pinang dulu diperuntukkan untuk pribumi karena orang Belanda tak mau diinjak-injak dan berkotor-kotor. Alhasil ketika melihat orang Indonesia melakukannya mereka tertawa ria. Eits itu dulu, sekarang Indonesia sudah merdeka dan panjat pinang bukan lagi berarti negatif justru mengajarkan orang Indonesia saling bekerja sama pantang menyerah.

Tarik tambang simbol dari kerja berat orang zaman dulu?

Sampai saat ini lomba tarik tambang juga salah satu yang favorit diadakan. Bagaimana tidak, melihat keseruan antara tim yang saling menarik tambang dan membuat lawannya terjatuh jadi sebuah hiburan tersendiri. Namun demikian ternyata juga ada kisah sedih dibalik lomba Agustusan yang satu ini.

Tarik Tambang [sumber gambar]
Pasalnya, dilansir dari Liputan 6 kalau tarik tambang identik dengan kerja berat yang dilakukan orang pribumi pada zaman dahulu. Kurangnya hiburan akhirnya membuat para pekerja mencari kesenangan tersendiri dan jadilah tarik tambang. Namun demikian, kini tarik tambang berubah jadi hal yang positif karena melambangkan semangat pantang mundur.

Lomba makan kerupuk yang diidentikan dengan kemiskinan

Mungkin hanya di negara kita yang merayakan lomba maka kerupuk. Bagaimana tidak, dengan keadaan tangan tak boleh menyentuh kerupuk yang terikat di atas kepala membuat sebuah keseruan. Tak mudah untuk memenangkannya butuh konsentrasi dan kesabaran ekstra. Tetapi ternyata lomba ini juga punya cerita tersendiri dan dihubungkan dengan kejadian pada masa penjajahan.

Makan kerupuk [sumber gambar]
Tepatnya kurangnya pangan zaman dulu membuat Indonesia sempat mengalami merana. Oleh sebab itu kerupuklah yang yang dipilih jadi makanan yang harus diperlombakan. Bukan sebagai olok-olok namun jadi sebuah pengingat perjuangan di masa lalu. Sekaligus mengajarkan akan kesabaran dan pantang menyerah bagi yang mengikutinya.

Balap karung dan keadaan Indonesia zaman dulu

Nah yang terakhir adalah lomba balap karung yang jadi salah satu agenda wajib pula. Dengan kali yang mesti menggunakan goni, para peserta harus mencapai garis finish dengan keadaan meloncat-loncat. Tentunya banyak kejadian kocak yang menanti, semisal saling bertabrakan hingga terjatuh.

balap karung [sumber gambar]
Namun ternyata lomba ini sendiri juga dihubungkan dengan keadaan di masa lalu loh. Ya goni memang identik dengan pakaian pribumi dulu yang kekurangan bahan sandang. Oleh sebab itu mau tidak mau karung goni pun dipakai. Nah setelah kemerdekaan, maka masyarakat menginjak-injak goni sebagai wujud dari kebebasan.

Siapa sangka kalau perlombaan yang sering dilaksanakan itu erat hubungannya dengan keadaan masa lalu. Dan kebanyakan menjadi simbol dari sebuah kebebasan. Bahkan lama kelamaan lomba-lomba tersebut memberi nilai positif sendiri semisal mengajarkan rasa pantang menyerah dan kerja sama.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

Ada Sejak Puluhan Tahun Lalu, Ini 4 Kuliner Legendaris Malang yang Jadi Saksi Sejarah

Imut-imut Hingga Cantiknya Selangit, Begini 12 Potret Transformasi Tasya Si Anak Gembala