in

Bunga Kimilsungia, Simbol Persahabatan Korea Utara dan Indonesia yang Dibangun Sukarno

Sejarah mencatat bahwa Presiden Sukarno memiliki banyak hubungan akrab dengan para pemimpin dunia. Baik dari Blok Barat dan Timur, semua dirangkul tanpa dibeda-bedakan. Termasuk dengan presiden Korea Utara, Kim Il-sung. Persahabatan antar kedua negara itu di kemudian hari diabadikan dalam sebuah nama yang bernama Kimilsungia.

Kimilsungia sendiri pada awalnya merupakan sebuah tanaman anggrek hasil persilangan yang dikira Sukarno belum diberi nama. Karena Kim Il-sung langsung kepincut saat pertama kali melihat bunga tersebut di Kebun Istana Bogor, Bung besar pun langsung memilihkan nama yang cocok.

Sempat diberi nama anak dari sang botanis

Kim Il-sung terpesona dengan anggrek yang telah diberi nama Dendrobium Clara Bunt [sumber gambar]
Kimilsungia yang dikira Sukarno belum memiliki nama, ternyata telah dinamai dengan sebutan, Dendrobium Clara Bunt, anak dari botanis keturunan Jerman C.L. Bundt yang menyilangkan bunga tersebut di laboratorium penyilangan Makassar. Dendrobium Clara Bunt bahkan telah didaftarkan ke Royal Horticultural Society pada tahun 1964. Sukarno sendiri berniat menghadiahkan bunga tersebut pada Kim Il-sung.

Anggrek hasil persilangan yang diberi nama Kimilsungia

Momen saat Sukarno menyerahkan spesies bunga anggrek yang diberi nama Kimilsungia [sumber gambar]
Nama Kimilsungia kemudian dipilih yang merupakan perpaduan antara Kim Il-sung dengan Indonesia. Pemberian tersebut sempat ditolak namun Sukarno berhasil meyakinkan kakek dari Kim Jong-un itu untuk menerimanya. Ia juga berjanji akan meningkatkan teknik budidayanya agar Kimilsungia bisa dikembangbiakkan di Korea Utara. Sayang, niat baik tersebut sempat terhambat lantaran peristiwa G-30S pada 1965.

Contoh bunga dikirim ke Korea Utara dan dikembangkan di sana

Bunga Anggrek Kimilsungia [sumber gambar]
Sebagai gantinya, Bunt kembali menyilangkan spesies anggrek asli Indonesia lainnya, yakni endrobium Ale ale Kai (induk betina) dan Dendrobium Lady Constance (induk jantan). Bibit tersebut kemudian dikirimkan ke Korea Utara pada tahun 1975. Dalam The Hidden People of North Korea, Ralph Hassig dan Kongdan Oh menuliskan bahwa bibit tersebut dikembangbiakkan di seluruh penjuru Korea Utara.

Festival bunga Kimilsungia diadakan setiap tahun

Festival Kimilsungia dan foto Sukarno saat menyerahkan bunga pada Kim Il-sung [sumber gambar]
Putra Sukarno, Guntur Sukarnoputra, kemudian mendaftarkan Kimilsungia ke Royal Holticultural Society dengan nama Dendrobium Kimilsungia pada tahun 1982. Bunga yang telah menyebar luas di Korea Utara di medio 1970-an itu, kemudian dijadikan sebagai festival bunga Kimilsungia dan Kimjongilia sejak tahun 1999. Perwakilan dari Indonesia selalu diundang dan menjadi tamu kehormatan.

Bunga yang kemudian menjadi simbol persahabatan kedua negara

Kim Il-sung bersama Sukarno saat melakukan kunjungan balasan ke Indonesia [sumber gambar]
Selain Kimilsungia, ada pula Kimilsungia yang dikembangkan oleh botanis asal Jepang yang diserahkan pada salah satu putra Kim Il-sung, Kim Jong-il pada 1998. Bunga-bunga tersebut kini menjadi bagian penting dari sejarah dan bukti keharmonisan antara Indonesia dan Korea Utara, lewat persahabatan yang dilakukan oleh Sukarno dan Kim Il-sung.

BACA JUGA: 4 Persamaan Antara Sukarno dan Fidel Castro yang Membuat Mereka Ditakuti AS

Persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara tetap terjalin dengan baik hingga saat ini. Pada tahun 2011 silam, pemerintah Korea Utara meresmikan monumen peringatan 46 tahun penyerahan bunga Kimilsungia di Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor, sebagai bentuk apresiasi atas kedekatan kedua pemimpin masing-masing di masa lalu.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

10 Potret Kamagasaki, Kota Gembel di Jepang yang Sengaja Dihapus dari Peta karena Kumuh

Kisah Sukitman, Polisi yang Lolos dari Maut Saat Dibawa Cakrabirawa Pada Peristiwa G30S/PKI