in

Dari Cedera Hingga Kematian, Beginilah Bahayanya Bermain Tarkam untuk Pesepakbola

Tarkam atau pertandingan antar kampung dewasa ini menjadi salah satu kompetisi yang banyak digemari oleh pemain Indonesia. Uang yang melimpah dan juga berbagai bonus yang diberikan menjadikannya tetap tumbuh subur. Tarkam sendiri mulai buming saat pemberentian Liga tahun 2011 sampai 2012 lalu. Mereka yang melakukan hal ini pada umumnya mencari uang tambahan lantaran tidak digaji klub lagi.

Meski menyimpan banyak keuntungan bermain di kompetisi ini, tarkam juga menyimpan bahaya yang sangat menakutkan. Salah satunya adalah risiko kematian yang siap mengintai para pemain yang bermain di sini. Tidak adanya SOP dalam menyelenggarakan kejuaraan antar kampung menjadi alasan, kenapa keselamatan sangat rendah di kompetisi ini. Beberapa hal ini juga menunjukkan bagaimana berbahayanya tarkam untuk pemain.

Setiap pemain sepak bola tidak akan mendapatkan asurasi cedera

Cedera [Sumber Gambar]
Cedera menjadi salah satu momok yang sering menghantui pesepak bola. Meski menjadi suatu menakutkan di olahraga ini, namun apabila bermain di tarkam hal tersebut kurang diperhatikan. Bahkan kesebelasan yang berlaga tidak membawa petugas medis yang dapat merawat pemain. Kondisi ini pastinya menjadi suatu yang sangat berbahaya, lantaran tubuh menjadi hal paling berharga untuk para atlet bola. Banyak pemain profesional Indonesia harus mengalami cedera parah saat bermain di tarkam.

Rawan bentrok antar pemain sepak bola di tengah laga

Permainan keras [Sumber Gambar]
Pertandingan keras merebutkan kemenangan menjadi keseruan saat menonton pertandingan tarkam. Tapi tensi panas ini sering menjadi boomerang untuk jalanannya pertandingan. Lantaran saking kerasnya saat merebutkan gelar juara, mereka sangat gambang untuk terpancing emosi. Hal ini menjadikan permainan ngotot dan menjurus kasar tidak bisa dihindari. Dengan keadaan ini membuat para pemain kedua kesebelasan sangat rawan sekali untuk bentrok. Apabila hal ini terjadi akan sangat merugikan pemain lantaran harus mengalami kerugian fisik.

Keributan pemain melawan suporter mudah terjadi

Bentrokan [Sumber Gambar]
Tidak adanya tempat pertandingan yang miliki tribun penonton menjadikan para penonton tarkam sangat dekat dengan lapangan. Dengan jarak yang berdekat ini menjadikan pemain sangat rawan untuk bergesekan dengan suporter. Ditambah lagi tensi panas pertandingan menjadikan pendukung tim tarkam sering sekali melakukan provokasi. Apabila para pemain tidak mampu menjaga diri pertarungan antar mereka dipastikan tidak bisa terhindarkan. Petugas keamanan yang minim menjadikan sepak bola tarkam sangat berbahaya untuk pesepakbola yang harus alami bentrok. Seperti kasus Noh Alamsyah yang harus bonyok oleh tangan penonton saat bermain tournament tarkam di daerah Kediri.

Tidak adanya medis menjadikan kematian begitu dekat

Pemain Meninggal [Sumber Gambar]
Selain dibanyangi-bayangi masalah cedera derita lain bermain tarkam adalah kematian. Seperti nasib nahas yang pernah dialami pemain kesebelasan karyawan PTBA. Lantaran kecapekan di tengah laga dan beberapa kontak fisik dengan pemain lawan, pesepakbola 49 tahun ini harus meninggal dunia. Tidak adanya  perawatan medis yang cepat serta tepat menjadi alasan kenapa nyawa Monang Siantru tidak tertolong. Sebagai olahraga yang sering memunculkan kontak fisik petugas medis menjadi barang yang penting di olahraga ini. Namun sayang, meski terbilang kompetisi amatir hal ini masih belum dipandang penting di pertandingan-pertandingan antar kampung. Jangan sampai niat mencari uang berujung kematian.

Menurunkan kualitas pemain sepak bola

Penurunan Kualitas [Sumber Gambar]
Sebagai pertandingan amatir membuat tarkam bukanlah kompetisi yang memenuhi standar. Pertandingan yang dihelatnya hanya memenuhi beberapa kulalifikasi kompetisi saja. Kondisi inilah yang menjadikan hiburan masyarakat ini dapat menjadi ancaman untuk kualitas pemain. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemain harus turun performanya saat bermain di pertandingan antar kampung tersebut. Seperti yang pernah dirasakan oleh Saktiawan Sinaga yang kemampuannya kini terus alami penurunan. Padahal ia dulu adalah langganan bermain di Timnas.

Tarkam pastinya bukan kompetisi yang dilarang untuk di ikuti pemain. Lantaran pertandingan antar kampung inilah banyak pemain bola tetap mampu bertahan dari kehidupan. Namun meski bukan suatu yang haram dilakukan tetap diperlukan standar kompetisi agar keselamatan pemain dapat terjaga. Jangan sampai hiburan murah di Indonesia ini menjadi duka untuk keluarga pesepak bola.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

Pemain Selalu Dicinta, Beginilah Kisah Hebat Ronaldinho yang Tak Pernah Punya Musuh

Melihat Lagi Gabriel Batistuta, Sang Penyerang Hebat yang Berjuang Melawan Kelumpuhan