Beberapa hari ini warganet dan orang Indonesia tengah dihebohkan dengan aksi pelukan Jokowi dengan Prabowo. Bagaikan air, kejadian tersebut bisa dibilang menjadi pendingin yang ampuh dari tensi panas yang kerap muncul di antara oknum pendukung mereka. Dalam momen paling epic di Asian Games 2018 itu, nama Hanifan Yudani bisa dikatakan menjadi sosok utama dari terciptanya peristiwa langka tersebut.
Pesilat yang saat itu berhasil mendapatkan emas di kelas C 55-60 kg meluapkan kegembiraannya dengan mendatangi kedua orang penting tersebut. Lalu, tanpa rasa canggung Hanifan langsung saja memeluk Prabowo berserta Jokowi. Kendati ada sedikit rasa spontan dalam melakukannya, namun ia mengaku mempunyai alasan tersendiri saat menciptakan momen besar tersebut. Seperti apakah itu? Untuk mengetahuinya simak ulasan berikut ini.
Spontanitas, ingin menunjukkan apabila Jokowi dan Prabowo tidak ada apa-apa
https://www.youtube.com/watch?v=0p4O75frFKw
Seperti halnya ada kebakaran, ada api, apa yang dilakukan Hanifan dengan memeluk Jokowi dan Prabowo rupanya juga menyimpan sebuah alasan yang positif. Ya, meski spontanitas yang pertama menggerakannya, namun keinginan menunjukkan hubungan kedua orang tersebut sebenarnya baik-baik saja kepada khalayak adalah yang utama. Melansir laman Viva, “Ini menunjukkan Presiden dan Pak Prabowo tidak ada apa-apa. Indonesia cinta damai,” kata Hanifan. Sebagai orang Indonesia yang kerap melihat perseteruan antara pendukung kedua orang tersebut, apa yang dilakukan pesilat berambut kuning bisa dibilang adalah hal yang bagus. Pasalnya, bisa menurunkan tensi panas jelang Pilihan Presiden 2019 nanti.
Berawal dari keinginannya melihat bangsa ini menghargai satu sama lain
Ketika berpelukan Jokowi dan Prabowo ucapakan hal ini kepada Hanifan
Sebelum menciptakan momen epic, Hanifan harus bersusah payah rebut emas
Dari Hanifan kita bisa belajar apabila olahraga bukan hanya perkara menang atau kalah saja. Lebih dari itu, ada nilai sportifitas yang bisa digunakan untuk berbagai hal positif di kehidupan. Besar harapan apabila ke depan momentum semacam ini dapat bertambah banyak jumlah dan perseteruan antara kubu A atau B di Indonesia semakin turun intensitasnya.