in

Marsinah, Sosok Wanita yang Tewas Dibunuh Negara Karena Meminta Keadilan Untuk Para Buruh

Dikenal sebagai ikon pegiat hak-hak buruh Indonesia, Marsinah menjadi sosok yang paling dikenang pada setiap peringatan hari buruh nasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei. Sebagai aktivis wanita yang juga pekerja pada sebuah perusahaan, dirinya termasuk aktif menyuarakan suara buruh yang sering diabaikan oleh penguasa Orde Baru pada saat itu.

Tak hanya sekedar memperjuangakan hak-hak rekan seporfesinya, Marsinah juga dikenal aktif dalam pertemuan dan mewakili suara para buruh untuk menentang ketidakadilan. Hingga akhirnya, wanita kelahiran 10 April 1969 itu meregang nyawa di tangan aparat keamanan karena ulahnya dianggap membahayakan kepentingan kelompok tertentu. Ironis memang. Seperti apa kisah hidup dan perjuangannya? Simak ulasan berikut.

Berawal dari keputusan Gubernur Jawa Timur tentang kesejahteraan para buruh

Berawal dari keputusan dari gedung gubernur Jawa Timur [sumber gambar]
Surat edaran No. 50/Th. 1992 yang diterbitkan pada awal tahun 1993, menjadi awal petaka bagi Marsinah dan kawan-kawannya. Surat tersebut berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Karena tidak ditanggapi dengan baik oleh PT. Catur Putera Surya (PT. CPS), karyawannya pun memutuskan berunjuk rasa pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Termasuk Marsinah. Kamu berani enggak demo kayak Marsinah Saboom?

Tuntutan karyawan yang berbuah petaka

Ilustrasi tuntutan buruh [sumber gambar]
Dalam demo karyawan itu, mereka menuntut kenaikan upah dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250 sesuai dengan surat edaran yang ada. Marsinah menjadi otak sekaligus penggerak massa yang selalu aktif pada acara rapat yang membahas rencana unjuk rasa tersebut. Total, ada 12 tuntutan yang diajukan oleh para buruh. Alhsil, para buruh pun melakukan mogok kerja dan memilih ikut berdemo bersama dengan Marsinah. Saking besarnya gerakan massa yang ada, Koramil setempat sampai harus ikut turun tangan mengatasi unjuk rasa itu.

Aksi unjuk rasa yang berbuah kematian

Ilustrasi unjuk rasa [sumber gambar]
Tercatat, Marsinah memulai aksi unjuk rasanya pada tanggal 2, 3, 4 hingga 5 Mei 1993. Tanpa sepengetahuan Marsinah, ke-13 rekannya ditangkap dan dibawa ke markas Kodim Sidoarjo. Mereka dipaksa mengakui kesalahannya dalam aksi unjuk rasa dan diminta undur diri dari PT. CPS. Mendengan rekannya ditangkap, Marsinah pun berinisiatif mendatangi Kodim dan menanyakan kondisi teman-temannya. Tak lama setelah peristiwa itu, Marsinah pun dinyatakan hilang pada pukul 10 malam. Keberadaanya tak diketahui sejak tanggal 6 dan 7. Hingga pada akhirnya, ia telah ditemukan menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993 di kawasan hutan dusun Jegong, desa Wilangan dengan sejumlah tanda bekas penyiksaan. Miris ya Saboom.

Rekayasa kasus hukum Marsinah

Kasus hukumnya yang masih misterius [sumber gambar]
Tak menunggu lama, Kapolda Jatim membentuk Tim Terpadu yang beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya. Mereka akhirnya menangkap 10 orang yang diduga menjadi pelaku. Salah seorang yang terlibat bahkan dicurigai sebagai anggota TNI. Setelah diperiksa secara mendalam, akhirnya Yudi Susanto sebagai pemilik pabrik dihukum 17 tahun penjara. Staff lain yang disinyalir ikut terlibat, dikenai hukuman empat hingga 12 tahun kurungan. Namun sayang, mereka akhirnya dibebaskan secara murni setelah mengajukan banding di tingkat kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Perjuangannya dikenang masyarakat luas hingga saat ini

Dikenang oleh masyarakat Indonesia [sumber gambar]
Kasus kematian yang menimpa Marsinah, menjadi sebuah catatan penting bagi Organisasi Buruh Internasional (ILO). Kepergian dirinya karena tindakan brutal aparat negara, membuahkan sebuah penghargaan Yap Thiam Hien dan diberikan di tahun yang sama. Sosok wanita yang merupakan karyawan pabrik pembuatan jam tangan sekaligus aktivis buruh tersebut, meninggal pada usia 24 tahun di tangan rezim penguasa Orde Baru. Hingga kini, namanya sering didengungkan saat peringatan hari buruh tiba. Menjadi sebuah penanda sejarah kelam. Tentang buruh yang harus merelakan nyawanya demi sebuah hak yang tidak terpenuhi.

Hingga kini, kematian Marsinah masih diselimuti oleh misteri yang belum terpecahkan. Meski demikian, sosoknya kini menjadi tonggak kebangkitan para buruh untuk menuntut hak mereka. Semoga pada hari buruh selanjutnya, tak ada lagi kasus Marsinah kedua yang harus meregang nyawa karena tak memperoleh keadilan dari penguasa.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Bukan Artis, Gaya Hidup Super Mewah 5 Anak Pengusaha Kaya Ini Sanggup Bikin Meringis

Sering Jadi Kebiasaan, Inilah Bahaya di Balik Nyamannya Mengucek Mata Menggunakan Tangan