in

Bukan Titik Nol Merauke, Inilah Perbatasan Ujung Indonesia yang Dilupakan Pemerintah

Dari dulu kita hanya tau lagu dari Sabang sampai Merauke, yang secara tidak langsung mengajarkan perbatasan paling barat dan timur Indonesia. Tapi taukah kamu jika lagu tersebut tidak sepenuhnya benar, karena perbatasan Indonesia bukanlah daerah tersebut. Untuk paling barat, ada Pulau Rondo, yang merupakan pulau terluar paling ujung setelah pulau Weh. Pulau ini berbatasan langsung dengan India dan menjadi jalur pelayaran Internasional.

Sedangkan di ujung timur ada pulau Kondo, yang lebih jauh dari Merauke yang kita kenal selama ini. Kamu pasti belum pernah mendengar nama Pulau Kondo ini, karena memang pulau ini sudah hampir dilupakan oleh pemerintah. Pulau Kondo hanya terkenal bagi beberapa orang yang sudah lama meninggali Merauke. Seperti apa sih penampakan pulau ini? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

Berbatasan langsung dengan Papua Nugini, 70 KM selatan Merauke

Tugu perbatasan Indonesia-Papua Nugini [Sumber gambar]
Saat disebutkan nama Kondo pasti asing sekali di telinga. Iya, kampung ini seolah hanya milik mereka yang ada di Papua saja, namanya sama sekali tak familiar bagi warga Indonesia. Kondo berbatasan langsung dengan Papua Nugini, 70 KM ke selatan dari Merauke. Kampung ini merupakan titik paling ujung bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yah, secara administrative, Kondo memang masuk ke dalam Merauke, tapi rasanya belum sah kalau hanya menginjakkan kaki di titik nol Merauke dan berfoto di tugu Sota saja.

Daerah tertinggal yang dilupakan pemerintah

Suku Asli Merauke [Sumber gambar]
Jangan ditanya mengapa warga masyarakat Papua banyak dihuni oleh penduduk yang tertingal? Jawabannya pasti hanya satu, karena akses daerah yang jauh dan sulit. Jika dilihat dari peradaban, Kondo sangat jauh dari kata modern. Kampung ini masih ditinggali oleh Suku Marind, penduduk asli Kondo. Mereka menjadi warga yang terisolir, jalan darat juga belum bisa dibuka karena banyaknya tempat yang sakral untuk dilewati. Untuk membuka jalan tersebut dibutuhkan izin dari para tetua kampung. Makanya, tidak heran walaupun terpencil harga barang di kampung Kondo melangit dan sangat mahal.

Dijaga ketat karena rawan keamanannya

Tentara Perbatasan RI-Papua Nugini [Sumber gambar]
Karena berbatasan langsung dengan Papua Nugini, pastinya kampung kondo ini rawan keamanannya, ada kelompok yang menamai diri mereka sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang memicu perang pengkhianatan. Karena hal tersebutlah ada sekitar 20 pos keamanan TNI yang dimulai dari Kondo hingga Bupul, jika dihitung jaraknya sekitar 500 KM. keberadaan pos ini memang menimbulkan rasa aman bagi warga, namun hal tersebut juga nampaknya tidak memberikan rasa merdeka dan bebas kepada masyarakat yang dekat dengan perbatasan. Beberapa kali ada warga yang mengeluh jika untuk bepergian saja mereka harus melapor ke setiap pos yang dilalui. Ribet juga kan?

Sempat tak diperhatikan, namun kemudian kembali dilirik

Sosialisasi oleh Bupati Merauke [Sumber gambar]
Karena terisolir, kampung Kondo ini jelas kurang mendapat perhatian pemerintah. Ya, seperti kebanyakan daerah tertinggal di pelosok, medan menuju kondo masih berupa tanah merah yang becek dan berlumpur ketika hujan. Untuk sampai di Kondo, kamu akan melewati hutan, padang rumput, serta rawa yang langsung terhubung ke laut. Bisa membayangkan bagaimana jeleknya jalanan ke sana? Tapi, baru-baru ini kabar baiknya, Bupati Merauke bekerja sama dengan dinas pertanian dan pengelola lahan perlahan membangun kampung Kondo hingga bisa lebih maju dan ditanami padi.

Di satu sisi kampung ini dijaga ketat oleh TNI (Kopassus, Kostrad, Brimob, Polisi) namun di sisi lain tak banyak rakyat Indonesia tau jika ia merupakan sudut paling ujung Indonesia yang tidak begitu diperhatikan. Kita juga tidak bisa berbuat apa-apa, namun semoga dengan adanya tulisan ini, Kondo menjadi lebih dikenal dan dibangun untuk lebih makmur.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

5 Fakta Sejarah Mengejutkan Ini Buktikan Nazi Jerman Bersahabat dengan Orang Indonesia

5 Stadion Indonesia ini Terkenal Angker untuk Lawan, Real Madrid Pun Mustahil Menang