in

Nggak Kalah Pilu dari Romeo-Juliet, 4 Kisah Cinta Ini Bikin Kamu Belajar Bahwa Hidup Hanya Sementara

Diazca & Emran [image source]

Kisah cinta legendaris seperti Romeo dan Juliet memang terkenang sepanjang masa. Bukan hanya dari sisi romantisnya saja, namun ketragisan cerita juga menjadi salah satu faktor yang membuat banyak orang mengingatnya. Di Indonesia sendiri ada banyak kisah cinta yang memilukan seperti Romeo dan Juliet, bedanya tidak sampai diracun segala. Contohnya saja kisah cinta Presiden Habibie dan Bu Ainun yang viral bahkan sempat difilmkan juga oleh sineas tanah air.

Tidak hanya kisah cinta tragis milik petinggi negara atau publik figur saja yang bisa viral di negeri ini. Beberapa tragedi pilu ini bukan milik seorang yang dikenal publik, namun menuai atensi dari para pengguna sosial media sekalian. Hal tersebut menandakan bahwa self-awareness netizen Indonesia masih kuat. Berikut kami sajikan kembali ulasannya.

Hanya Diberi Waktu Satu Minggu Sebelum Berpisah

Kisah cinta pertama datang dari seorang Diazca Adizsa, seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Prasetya Mulya, Jakarta. Ia kehilangan sosok yang begitu berharga baginya satu tahun yang lalu, tepatnya 28 April 2016. Kala itu ia sedang berada di kampus ketika mendengar bahwa sang pacar mengalami kecelakaan di jalan tol. Syok, sedih, bingung bercampur jadi satu. Namun hanya satu hal yang ada di pikirannya, apa nyawa Emran akan terselamatkan.

Diazca & Emran [image source]
Bergegas ke UGD, ia lalu mendapati Emran bersimbah darah. “Kata dokter batang otaknya rusak,” cerita Diasza. Selama 7 hari Emran berjuang di UGD, tapi pada hari kedelapan, ia dipanggil Sang Kuasa. Diazca mengaku depresi selama satu tahun hingga akhirnya ia bisa menyembuhkan diri. Satu hal yang kita bisa belajar dari kisah ini adalah hidup terus berputar, ada kalanya kalian berada di bawah. Diazca berpesan “jangan lari,” karena ikhlas pun butuh proses, semua akan indah pada waktunya.

Menemani Sang Belahan Jiwa Hingga Ajal Menjemput

Pak Yusuf merupakan subjek dari kisah kedua. Saat ini, ia tinggal di Jakarta sebatang kara. Istrinya telah pergi mendahuluinya. Tragis, bagaimana Pak Yusuf menemani istrinya hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kejadian tersebut dialaminya sekitar 5 tahun lalu. Ia menemani istrinya yang terkena stroke, tidak bisa bergerak dan hanya berbaring. Pak Yusuf berkata bahwa hari itu, ia hanya bisa menggenggam tangan istrinya.

Pak Yusuf [image source]
Nafas sang istri mulai pendek-pendek hingga akhirnya ia sudah tiada. Pak Yusuf hanya bisa menggenggam raganya saja, namun tidak jiwanya. Ia juga berkata bahwa pelajaran penting yang harus dimengerti oleh semua orang adalah, hidup itu sementara, yang kekal adalah kebahagiaan. Sebuah hal yang bisa dibagikan ke banyak orang.

Kalau Kata Anak Muda Jaman Sekarang, “Ditinggal Pas Lagi Sayang-Sayangnya”

“Ketika masih muda dulu, saya pernah punya pacar,” buka Pak Asmawi ketika ditemui oleh redaksi @proud.project di sebuah taman bilangan Jakarta Selatan. Ia duduk sendirian sambil mengenang mendiang anaknya. Mereka dulunya sering datang ke taman tersebut, sekarang hanya tinggal kenangan.

Pak Asmawi (ilustrasi) [image source]
Perbedaan status dalam sebuah kisah cinta rupanya tidak hanya terjadi dalam sinetron Indonesia, hal ini dialami langsung oleh Pak Asmawi. Ketika masa pacarannya dulu, ia terlahir dalam sebuah keluarga miskin, sedang pacarnya adalah anak orang kaya. Ketika hendak berangkat bekerja, kekasih Pak Asmawi menutup mata untuk selama-lamanya secara mendadak. Hingga saat ini penyebabnya juga tidak diketahuinya. Sempat hancur, namun ia berkata, “saya tidak takut mati, karena di sana nanti saya bisa bertemu anak saya sekaligus dia yang dulu pergi secara mendadak.”

Sebuah Pesan Penting yang Tertinggal

Mungkin Ibu Sofyani merupakan orang paling beruntung dari ketiga orang di atas. Sebelum suaminya meninggal, ia sempat menulis pesan dan diselipkan pada dompetnya. Namun, ibu Sofyani tidak mengetahui hal tersebut. Beberapa hari setelah suaminya meninggal mendadak, ia lantas menemukan sebuah catatan kecil yang berisi “Sofyani, kalau aku meninggal nanti, tolong berikan cinta yang kamu beri pada diriku ke orang lain supaya dunia ini bisa makin indah.”

Ibu Sofyani (ilustrasi) [image source]
Sofyani pun juga manusia, ia menangis tidak karuan sampai merasa harapannya lenyap ketika mengetahui kenyataan tersebut. Namun, lewat pesan kecil dari sang pujaan hati, ia tetap mensyukuri kehidupan yang telah diberikan padanya. Celetukan kecilnya yang ngejleb banget adalah “kadang mah kita cuman lupa untuk bersyukur dan terlalu fokus ke hal-hal yang jelek. Bersyukur aja kepada Tuhan.”

Hidup memang tak seindah dan semudah yang digambarkan oleh drama Korea. Apalagi bagi mereka yang mengalami nasib sama dengan keempat sosok di atas. Kita yang masih diberi kesehatan dan kebersamaan dengan orang terkasih harusnya tidak lupa untuk selalu mengucap syukur dan menyebarkan kebahagiaan pada semua orang.

Written by Harsadakara

English Literature Graduate. A part time writer and full time cancerian dreamer who love to read. Joining Boombastis.com in August 2017. I cook words of socio-culture, people, and entertainment world for making a delicious writing, not only serving but worth reading. Mind to share your thoughts with a cup of asian dolce latte?

Leave a Reply

Ini Nih 4 Perbedaan Film ‘Pengabdi Setan’ Asli dan Remake, Siap-Siap Dibikin Merinding

Trotokan Dorong, Mainan Tradisional Legendaris yang Nggak Punah Dimakan Zaman