Manusia dilahirkan ke dunia itu dengan tugasnya masing-masing. Bahkan setiap hal di tubuhnya bisa bermakna sesuatu. Gitu sih kalau kebanyakan orang lama bilang. Terutama orang Jawa yang punya banyak mitos tentang banyak hal.
Salah satu mitos yang tak kalah ngetrend di kalangan masyarakat Jawa adalah tentang “Unyeng-unyeng” atau ada yang sebut juga pitak. Setiap anak yang terlahir tentu memiliki tanda putaran rambut di kepala tersebut. Nah, orang Jawa kerap kali menghubung-hubungkan tanda tersebut dengan kelakuan si anak ke depannya. Pernah dengar nggak, ada orang tua yang menyebut anak bandel dengan mengungkit-ungkit unyeng-unyengnya? Lantas, seperti apa sebenarnya mitos dan makna di balik “unyeng-unyeng” tersebut?
Konon, merupakan titik pusat nyawa kita
Unyeng-unyeng dalam bahasa Jawa berarti pusaran rambut di kepala. Sebagian bahkan mengatakan jika unyeng-unyeng tersebut merupakan pusat nyawa manusia. Lantas, ada yang percaya? Tentu ada. Namun tentu saja tidak ada hal yang bisa digunakan untuk membuktikan kebenarannya.
Konon, memiliki dua unyeng-unyeng berarti anak bandel
Menjadi hal yang wajar jika anak kecil memang bandel. Namun, orang Jawa kerap menghubung-hubungkan kebandelan tersebut dengan adanya dua unyeng-unyeng di kepala. Pandangan tersebut rupanya bukan hasil ngawur seperti sebelumnya.
Bisakah tingkah laku aktif anak berunyeng-unyeng dua berubah?
Banyak orang tua yang masih khawatir dengan kelakuan anak berunyeng-unyeng dua kedepannya. Mereka takut jika kelak kenakalan tersebut lebih menjadi-jadi. Padahal, karakter anak yang hiperaktif di masa kecil bisa berubah seiring dengan proses pendidikan yang ia terima.
Anak berpitak satu dipercaya punya kepribadian kalem
Kebalikan dari anak-anak yang memiliki dua unyeng-unyeng, anak yang memiliki satu pitak di kepala kerap dianggap kalem. Mungkin hal itu memang berlaku bagi beberapa anak. Namun, ada pula pengecualian yang bisa dibuktikan, bahwa tak selamanya anak berpitak satu punya kepribadian yang lebih baik.
Alhasil, sepertinya kita memang nggak bisa menjudge seseorang berdasarkan unyeng-unyeng yang ia miliki. Toh, kelakuan anak lebih bersumber dari pengaruh lingkungan luar dirinya. Jadi, semua bukanlah salah unyeng-unyeng.