in

Petinggi Go-Jek Serukan Dukungan untuk LGBT, Uninstall Aplikasinya Enggak Nih?

Perusahaan jasa kendaraan yang bernama Go-Jek kini sedang gigit jari nih. Alasannya karena salah satu petinggi perusahaan yang diketahui bernama Brata Santoso telah mengunggah sebuah pernyataan mengejutkan di akun facebooknya. Ia secara terang-terangan mendukung Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau yang biasa kita sebut LGBT.

Awalnya, VP of Operations and Business Development dari Go-Jek tersebut menceritakan tentang kampanye internal yang dilakukan perusahaan dengan tema #GoingALLin. Nah, kampanye tersebut menerima perbedaan dalam perusahaan termasuk soal LGBT tersebut nih. Dilansir dari laman indotelko.com, kalau ada 30 lebih karyawan Go-Jek yang menganut preferensi seksual tersebut.

Postingan dukungan LGBT [Sumber Gambar]
Sontak, hal ini membuat para warganet terkejut dengan pernyataan tersebut. Ya seperti yang kita tahu selama ini jika Indonesia masih belum sepenuhnya menerima preferensi itu. Akhirnya, status dari Brata Santoso tersebut mengundang kehebohan dunia maya yang ditandai dengan tagar #uninstallgojek. Dari sana, banyak warganet yang memilih untuk berhenti menggunakan layanan kendaraan ternama di Indonesia tersebut. Dibuktikan dengan banyaknya netizen yang mengunggah tangkapan layar ketika meng-uninstall aplikasi dari ponselnya masing-masing.

Postingan setuju uninstall aplikasi [Sumber Gambar]
Tak hanya pro, warganet juga ada yang kontra nih Sahabat Boombastis. Tapi, bukan kontra ke LGBT-nya. Namun lebih kepada uninstall aplikasi Go-Jeknya. Yap, Go-jek telah banyak membantu kehidupan orang sehari-hari, termasuk penulis nih. Setiap hari, penulis menggunakan layanan ini untuk berangkat dan pulang dari kantor. Jadi, kalau uninstall ya cukup merugikan lah ya. Mau naik angkutan umum, bisa-bisa telat ke kantornya. Lalu, banyak juga layanan lain dari Go-Jek yang cukup memudahkan yaitu Go-Food. Jika penulis lagi pengen makan sesuatu dan tempatnya jauh, ya tinggal pesan pakai Go-Food. Bukan manja ya, tapi menggunakan fasilitas yang sudah disediakan lebih tepatnya.

Postingan tidak setuju uninstall aplikasi [Sumber Gambar]
Lanjut lagi ke pendapat netizen yang tidak menyetujui aplikasi Go-Jek di-uninstall. Banyak yang bilang kalau tindakan tersebut sangat tidak etis. Sebab, ini hanyalah pendapat dari salah satu karyawan Go-Jek, sehingga tak adil jika semua pegawai dari perusahaan terkena imbasnya. Bayangkan, berapa banyak orang yang akan rugi dengan tindakan uninstall aplikasi. Okelah kalau Go-Jek hanya dijadikan pekerjaan tambahan. Nah, jika Go-Jek hanya satu-satunya profesi, orang tersebut akan rugi berlipat-lipat. Mencari pelanggan sebelum ada fenomena ini saja sudah sulit karena banyak saingan. Apalagi setelah ada kejadian satu ini, mungkin akan lebih susah untuk mendapatkan pelanggan.

Pernyataan resmi Go-Jek [Sumber Gambar]
Nah, terkait postingan yang telah menyebar di dunia maya ini, manajemen Go-jek akhirnya angkat bicara. Pada postingannya, Manajemen Go-jek menyatakan sangat menghargai keberagaman (diversity). “Kami percaya bahwa ide dan kreatifitas, yang menjadi kunci untuk melahirkan inovasi bermanfaat bagi masyarakat, merupakan buah dari hasil kerjasama berbagai latar belakang, pendidikan, budaya, dan keyakinan. Keberagaman juga menjadi elemen dalam dinamika karyawan kami.” Sedangkan untuk postingan dari Brata Santoso tadi, Go-Jek menegaskan bahwa unggahan tersebut merupakan pendapat dan intepretasi pribadi dari salah satu karyawan perusahaan di dalam event internal dengan tema keberagaman.

Memang postingan tentang preferensi seksual yang satu ini cukup sensitif di negara kita ini. Sehingga banyak yang kurang setuju dengan pendapat dari salah satu karyawan Go-jek tersebut. Tapi alangkah lebih baik kita bisa lebih berpikir panjang terhadap dampak dari penghentian penggunaan layanan Go-jek ini. Ya seperti yang sudah penulis jelaskan tadi, kalau akan ada banyak orang merugi dengan tindakan dari #uninstallgojek tersebut. Itu hanyalah pendapat dari satu orang, sedangkan karyawan yang lain belum tentu menyetujuinya. Jadi sebaiknya pikirkan dahulu efek ke depannya seperti apa ya sebelum melakukan sesuatu. Tapi, untuk keputusannya sih kembali kepada pribadi masing-masing saja. Apakah ingin berhenti menggunakan layanan tersebut atau tidak.

Written by Firdha

Firdha Rahma, dilahirkan di Kota Malang tanggal 5 Agustus 1994. Ia tergabung di Boombastis.com sejak bulan Desember 2017. Perempuan bermata sipit ini suka sekali warna merah dan hewan yang bernama kucing. Dia mempunyai hobi menonton film segala genre, menulis dan baca-baca artikel tentang teknologi ponsel yang terbaru.
Punya hobi menulis sejak SMK, tapi belum begitu aktif di dunia blog. Nah, karena kuliah ada sedikit waktu senggang jadi kegiatan menulis bisa diterapkan kembali ke dalam blog. Blognya berisi tentang travelling, kuliner dan review film.

Leave a Reply

Aroma, Acara Masak Paling Hits Tahun 2000an yang Nggak Hanya Disukai Emak-emak

5 Penyebab Masyarakat Indonesia Masih Setia Lestarikan Ritual Adat Meski Kerap Ditentang