Kisah tragis kapal Titanic menjadi sejarah kelam di dunia pelayaran. Tenggelamnya Titanic pada tahun 1912 silam, menewaskan 1.514 orang pada pelayaran perdananya melintasi Samudra Atlantik Utara. Namun, siapa sangka Indonesia pun memiliki sejarah kelam maritim yang merenggut banyak nyawa.
Peristiwa tragis itu dikenal sebagai Tragedi Tampomas 2. Hari yang memilukan ini terjadi pada 27 Januari 1981. Sama halnya dengan kisah Titanic, Tragedi Tampomas 2 juga terjadi pada pelayarannya ke Ujungpandang, namun tak sampai tujuan. Bagaimana kisah itu terjadi? Berikut ulasan selengkapnya.
Dibeli dari Jepang dengan kondisi afkir
Kapal jenis Roro (Roll on-Roll off) dengan tipe Screw Steamer ini bernama MV Great Emerald, yang diproduksi tahun 1956 oleh Mitsubishi Heavy Industries di Shimonoseki, Jepang. Kapal ini dibeli oleh PT. PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional) dari pihak Jepang Comodo Marine Co. SA seharga US$8,3 juta. Kemudian dibeli oleh PT. PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia) secara mengangsur selama 10 tahun kepada PT. PANN. Pihak Jepang sendiri mengatakan kapal ini sudah afkir, mengingat usianya sudah 25 tahun.
Bermula dari kebocoran bahan bakar hingga percikan api
Dengan muatan yang diperkirakan melebihi kapasitas dan ombak bulan Januari yang sangat besar hingga 7-10 meter, kapal terus melaju dengan kecepatan 15 knot. Namun, pada malam keesokan harinya, kebocoran bahan bakar terjadi. Keadaan diperparah dengan adanya percikan api yang disebabkan putung rokok yang terjatuh dari ventilasi udara. Kru berusaha memadamkan api, namun api sudah menjalar ke kompartemen mesin, karena pintu dek terbuka. Akibatnya, api merambat dan membakar semua dek. Para penumpang panik dan berhamburan tak karuan.
Aksi heroik nahkoda yang tenggelam bersama korban tak terselamatkan
Karena mesin dan baling-baling kapal mati, maka kapal hanya terombang ambing di tengah lautan. Dengan munculnya suara ledakan dan asap hitam dari dalam kapal. 27 Januari, ruang mesin sudah dipenuhi air laut hingga miring 54 derajat. Semua mesin mati hingga tidak dapat mengirimkan sinyal bantuan. Beruntungnya, pada saat itu KM Sangihe melintas dan dapat menolong beberapa penumpang serta membantu memberi sinyal bantuan kepada radio pantai. Bantuan akhirnya datang walaupun telat karena terhalang cuaca buruk.
BACA JUGA: Mengenang Abdul Rivai, Nahkoda Tampomas II yang Temui Ajal Karena Kesetiaannya Pada Tugas
Kisah tragis Tampomas 2 ini menjadi salah satu sejarah kelam pelayaran di Indonesia. Sang nahkoda, Abdul Rivai menjadi sosok pahlawan hingga akhir hayatnya dengan tetap menjalankan tugas di dalam kapal bersama penumpang yang tak tertolong. Pemerintah memberikan penghargaan Satya Lencana pada tahun 1967 atas aksi heroiknya. Selamat jalan kapten, jasamu akan selalu dikenang.