Tsantsa atau penyusutan kepala merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang suku Indian. Memang, tidak semua orang Indian melakukan budaya sadis tersebut. Namun, para penjelajah kawasan Barat Amerika tetap saja ngeri jika bertemu mereka. Hal itu dikarenakan beredarnya kabar mengenai kebiasaan suku tersebut yang dianggap biadab. Yang pertama adalah menguliti kepala (scalp) dan yang kedua adalah menjadikan kepala mengecil hingga seukuran bola tenis.
Cerita tentang Tsantsa menyebar dari daerah hutan hujan Amazon, Amerika Selatan. Di mana lokasi tersebut dihuni oleh suku Shuar, Achuar, Huambisa dan Aguaruna. Konon, mereka suka memburu kepala manusia. Lantas, seperti apa tradisi Tsantsa yang mengerikan tersebut?
Cara Mengecilkan Kepala
Konon, orang-orang suku primitif tersebut tidak menggunakan cara magis untuk melakukan penyusutan itu, melainkan dengan memakai metode-metode yang bisa dilakukan oleh siapa pun. Tekniknya mudah tapi dalam aplikasinya tentu tidak. Jadi, setelah berhasil memenggal kepala orang yang dianggap musuh, biasanya mereka menyayat bagian belakang leher hingga semua kulit dan daging bersih dari tempurung kepala.
Ritual yang Mengiringi Tsansa
Setelah orang suku Indian memenggal kepala musuh dan menyusutkannya, mereka juga melakukan semacam proses perebusan dan mengiringinginya dengan perayaan spiritual. Hal itu konon bermanfaat sebagai pengunci roh jahat para musuh yang mereka penggal.

Prosesi tersebut juga dipercaya melindungi si pembunuh dari usaha balas dendam roh musuh. Hal itu pernah dipaparkan oleh Gila Kahila Bar-Gal, seorang penulis penelitian kepada Discovery News. Setelah melakukan perayaan, orang-orang suku Indian bahkan percaya jika mereka akan dilayani oleh para korban.
Makna Keagamaan
Ritual penyusutan kepala ini juga dipercaya memiliki makna keagamaan. Aktivitas tersebut diyakini mampu menyerap spirit atau semangat korban. Selain itu, konon arwah para korban juga akan melayani pemilik kepala dan juga untuk mencegah roh korban menuntut balas atas kematian mereka.
Kepala yang Diperjual Belikan
Pada tahun 1930-an, orang-orang kulit putih di Amerika bahkan gemar menyimpan Tsansa. Kebiasaan tersebut ternyata memperparah kebiadaban suku Indian. Banyak praktek jual beli kepala, yang akhirnya hanya digunakan sebagai barang koleksi. Pada saat itu, dilaporkan harga kepala hanya dibanderol dengan harga 25 dollar saja.
Ritual Tsansa memang menjadi salah satu tradisi primitif yang tidak beradab. Pantaslah jika para penjelajah selalu bergidik ngeri jika bertemu dengan masyarakat suku Indian. Namun, untunglah saat ini pemerintah Peru dan Ekuador secara resmi melarang praktek tersebut.