in

7 Suku Penjelajah Terakhir di Bumi ini Terus Bertahan Hidup Meski Kepunahan Menghantui Mereka

suku nomaden

Suku penjelajah adalah mereka yang tidak menempati suatu wilayah dalam jangka waktu lama. Biasanya mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain berdasarkan perubahan musim yang terjadi. Suku penjelajah atau yang sering disebut sebagai nomaden dan gypsy ini sekarang mulai habis dan mendekati kepunahan.

Mereka nyaris tak bertahan di tengah modernisasi yang tak bisa dihentikan. Habitat yang biasanya mereka gunakan untuk hidup sudah mulai berkurang sumber daya alamnya. Jika hal ini terus dibiarkan, suku-suku hebat ini akan hilang dan tinggal sejarah saja.

1. Bushmen – Afrika bagian Selatan

Bushmen adalah suku penjelajah paling tua di dunia yang masih ada sampai sekarang. Mereka sering sekali terlihat hidup di sekitar Botswana, Angola, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Diperkirakan suku Bushmen ini hidup telah ada dan menjalankan tradisinya sejak 20.000 tahun yang lalu. Sayangnya saat Eropa mulai membuat koloni di Afrika bagian Selatan suku ini mulai dihabisi hingga jumlahnya tinggal sedikit.

Bushmen – Afrika bagian Selatan [image source]
Bushmen – Afrika bagian Selatan [image source]
Saat ini Bushmen yang tersisa hanya tinggal 100.000 orang saja. Mereka masih melakukan tradisi tradisional dengan berburu dan mengumpulkan makanan dari hutan. Mereka bertahan hidup hanya dengan memakan sesuatu yang ada di dalam dan tidak tertarik dengan modernisasi yang saat ini pun telah mengguncang Afrika.

2. Nukak-Maku – Kolombia

Nukak-Maku adalah salah satu suku nomaden terakhir yang ada di Kolombia. Suku ini awalnya hilang dan baru ditemukan lagi sekitar tahun 1980-an. Populasi mereka lambat laun menipis akibat banyaknya orang luar yang masuk ke wilayahnya. Perkebunan-perkebunan Cola juga menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal.

Nukak-Maku – Kolombia [image source]
Nukak-Maku – Kolombia [image source]
Selain masalah tempat tinggal, mereka juga harus bertahan hidup dengan masalah makanan dan penyakit. Hutan yang dulunya banyak sekali menyimpan hewan buruan kini habis akibat adanya penebangan liar dan pembuatan kebun. Akibatnya mereka jadi mengalami malnutrisi hingga penyakit mengerikan seperti malaria membuat populasi mereka berkurang hingga separuh.

3. Kuchi – Afganistan

Kuchi adalah suku penjelajah terakhir dari Afganistan yang saat ini nasibnya sangat mengenaskan. Mereka harus hidup dengan kengerian akibat konflik yang dialami Afganistan selama beberapa tahun terakhir. Awalnya suku ini berjumlah sekitar 2 juta orang dan berpindah sesuai dengan musim di Afganistan sebelah selatan dan barat. Namun sekarang, jumlahnya telah berkurang dengan signifikan.

Kuchi – Afganistan [image source]
Kuchi – Afganistan [image source]
Banyak sekali orang Kuchi yang dibantai oleh orang-orang Taliban serta orang dari pertambangan. Mereka dianggap mengganggu aksi para pemberontak ini. Padahal orang Kuchi telah ada sejak ribuan tahun lalu dan berpindah setiap waktu tanpa menginginkan suatu yang berharga dari negeri ini.

4. Gabra – Kenya/Ethiopia

Gabra adalah suku nomaden yang ada di sekitar Kenya dan Ethiopia. Mereka berpindah dalam jangka waktu tertentu jika hewan ternaknya tidak memiliki makanan lagi. Suku Gabra selalu identik dengan unta hingga sering disebut sebagai suku unta. Hewan ini banyak dipelihara oleh para orang Gabra dan digunakan sebagai penyambung hidup paling utama.

Gabra – Kenya atau Ethiopia [image source]
Gabra – Kenya atau Ethiopia [image source]
Unta yang mereka pelihara jarang sekali disembelih untuk dikonsumsi. Mereka biasanya hanya menggunakan susu dari Unta dan lebih memilih hewan lain seperti domba atau kambing sebagai hewan yang memenuhi kebutuhan makan mereka. Saat ini Gabra tak bersisa banyak di Kenya akibat banyaknya konflik antar suku dan juga habisnya wilayah untuk tempat mereka berpindah.

5. Sami – Skandinavia

Sami adalah suku nomaden yang selalu berpindah-pindah di wilayah lingkar kutub utara. Mereka tinggal di wilayah Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Rusia. Suku ini diperkirakan hanya bersisa 70.000 orang saja sampai sekarang. Mereka hidup dengan kesederhanaan dan bertahan dari gempuran teknologi yang membuat anak muda dari suku ini meninggalkan tradisi yang ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Sami – Skandinavia [image source]
Sami – Skandinavia [image source]
Suku Sami banyak melakukan perburuan dan mengumpulkan makanan setiap harinya. Mereka juga memiliki peternakan dari rusa salju yang populasinya banyak ditemukan di daerah kutub. Rusa-rusa ini nantinya akan dijual kepada penduduk di pemukiman modern atau ditukarkan dengan bahan makanan yang tak bisa didapatkan oleh orang Sami di hutan.

6. Tuareg – Gurun Sahara

Tuareg adalah sebuah suku yang berpindah-pindah di Gurun Sahara. Koloni mereka saat ini mencapai 1,5 juta orang dan tersebar di hampir semua wilayah gurun. Mereka hidup dengan beternak dan juga melakukan perdagangan dengan penduduk sekitar.

Tuareg – Gurun Sahara [image source]
Tuareg – Gurun Sahara [image source]
Tuareg adalah suku yang mengenal adanya kasta. Di suku ini ada dua kasta yang terus digunakan sampai sekarang. Kasta itu adalah bangsawan dan pekerja. Pekerja akan banyak sekali menghabiskan harinya dengan beternak. Sedangkan bangsawan akan melakukan diplomasi kepada pemerintah atau kelompok masyarakat yang mereka lewati setiap tahun.

7. Qashqai – Iran

Qashqai adalah salah satu suku dari Iran yang hidup dengan berpindah-pindah. Mereka menyukai hidup dengan menyeberangi wilayah-wilayah dan menyesuaikan musim dengan makanan ternaknya. Qashqai saat ini mulai menipis dan banyak dari sukunya memilih membangun desa dan menetap di sana daripada terus berpindah.

Qashqai – Iran [image source]
Qashqai – Iran [image source]
Qashqai yang masih berpindah dan memegang teguh keyakinan dari nenek moyang banyak memelihara domba, kambing, keledai, dan kuda yang digunakan untuk perdagangan dan juga makanan. Selain dikenal sebagai suku berpindah, mereka juga dikenal menghasilkan banyak kerajinan kain yang banyak diburu kolektor-kolektor di seluruh dunia.

Demikianlah 7 suku penjelajah terakhir yang masih ada di bumi. Keberadaan mereka saat ini benar-benar terancam oleh kepunahan jika modernisasi menguasai mereka secara perlahan-lahan. Semoga mereka bisa bertahan sampai kapan pun.

Written by Adi Nugroho

Leave a Reply

Hebat! Wanita Ini Hanya Menghasilkan 1 Toples Kecil Sampah Selama Dua Tahun

Wanita Indonesia Ini Adalah Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Laksamana Laut