Bermain bersama teman-teman di saat jam istirahat sekolah, memang menyenangkan. Banyak siswa yang melakukan hal ini, selain untuk menghilangkan kebosanan juga untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman lainnya.
Seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa di salah satu SMP di Bekasi ini. Namun sayangnya, permainan yang menyenangkan berubah jadi malapetaka. Tawa langsung berganti duka.
Bermain Kuda Tomprok di Kelas
Tepatnya di SMPN 7 Kota Bekasi pada hari Jumat (17/11) siang hari, saat jam istirahat sebelum salat Jumat. 12 siswa bermain permainan bernama “kuda tomprok” di kelas. 12 siswa itu dibagi menjadi 2 kelompok, ada yang menjadi kuda, ada yang menjadi penunggang.
Salah seorang siswa yang kebagian menjadi kuda, adalah MA (13). Seperti teman-teman lainnya yang berperan menjadi kuda, MA menungging seperti huruf L terbalik dengan kaki terbuka. Lehernya dimasukkan ke bagian selangkangan teman di depannya yang juga menungging.
Tiba-tiba, MA jatuh tengkurap kemudian pingsan. Ia tak tertindih temannya juga tak ada darah keluar. Tapi mulutnya mengeluarkan busa. Ia pun diberi pertolongan pertama di UKS, namun tak kunjung sadar. MA pun dilarikan ke Rumah Sakit Primaya Bekasi Selatan. Sayang, ia dinyatakan telah meninggal dunia saat diperiksa dokter.
Keluarga Ikhlas
Untuk melanjutkan ke proses hukum, harus dilakukan autopsi pada jenazah MA. Namun, keluarga MA menolak. Mereka tak ingin memproses ke jalur hukum dan mengikhlaskan kejadian ini memanglah sebuah musibah. Ia pun dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Padurenan, Bekasi, pada keesokan harinya.
Pihak kepolisian juga telah memeriksa TKP dan saksi, di mana tak ada unsur kesengajaan sehingga MA meninggal dunia. Ternyata, MA sempat tak ingin masuk sekolah di hari kejadian karena ia merasa tidak enak badan. Namun, ia tetap masuk sekolah setelah diminta ibunya.
Sempat Tak Ingin Masuk Sekolah
Jadi, pada saat kejadian, kondisi MA memang sudah lemas. Kemudian ia tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri. Teman-temannya pun tidak ada yang tak sengaja menindihnya. Pihak sekolah bekerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk proses penyembuhan 11 teman MA yang bermain bersamanya.
BACA JUGA: Selain Skip Challenge, 4 Trend Tantangan Ini juga Bisa Membahayakan Nyawa
Memang tak ada yang tahu bagaimana dan kapan kematian datang menjemput. Apa yang terjadi pada MA adalah sebuah musibah yang tak terduga. Meski begitu, pihak sekolah diminta untuk memantau permainan yang dilakukan setiap siswanya agar tidak menimbulkan bahaya.