Istilah Lolicon atau Lolita Complex mungkin masih terdengar asing di Indonesia. Namun, sejak merebaknya kasus anak Nafa Urbach tempo hari, istilah Lolicon mulai banyak dibahas. Seperti diketahui, belakangan ini nama Mikhaela Lee menjadi sorotan karena foto-foto cantiknya dikomen oleh para pedophil yang menyebutnya ‘Loli’. Tak ayal panggilan tersebut membuat sang ibu murka, karena kata ‘Loli’ selama ini dianggap mengarah pada obsesi terhadap anak kecil.
Lolita Complex alias Lolicon sendiri memiliki pengertian seseorang yang punya obsesi terhadap sesuatu yang imut, bisa jadi gadis kecil di bawah umur, menjelang atau sebelum pubertas yang biasanya disebut ‘Lolita’. Namun, makna obsesi tersebut tidak berhubungan dengan seksualitas, hanya suka saja. Lantas, apa sih Lolicon itu sebenarnya?
Pada dasarnya Lolicon berbeda dengan pedophilia
Istilah Lolicon sendiri sebenarnya berasal dari Jepang. Istilah tersebut banyak digunakan oleh para penggemar komik dan film kartun Jepang. Terlebih, saat ini memang nggak sedikit komik dan film kartun yang menampilkan tokoh anak kecil yang cantik dan imut atau disebut Loli. Bagi mereka para penggemar kartun Jepang, Lolicon yang menyukai Loli mungkin bisa dikatakan biasa.
Kasus Lolicon yang sekaligus pedophil

Jika sebelumnya dibahas makna sebenarnya dari Lolicon, mungkin nggak ada salahnya dari suka anak-anak. Tapi, kasus yang terjadi pada Nafa Urbach yang lagi marak dibahas di media itu jauh berbeda. Dari beberapa hasil komen yang di-capture, memang banyak kata-kata tidak senonoh yang mengarah pada pedophil. Dan tentu saja para para netizen kurang ajar tersebut bukan Lolicon murni. Sebab, Kritikus budaya Hiroki Azuma mengatakan bahwa sangat sedikit sekali ‘Lolicon murni’ yang melakukan kejahatan. Mirisnya, saat ini banyak pedophil yang menggunakan istilah yang sama dengan para Lolicon, sehingga citra Lolicon sendiri jadi rusak.
Lolicon adalah bagian dari industri hiburan di Jepang
Banyak pedophil yang mengatasnamakan Lolicon
Itulah sedikit penjabaran tentang Lolicon. Meski saat ini banyak yang menilainya buruk, bahkan sama dengan pedophil. Namun sebenarnya Lolicon berbeda dengan orang-orang yang memiliki kecenderungan seksual ngawur itu. Semoga kita makin bijak menyikapi perbedaan Lolicon dengan pedophil, hingga tak ada satu kaum yang merasa tersinggung karena disamakan dengan kaum lain.