Dibangunnya rumah dinas untuk Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menjadi perbincangan. Bagaimana tidak, biaya yang dibutuhkan untuk membangun rumah ini disebut mencapai Rp34 miliar. Besarnya anggaran ini dinilai sebagian pihak tidak etis, mengingat sekarang masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Namun pembangunan tetap berjalan dan bahkan disebut sudah hampir rampung 100 persen. Sebenarnya mengapa sampai menelan anggaran sebesar itu ya? Apakah ada alasan khusus hingga bagaimana ya pendapat yang bergulir dari beberapa pihak? Simak selengkapnya di tulisan ini.
Ditargetkan selesai tahun ini, konon bakal punya dermaga sendiri
Dikutip dari Detik, Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas’ud memiliki target untuk menyelesaikan pembangunan rumah dinas beserta fasilitasnya pada tahun ini. Ia juga menyebutkan jika secara fisik bangunan rumah sudah rampung, tinggal menyelesaikan pembangunan fasilitas penunjang. Adapun beberapa fasilitas yang akan ada di rumah ini seperti taman, ornamen, hingga dermaga.
Seperti apa dermaga yang disebut akan ada di rumah dinas ini?
Selain biaya pembangunan yang mencapai Rp34 miliar, adanya fasilitas seperti dermaga juga menjadi alasan mengapa rumah dinas Penajam Paser Utara ini kontroversial. Banyak yang mempertanyakan untuk apa sebuah rumah dinas memiliki dermaga. Menanggapi hal tersebut, Abdul Gafur menjelaskan bahwa sebenarnya yang akan dibangun bukanlah dermaga, namun tempat sandar speedboat kecil.
Alasan rumah dinas ini menelan anggaran Rp34 Miliar
Tentu banyak yang mempertanyakan mengapa untuk sebuah rumah dinas bisa menelan anggaran hingga Rp34 miliar. Bahkan disebut butuh anggaran tambahan karena masih ada beberapa pengerjaan lanjutan, seperti pagar dan dermaga yang belum selesai. Menanggapi komentar tersebut, Abdul Gafur menyebutkan bahwa biaya tersebut dibutuhkan karena posisi rumah yang berada di landscape pada pinggir pantai sehingga diperlukan penimbunan.
Fakta pejabat di Penajam Paser Utara yang rumahnya dikontrak karena tak ada rumah dinas
Bisa dibilang, rumah dinas di Kabupaten Penajam Paser Utara yang fenomenal ini adalah yang pertama di wilayah tersebut. Dikatakan bahwa pejabat forkopimda seperti wakil bupati sampai Ketua DPRD memang tidak memiliki rumah dinas. Mereka masih tinggal di rumah pribadi yang dikontrak oleh negara. Abdul sendiri mengaku tak ingin rumahnya dikontrak, ia memakai rumah PKK sebagai rumah dinas.
Pendapat berbagai pihak tentang rumah dinas Rp34 miliar dengan dermaga di PPU
Rendi M.S.Duha, Peneliti Senior dari Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA), berpendapat bahwa rumah dinas dengan biaya fantastis ini tidak etis di tengah pandemi Covid-19. Melalui Republika, ia menjelaskan bahwa seharusnya anggaran tersebut bisa dialihkan untuk kepentingan rakyat dalam konteks penanganan Covid-19. Menurutnya, hal ini patutnya menjadi prioritas ketimbang rumah dinas.
BACA JUGA: Heboh Rumah Mewah Dinas Bupati Minahasa Utara yang Bergaya Eropa tapi Dibiarkan Mangkrak
Meski kontroversial, pengerjaan rumah dinas Kabupaten Penajam Paser Utara sudah hampir rampung dengan segala fasilitas di dalamnya. Menurutmu, rumah dinas dengan biaya yang tinggi apakah bisa membuat sebuah daerah jadi lebih bermartabat? Atau justru hanya buang-buang anggaran saja?