in

Inilah Resiko yang Harus Ditanggung Seorang Pawang Buaya, Salah Satunya Harus Siap Meregang Nyawa

Pawang Buaya Senior [image source]

Banyaknya populasi manusia di Indonesia berdampak kepada variasi profesi yang diampu oleh masing-masing individunya. Memang sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai PNS, buktinya saja pembukaan CPNS di tahun ini mencapai angka hingga 93.000 lebih peminat. Padahal, pegawai yang akan diterima hanya sekitar 17.000 orang. Namun ternyata, ada beberapa orang yang berprofesi melenceng jauh dari PNS.

Profesi yang diampu ini tidak banyak diminati, tapi tetap saja ada yang mengisi. Hal tersebut adalah pawang buaya. Jika pawang buaya ini diresmikan penerimaannya seperti mencari pegawai, mungkin tidak banyak yang mendaftar jika tidak benar-benar cinta dengan binatang jenis reptil satu ini. Bagaimanapun, profesi ini sangat-sangat beresiko, apalagi setelah kabar dari Kalimantan terkuak, yaitu pawang buaya yang berusaha menyelamatkan korban malah diterkam juga oleh buaya itu sendiri. Berikut akan diulas resiko-resiko yang akan dialami oleh seorang pawang buaya.

Terkena Gigitan, Alhasil Harus Mendapat Hingga 48 Jahitan

Tidak hanya dialami oleh pawang buaya di Indonesia. Resiko ini sudah biasa terjadi bagi mereka yang sehari-harinya bertandangan dengan binatang buas. Terluka oleh gigitan mereka adalah hal yang lumrah, namun jika sampai mendapat 48 jahitan, bukan hal yang biasa lagi. Apalagi jika harus terus mengurus hewan reptil tersebut setelahnya.

Pawang Buaya Senior [image source]
Hal ini dialami oleh Arsyad. Pada awalnya, ia mengurus buaya dengan membuatkan kandang di sekitar rumahnya, hal tersebut terjadi pada tahun 60an. Lalu sekarang, ia mengurus buaya yang ada di penangkaran Tanjung Pasir, Tangerang. Sama seperti kebanyakan orang, ia mengaku takut pada kali pertama, namun karena terbiasa dan sangat peduli kepada buaya-buaya tersebut, ia pun rela menjalani profesinya walau kadang bisa berujung dengan maut.

Pantang Makan Daging Buaya

Sebagai pawang yang sehari-hari mendampingi buaya, otomatis mengkonsumsi dagingnya akan terlihat seperti makan teman sendiri. Hal tersebut akan membuat hubungan anatara buaya dan pawangnya terjaga dengan baik. Keyakinan itu dikatakan sendiri oleh Imron, seorang pawang buaya yang belajar dari ayahnya, yang notabene memiliki profesi yang sama.

Pawang Buaya Nekat [image source]
Mungkin beberapa pawang buaya penasaran dengan bagaimana rasa asli dari daging reptil ini. Berbeda dengan kepercayaan Imron, ia merasa bahwa dengan tidak menjadikan mereka bahan konsumsi, sama saja dengan menghormati keberadaan mereka. Regulasi yang sama juga akan dialami bagi mereka yang bekerja di dalam penangkaran. Kalau kalian kira-kira mau nggak makan daging buaya?

Tidak Hanya pada Presiden Saja Harus Jaga Sikap, pada Buaya Juga Sama

Ternyata kejadian-kejadian saat buaya menyerang itu bisa jadi datang karena ulah manusia. Bukan sepenuhnya salah buaya karena ia tergolong binatang buas. Imron, salah satu pawang buaya yang bekerja di penangkaran Blanakan, Subang, Jawa Barat, menyatakan bahwa sebagai pawang pun harus menjaga sikap di depan buaya, agar mereka tidak tersinggung dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Pawang Buaya Perempuan [image source]
Selain menjaga sikap atau tidak belagak di depan buaya, pawang buaya juga harus dituntut suci dan selalu dalam keadaan tenang. Meski sedang terlibat masalah, jika berhadapan dengan buaya, sikap bingung atau emosi harus dibuang jauh-jauh agar mereka tidak menyerang secara tiba-tiba. Duh lumayan ribet juga, ya.

Dulu Masih Diberi Beras, Sekarang Harus Bertahan Hidup dari 300 ribu/Minggu

Kesaksian yang diberikan oleh Warsidi, seorang pawang buaya di Taman Buaya Indonesia Jaya, Bekasi, Jawa Barat sedikit menyayat hati. Pasalnya, merawat kurang lebih 500 ekor buaya setiap harinya membuat Warsidi mau tidak mau selalu memberi perhatian 24 jam kepada mereka. Ia sampai-sampai harus tinggal di penangkaran bersama anak dan istrinya, karena tidak jarang hewan buas tersebut tiba-tiba keluar dari kandangnya.

Buaya Ganas [image source]
Sudah puluhan tahun ia bekerja sebagai pawang buaya. Namun, gaji yang dibayarkan kepadanya hanya sebesar Rp. 300.000/minggu. Ia mengaku bahwa dulu atasannya sering memberi beras atau kopi, tapi sekarang hal tersebut sudah termasuk dalam upah per minggunya. Ia mengaku pasrah lantaran profesi ini sudah ia kerjakan selama puluhan tahun.

Itulah sekian resiko yang harus ditanggung oleh seorang pawang buaya. Sama seperti pilot, kapan pun dan di mana pun mereka harus siap meregang nyawa, karena tidak ada yang tahu apa yang akan buaya lakukan secara tiba-tiba. Walau bagaimanapun ketika hubungan antara buaya dan pawangnya sudah terjalin, mereka tidak bisa berkomunikasi secara verbal yang kadang mengundang miskomunikasi dan berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan.

Written by Harsadakara

English Literature Graduate. A part time writer and full time cancerian dreamer who love to read. Joining Boombastis.com in August 2017. I cook words of socio-culture, people, and entertainment world for making a delicious writing, not only serving but worth reading. Mind to share your thoughts with a cup of asian dolce latte?

Leave a Reply

Mengintip Skuad Garuda Asia U-16 yang Berhasil Membuat Rekor 18-0 di Pertandingan Pertama

Inilah 5 Hal Hebat yang Akan Terjadi Jika Film G 30 S PKI Benar-Benar Dibuat Ulang