didi
Sebuah keputusan yang bisa mengubah wajah Piala Dunia hadir pada 2 Desember 2010 lalu ketika FIFA menunjuk Qatar menjadi tuan rumah turnamen sepakbola empat tahunan edisi ke-22 yang akan dihelat pada tahun 2022 mendatang.
Cuaca menjadi isu utama mengingat Piala Dunia mempunyai tradisi digelar di musim panas. Sedangkan temperatur Qatar saat musim panas bisa mencapai suhu tertinggi 43,3 derajat Celsius yang dapat membahayakan kondisi pemain dan suporter. Terlebih lagi, Qatar baru mengumumkan rencana membangun stadion dengan fasilitas pengatur suhu udara hanya beberapa hari setelah ditunjuk menjadi tuan rumah.
Hingga empat tahun pasca penunjukan tersebut, masih belum jelas jadwal pasti Piala Dunia 2022, seiring FIFA masih akan mendiskusikan masalah ini pada 2015 mendatang. Meskipun demikian, pada November lalu, badan tertinggi sepakbola dunia tersebut tetap memastikan bahwa Piala Dunia 2022 akan tetap diselenggarakan di Qatar.
Komite etik FIFA telah mengkonfirmasi Piala Dunia 2022 akan berjalan sesuai rencana. Qatar tetap akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 meski proses terpilihnya mereka sempat diwarnai tindakan korupsi. Namun, komite etika FIFA mengungkapkan hanya pelanggaran ringan yang terjadi dalam proses tender di Qatar.
Hakim Jerman Hans-Joachim Eckert, ketua majelis adjudicatory independen komite etika FIFA, menerbitkan laporan sebanyak 42 halaman berikut penyelidikan 18 bulan ke dalam proses tender tuan rumah Piala Dunia 2022. Hal ini dilakukan berdasarkan investigasi yang dilakukan pengacara Amerika Michael Garcia.
Hasilnya, Qatar dibersihkan dari keterlibatan Mohamed Bin Hammam, mantan anggota komite eksekutif FIFA yang dilarang seumur hidup terlibat dalam kegiatan sepakbola oleh FIFA. Dalam laporan itu disebutkan, Bin Hammam jauh dari panitia tender. Adapun uang sogokan yang dilakukan Bin Hammam kepada Jack Warner dan pejabat Afrika lainnya dilakukan dalam pencalonannya sebagai presiden FIFA pada tahun 2011.
