Nama polisi semakin lama nampaknya sudah tak menyeramkan dulu. Kalau sebelumnya banyak masyarakat merasa takut berhadapan dengan polisi karena sikap tegas dan senjata di pinggang, saat ini sepertinya masyarakat sudah sangat dekat dengan aparat ini. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari usaha bapak-bapak berseragam cokelat ini untuk lebih membuka diri pada lingkungan sekitarnya dengan berbagai cara.
Hal semacam itu tentunya sangat penting dilakukan para aparat karena bagaimana pun mereka memiliki tugas untuk melindungi masyarakat. Dan bagaimana untuk melindungi jika mereka tidak bisa mengambil hati masyarakat? Sosok aparat kepolisian saat ini sudah jauh dari kesan menyeramkan, salah satunya adalah Bripda M. Rivaldi Pradana yang merupakan anggota polisi Bima, Nusa Tenggara Barat.
Bripda M. Rivaldi Pradana bertugas di desa kecil di Bima
Bripda M. Rivaldi Pradana sehari-harinya menjalankan kegiatannya sebagai Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) di Kecamatan Donggo. Daerah tempatnya bertugas ini bisa dibilang terpencil dan jauh kesan ramai layaknya di perkotaan. Polisi kelahiran Mataram 22 tahun silam ini sebelumnya merupakan personil Sabhara Polda NTB yang kemudian dimutasi guna melengkapi kuota personil di polres tempatnya bertugas saat ini.
Polisi muda ini memilih mengajar anak-anak mengaji dan salat
Setiap pagi Bripda M. Rivaldi Pradana tidak pernah absen bertugas di kantornya yang terletak di Polsek Donggo. Namun saat sore tiba, seketika sang polisi muda mengarahkan langkahnya menuju masjid meskipun masih tetap mengenakan seragam polisi kebanggaannya. Lucunya, bukannya langsung mengambil wudlu dan salat, pria yang lebih akrab disapa Kak Dana ini menghampiri satu persatu anak-anak di sekitar masjid dan mengajak mereka salat bersama.
Al-Qur’an adalah senjata yang selama ini diminta oleh Bripda Rivaldi
Bukan mudah menjalankan tugas di Kabupaten Bima yang selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah rawan konflik. Meski demikian, sosok Bripda Rivaldi malah berhasil membuat daerah tersebut tak lagi terkesan tegang dan telah menjadi adem ayem dengan pengajaran yang dia berikan. Kalau aparat biasanya memiliki senjata berupa pistol atau pisau, hal lain yang diminta sang polisi adalah Al-Qur’an.
Pada awalnya niat polisi ini sempat ditolak warga
Tentu bukan hal mudah untuk mengambil hati masyarakat di daerahnya bertugas. Sebelum saat ini Bripda Rivaldi memiliki puluhan murid untuk diajarkan mengaji, dia terlebih dahulu harus mengetuk satu persatu pintu warga untuk meminta ijin. Menurut pria Mataram itu, awalnya banyak sekali warga yang menolak anaknya mengaji dengan dia karena merasa malu dan takut dengan sosok polisi. Tapi setelah sang polisi mendekati dengan sering mengajak warga ngobrol dan bercanda, akhirnya dia mendapatkan ijin untuk mengajar mengaji anak-anak tersebut.
Sosok Bripda M. Rivaldi Pradana memang secara tidak langsung akan membuat kita semua berucap salut. Di kala banyak orang yang justru menolak ditugaskan di pelosok, Bripda Rivaldi justru menikmatinya dan dapat bekerja lebih baik. Semoga apa yang dilakukan polisi muda ini benar-benar bisa menginspirasi kita semua ya.