in

Pesantren Tegalsari Ponorogo, Ponpes Pertama di Tanah Air yang Kini Hanya Tinggal Kenangan

Santri selalu punya peranan yang besar dalam menjaga keutuhan NKRI. Pondok pesantren juga merupakan lembaga pendidikan yang terus mencetak generasi bangsa yang paham akan norma agama dan juga melestarikan warisan yang turun termurun diberikan kepada para ulama dan kiai. Hari ini, merupakan perayaan Hari Santri ke 4, karena Hari Santri sendiri diresmikan Presiden Jokowi pada 22 Oktober 2015 lalu.

Nah, untuk itu, Boombastis.com akan mengulas seputar dunia pesantren dan santri untuk pertama kalinya di Indonesia. Dari banyak sumber, kita akan kembali melihat sejarah masa lalu Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo, yang disebut sebagai pelopor ponpes yang mnejamur di Indonesia sekarang. Baca sampai habis ya!!

Santri Ponpes Tegalsari yang merupakan tokoh terkenal

Pakubuwono II dan HOS Cokroaminoto [sumber gambar]
Pesantren Tegalsari atau sering disebut juga Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari adalah pesantren bersejarah di Indonesia dan disebut sebagai pelopor ribuan pondok yang ada sekarang. Pesantren ini terletak di desa Tegalsari kecamatan Jetis, Ponorogo pada 610 M, abad ke-18 sampai abad ke-19. Pesantren ini didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Pada masnya, pesantren ini memiliki ribuan santri yang berasal dari seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Nah, di antara santri-santrinya yang terkenal adalah Pakubuwono II penguasa Kerajaan Kartasura, Raden Ngabehi Ronggowarsito seorang Pujangga Jawa yang masyhur dan tokoh Pergerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto.

Seluruh desa pernah menjadi pondok pesantren

Pesantren Tegalsari [sumber gambar]
Nah, Di zaman keemasannya, Kyai Ageng Hasan Besari membawa pesantren tersohor hingga ke berbagai penjuru daerah. Bahkan, saking banyaknya santri yang mau menimba ilmu di pesantren, seluruh desa menjadi pondok. Pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, serta desa lain di luar Tegalsari. Peran sang kiai semakin besar setelah dirinya diambil mantu oleh Pakubuono II, setelah Kiai Ageng membantu meredamkan pemberontakan Raden Mas Garendi Susuhuhan Kuning. Sejak saat itu pula, Tegalsari menjadi desa yang bebas dari wajib pajak kepada kerajaan.

Tegalsari yang terus berkembang dari masa ke masa

Makam Kiai Ageng Hasan Besari [sumber gambar]
Setelah Kiai Ageng Hasan Besari wafat, ia digantikan oleh putra ke-7 nya yang bernama Kyai Hasan Yahya. Selanjutnya, Pondok Pesantren Tegalsari terus berkembang dari stau generasi ke generasi lain. Setelah Kiai Yahya, ada Kyai Bagus Hasan Bashari II, Kyai Hasan Anom. Namun, memasuki pertengahan abad ke-19 tepatnya di tahun 1970-an, pada generasi keempat keluarga Kyai Besari, Pesantren Tegalsari mulai surut. Bahkan, beberapa dari ajaran Kiai Ageng Hasan Besari memasuki ambang kepunahan. Sekarang, pondok pesantren ini hanya tinggal kenangan, beberapa orang hanya rajin beri’tikaf di sana.

Anak cucu Kiai Ageng Hasan Besari yang mendirikan pesantren di berbagai daerah

Pesantren Gontor [sumber gambar]
Namun, meski Pondok Pesantren Tegalsari hanya tinggal kenangan, anak cucu Kiai Ageng Besari tetap melanjutkan perjuangan kakeknya. Mereka menyebar ke berbagai penjuru Indonesia untuk mendirikan lembaga pendidikan agama. Salah satu lembaga terbesar dan terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di wilayah kecamatan Mlarak. Pondok ini didirikan oleh tiga orang cucu Kyai Ageng Hasan Besari, Yaitu KH. Ahmad Sahal (putera kelima), KH. Zainudin Fananie (putera keenam), serta KH. Imam Zarkasyi (putera ketujuh) dari Kyai Santoso Anom Besari.

BACA JUGA: 7 Penderitaan ini Hanya Dirasakan Mereka yang Jadi Anak Pesantren

Begitulah sepak terjang pesantren yang pertama kali berdiri di Indonesia. Untuk kalian para santri di seluruh Nusantara, tetaplah lestarikan ajaran Islam, patuh pada guru dan kiai, jangan bosan menyebarkan dakwah, dan tetaplah pegang jiwa santri di mana pun kalian berada. SELAMAT HARI SANTRI untuk semua santriwan dan santriwati di seluruh tanah air.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Inginkan Buah Hati, 4 Artis Ini Malah Gagal di Program Bayi Tabung

Mengenal Buku Merah, Kasus Super Rumit Penuh Lika-Liku yang Menjadi Misteri Hingga Kini