in

5 Tradisi Pernikahan yang Cuma Bisa Kamu Temukan di Indonesia

Menikah itu bukan hal yang sulit, tapi juga menjadi hal yang rumit. Mau nikah ya nikah saja, bukan begitu? Tapi memang ada tradisi dalam pernikahan yang belum-belum sudah menantang nyali pelakunya. Yang maharnya begitu mahal lah, yang harus menculik dulu agar bisa dapat restu calon mertua dan sebagainya. Mungkin ini yang bikin beberapa orang enggan nikah cepat-cepat sehingga angka jomblo di dunia meningkat. #eh

Ya, sebenarnya faktanya tak selalu se-ngenes itu. Di antara tradisi pernikahan tradisional yang unik di Indonesia, memang ada syarat atau ketentuan pernikahan yang tidak lazim. Mulai dari cara persiapan, proses hingga adat yang harus dipatuhi sebelum dan sesudah masa pernikahan. Saat membacanya mungkin bikin kamu mengernyitkan dahi, tapi sebenarnya ada nilai filosofis di dalamnya.

1. Pernikahan Suku Tidung Kalimantan, dilarang buang air selama 3 hari 3 malam

Menahan buang air kecil selama 3 hari 3 malam bukanlah tindakan yang mudah bagi kita. Rasanya mustahil jika harus menahan buang air kecil selama itu. Tapi kenyataannya, tradisi pernikahan dengan menahan buang air kecil ini memang ada di Tarakan, Kalimantan.

Pernikahan Suku Tidung [Image Source]
Kedua calon mempelai biasanya duduk bersila. Agar tidak kabur ke kamar mandi, biasanya keluarga mengawai kedua mempelai secara bergantian. Tradisi ini digelar dengan maksud supaya mereka kelak hidup bahagia serta mendapatkan rezeki dan anak. Kedua pengantin biasanya hanya sedikit makan dan minum untuk mengatasi hasrat buang air kecil.

2. Pernikahan warga Gunung Kidul, Tradisi Kromojati

Setelah ke Kalimantan, sekarang kita beralih ke Gunung Kidul, Yogyakarta. Di wilayah ini, adat tradisi pernikahan biasa disebut dengan tradisi Kromojati. Dilihat dari sebutan nama tradisi pernikahan ini, proses pernikahan memang menggunakan Pohon Jati. Kok bisa ya?

Penikahan Kromojati [Image Source]
Yah, peraturan dari Kepala Desa Bohol memerintahkan bahwa setiap pengantin wajib menanam pohon jati minimal lima bibit saja. Aturan ini sudah berlaku sejak tahun 2007. Sebanyak ribuan bibit pohon Jati sekarang tersebar di lahan kritis area Dukuh Gamping dan Waru. Jadi kalau semakin banyak yang menikah, semakin banyak pula pohon yang ditanam di sana.

3. Tradisi Pernikahan Nyantri

Masih di sekitar Yogyakarta yang kental dengan adat istiadatnya. Di sini, ada juga tradisi pernikahan selain Kromojati yaitu tradisi nyantri.Bukan bermaksud menyuruh pengantin menjadi santri di pondok pesantren ya! Yang dimaksud tradisi nyantri ialah sang mempelai pria diharuskan menginap di wilayah kediaman pengantin wanita selama dua atau tiga hari. Tradisi ini dilakukan menjelang pernikahan.

Pernikahan Tradisi Nyantri [Image Source]
Nyantri dilakukan sejak zaman dahulu. Pada masa itu kedua mempelai tidak mengenal satu sama lain. Bahkan, ada pengantin pria yang kabur karena saat itulah kedua mempelai ini pertama kali saling mengenal.  Untuk itu diadakan Tradisi Nyantri supaya mengenal satu sama lain lebih dekat. Namun, calon pengantin pria tidak tinggal dalam satu atap dengan calon pengantin wanita. Calon pengantin pria bisa tinggal di rumah tetangga atau saudara sekitar rumah calon pengantin wanita.

4. Kawin Colong Suku Osing – Banyuwangi

Satu lagi tradisi yang tidak lazim di Banyuwangi adalah Kawin Colong. Tradisi pernikahan yang dijalankan Suku Osing ini terbilang unik sekali. Menurut sejarahnya, Kawin Colong ada sejak adanya ketidaksetujuan dari orang tua pihak perempuan. Kedua pasangan yang saling mencintai ini akhirnya sepakat melakukan tradisi Kawin Colong.

Kawin Colong Suku Osing [Image Source]
Namanya saja Colong, yang pasti si gadis akan diculik dengan pemuda yang akan menikahinya secara diam-diam. Selanjutnya, pemuda akan menunjuk seseorang yang lebih tua sebagai Colok. Colok ditugaskan sebagai seseorang yang akan membujuk orangtua gadis yang akan dinikahinya. Jika Colok datang ke rumah gadis tersebut, maka orangtua gadis tersebut pasti menyetujuinya.

5. Pernikahan Suku Minang Malam Bainai

Nah, tradisi pernikahan tidak lazim selanjutnya ada di Minang yaitu Malam Bainai. Perayaan malam ini diperuntukkan bagi pengantin perempuan, Suku Minang menyebutnya dengan Anak Daro. Uniknya, Kuku-kuku Anak Daro akan dihiasi dengan pacar merah yang terbuat dari tumbukan halus daun inai dan dioleskan pada kuku pengantin. Hampir mirip dengan adat pernikahan khas Timur Tengah.

Pernikahan Malam Bainai – Minangkabau [Image Source]
Ritual ini merupakan satu dari rangkaian panjang pernikahan adat Minang. Yang memasangkan inai pada Anak Daro adalah orang tuanya. Di malam terakhir bersama anak gadisnya, mereka akan memberikan nasehat-nasehat kehidupan untuk masa depan. Ada kalanya mempelai wanita ini bersedih atau cemberut di hari pernikahan, nah ayah dan ibunya akan melontarkan candaan lucu agar ia ceria kembali.

Masih lebih ribet pernikahan jaman nenek moyang dibandingkan jaman sekarang. Masyarakat kekinian cukup ke KUA dan bayar WO (wedding organizer) sudah bisa gelar pernikahan sesuai budget. Meski begitu ya masih ada sebagian tradisi yang dibawa dan hal tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang baik. Mengajarkan pengantin tentang keberanian untuk berkomitmen, tanggung jawab dan memegang nilai hubungan cinta itu sendiri sebagaimana diajarkan oleh leluhurnya.

Written by Chandra

Leave a Reply

Pring Petuk, Pusaka yang Dipercaya Bisa Bikin Kaya tapi Sangat Sulit Didapat

Awas! 5 Tumbuhan Ini Bisa Bikin Kamu Fly Seperti Pakai Ganja