Kemiskinan dan kemelaratan hidup yang dialami oleh sebagian besar warga di Indonesia, ternyata masih menjadi alasan utama bagi seorang untuk menjadi pengemis. Himpitan ekonomi yang begitu kuat dan terdesak kebutuhan hidup, membuat mereka memilih menggadaikan harga dirinya dengan meminta belas kasihan pada orang lain. Namun di sisi yang lain, beberapa orang mencoba untuk bertahan dengan berusaha semampu mereka, mengangkat martabat hidupnya daridapa harus menjadi peminta-minta.
Kisah haru ini lekat dengan sosok Pak Deden, pria paruh baya yang memilih berusaha daripada mengemis. Tak hanya diuji dengan kemelaratan hidup, dirinya juga harus merasakan sakit pada sebelah matanya, yang menambah beban berat dalam ujian hidupnya. Alih-alih mengiba sebagai pengemis, dirinya malah melakukan hal luar biasa yang jarang dilakukan orang miskin kebanyakan. Seperti apa kisah hidupnya, simak ulasan berikut.
Hidup sebatang kara tanpa sanak saudara
Sebelum tiba di Depok, Pak Deden pernah tinggal di Cibinong,Jawa Barat. Karena tak mempunyai sanak famili dan kenalan di Depok, Pak Deden terpaksa harus berjuang sendirian menghalau kerasnya kehidupan jalanan. Tak hanya itu, untuk sekedar beristirahat merebahkan tubuhnya yang ringkih tersebut, Pak Deden harus puas merasakan dinginnya emperan toko di kawasan Margonda, Depok.
Pernah dirampok hingga terjaring Razia Satpol PP
Sebelum pindah ke Depok, Pak Deden pernah tinggal di Cibinong dengan bertahan hidp sebagai pemulung sampah. Hari-harinya dihabiskan untuk menyusuri jalanan Kota Cibinong, memungut botol plastik dan sampah yang masih bisa dijual. Belum larut ujian hidup tersebut, Pak Deden harus rela kehilangan satu-satunya identitas berupa KTP yang raib bersama dengan barang lainnya.
Sempat terkena Stroke dan mengidap penyakit mata
Belum usai ujian kemelaratan hidup yang menimpa Pak Deden, penyakit mata menjadi salah satu beban berat yang harus ditanggungnya. Ternyata, Pak Deden mengalami masalah pada mata kanannya. Usut punya usut, sakit mata yang dialaminya tersebut, diakibatkan oleh percikan api saat dirinya bekerja sebagai tukang las di Garut dulu.
Pantang mengemis dan berusaha bertahan dengan berjualan
Ditengah situasi dan kondisinya yang sulit, Pak Deden ternyata msih mampu berpikir jernih untuk diri dan masa depannnya. Alih-alih turun ke jalan dan meminta belas kasihan pada orang lain, Pak Deden justru memilih berjualan tisu daripada harus mengemis. Sembari memegangi mata kanannya yang terus berair, Pak Deden dengan telaten dan sabar menunggu pembeli datang.
Kondisi Pak Deden akan segera ditangani
Kisah hidupnya yang penuh perjuangan dan sempat viral di dunia maya, membuat pihak Dinas Sosial segera bertindak cepat. Nantinya, pihak Dinas Sosial akan bekerja sama dengan petugas Satpol PP untuk melakukan pembinaan dan perawatan kepada Pak Deden.
Kisah Pak Deden diatas, menjadi salah satu dari sekian ribu kisah inspiratif tentang orang-orang yang masih mempunyai tekad dan jiwa besar. Meski kekurangan dari segi materi, Pak Deden pantang untuk menghinakan dirinya sendiri dengan mengemis. Justru ia mampu bangkit dengan memilih berjualan demi membantu biaya pengobatan dan mecukupi kebutuhannya. Alangkah Indahnya Indonesia suatu saat nanti. Jika semua orang berpikiran sama dengan Pak Deden, tentu profesi pengemis hanya akan tinggal cerita di Negeri yang kaya ini.