in

5 Pahlawan Wanita yang Jasanya Sama Hebatnya dengan Kartini

Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini. R.A Kartini merupakan salah satu pahlawan perempuan yang berjuang mati-matian mengangkat derajat para wanita, agar mereka menjadi generasi yang terdidik dan sama istimewanya dengan kaum lelaki. Jasa R.A Kartini masih terus dikenang hingga kini dan tak akan pernah dilupakan.

Namun, tak hanya R.A Kartini saja yang sudah berjuang demi Indonesia. Kalau kita melihat kilas balik sejarah, ada banyak sekali pahlawan perempuan yang tak kalah hebatnya. Bahkan, mereka rela mempertaruhkan darah dan nyawa demi menegakkan keadilan. Inilah mereka!

Laksamana Malahayati

Namanya memang mungkin tak sepopuler Ibu Kartini, namun ia adalah salah satu dari banyak wanita yang berjasa di Indonesia. Malahayati adalah cucu dari pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Bercita-cita menjadi panglima perang sejak kecil, Malahayati mewujudkan mimpinya dan menjadi panglima perang di era Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Malahayati [sumber gambar]
Pada tahun 1599, ia memimpin kurang lebih 2 ribu janda (dari para pahlawan yang gugur) untuk maju melawan Belanda. Dalam pertempuran ini, Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam duel di geladak kapal Belanda. Karena itulah ia mendapatkan gekar laksamana, dan disebut sebagai laksamana laut pertama di dunia.

Dewi Sartika dan sekolah istri

Dewi Sartika lahir dari kalangan priyayi, maka ia berkesempatan mengenyam pendidikan. Kala itu, pendidikan untuk perempuan adalah hal yang istimewa, tak semua wanita orang bisa mendapatkannya. Hal itu ternyata digunakan oleh Dewi untuk berbagi dengan sesama. Ia kerap membagikan ilmunya kepada anak-anak pembantu yang ada di Kepatihan.

Dewi Sartika [sumber gambar]
Di usia 20 tahun, Dewi Sartika mendirikan wadah pendidikan yang diberi nama ‘Sekolah Istri’, di mana di dalamnya para wanita diajari membaca, menulis, menjahit, merenda, hingga ilmu agama. Sekolah ini mendapat tentangan dari Belanda pada awalnya, namun Dewi Sartika bisa membuat sekolah tersebut tersebar ke berbagai wilayah.

Martha Christina Tiahahu

Martha Tiahahu adalah salah satu sosok hebat dalam sejarah Indonesia. Di usianya yang masih remaja, 17 tahun, ia sudah sangat bersemangat mempertahankan tanah kelahirannya dari serangan Belanda. Mengikuti jejak sang ayah, Paulus Tiahahu, Martha turut serta ke medan perang.

Martha Christina Tiahahu [sumber gambar]
Enggak cuma angkat senjata saja loh, ia juga memberikan semangat untuk para perempuan agar membantu lelaki di medan perang. Untuk generasi saat ini, kamu tentu bisa menjadi pahlawan dalam versimu sendiri. Tak harus angkat senjata, tetapi menegakkan keadilan dan memberikan contoh positif pada perempuan yang ada di sekelilingmu.

HR Rasuna Said dan pemikiran luar biasanya

Ya, Rasuna Said adalah seorang pahlawan perempuan guys. Rasuna Said merupakan perempuan yang menentang keras adanya poligami. Di samping itu juga, ia terkenal sebagai seorang jurnalis dengan tulisan yang tajam serta kritis. Karena pemikiran-pemikiran luar biasanya itulah ia akhirnya dimasukkan ke dalam penjara di Semarang pada tahun 1932.

Rasuna Said [sumber gambar]
Pasca Indonesia merdeka, ia aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).

Siti Manggopoh

Tak ada yang meragukan ketangguhan perempuan satu ini. Siti Manggopoh merupakan pahlawan perempuan asal tanah Minang yang bisa menaklukkan penjajahan di Kabupaten Agam, seorang diri.

Siti Manggopoh [Sumber gambar]
Seperti dilansir dari cosmopolitan.co.id, Siti Manggopoh juga ikut dalam Perang Belasting, yang meletus karena kaum Minangkabau tidak setuju dengan kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting) yang bertentangan dengan hukum adat.

BACA JUGA: Tak Gentar Melawan Belanda, Begini Cara Masyarakat Sumbar Menghormati Jasa Siti Manggopoh

5 orang di atas adalah pahlawan wanita pada eranya. Tentu kita tak harus berjuang seperti mereka yang melawan penjajahan. Di era yang sudah modern ini, kaum wanita bisa melanjutkan perjuangan dengan menciptakan kebaikan-kebaikan, saling menghargai sesama wanita, atau mungkin membuat gebrakan baru yang bisa bermanfaat untuk banyak orang.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Profesor Jackie Ying, Muslimah Pencipta Alat Tes COVID-19 Tercepat di Dunia

Dari Novel hingga Film, Hal ini Sempat Dianggap Sebagai Prediksi Virus Corona di 2020