Membanggakan negara Indonesia di mata dunia bisa dilakukan dengan berbagai cara. Contohnya para atlet yang memenangkan pertandingan hingga membuat nama tanah air berada di puncak mengungguli negara lain. Dan bisa juga lewat berkarya di bidang lain seperti yang dilakukan Rustono. Pria ini memang bukan atlet atau artis, tapi namanya telah dikenal luas di berbagai negara di dunia.
Dikenal sebagai King of Tempeh, pria kelahiran Grobogan itu telah membawa tempe Indonesia terkenal hingga ke benua Asia, Eropa, bahkan Amerika. Namun sebelum menjadikan makanan legendaris itu mendunia, banyak jalan terjal yang harus dilewati Rustono. Berikut lika-liku kehidupan sang raja tempe.
Berawal dari Mimpi Naik Pesawat Terbang Saat Kecil
Masa kecil Rustono dihabiskan di sebuah desa agraris di Kramat, Kecamatan Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah. Tinggal di desa yang masih tertinggal, maka tak ada listrik dan jalanan berbatu pun mewarnai kesehariannya. Rustono kecil setiap hari membantu orang tuanya bercocok tanam.
Menempuh Akademi Perhotelan
Rustanto mulai memilih mimpinya sejak momen study tour kala SMP. Dalam kegiatan itu, Rustanto yang berwisata ke Borobudur bertemu orang asing dan berkomunikasi dengan beberapa di antara mereka. Dari situ, tiba-tiba Rustanto merasa memiliki impian untuk memilih pekerjaan yang berhubungan dengan orang asing.
Hijrah ke Jepang dan Ratusan Kali Gagal Membuat Tempe
Tiba di Jepang, Rustono berniat menjadi pengusaha. Alasannya, ia merasa miris melihat jam kerja di negeri itu yang sangat padat. Rustono pun berkeliling Jepang untuk survei inspirasi bisnis. Hingga ia melihat banyak produk kedelai di Jepang, dan mata jelinya menangkap jika tempe belum ada dalam jajaran produk itu. Rustanto pun berusaha memulai usaha tempe.
Belajar Membuat Tempe dari 60 Lebih Pengrajin di Indonesia
Setelah memiliki niat keluar dari pekerjaan, selama empat bulan sepulang kerja Rustono mencoba membuat tempe. Sayangnya, masih tetap gagal seperti sebelumnya. Akhirnya, pria ini memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
Tempe Buatannya Terus Menerus Ditolak Berbagai Restoran Jepang
Sepulang dari Indonesia, Rustono langsung mempraktekkan ilmu yang ia dapat. Dan, 20 tempe pertama buatannya laku terjual pada orang Indonesia di Jepang. Tiap hari, ada saja orang-orang Indonesia yang membeli tempe Rustono. Tapi semakin hari, jumlahnya semakin menurun. Rustono pun mencoba menawarkan produk buatannya kepada pemilik resto, hotel, catering, dan sebagainya.
Keberuntungan dari Seorang Wartawan
Di tengah keterpurukan karena penolakan tempenya, musim salju datang dan membuat produksi tempe terhambat. Sempat mengalami keputusasaan, istri Rustono mengingatkan mimpi untuk bisa membuat tempe buatannya tersebar di seluruh Jepang. Karena itu, Rustono pun berusaha bangkit dan memutar otak. Akhirnya ia pun menemukan ide memanfaatkan selimut elektrik untuk membuat tempe.
Hari kedua, Rustono tetap melakukan aktivitas seperti hari sebelumnya. Dan orang-orang tetap menghimbau agar dirinya tak melakukan hal itu. Dan ternyata, satu orang yang menghampirinya adalah wartawan. Wartawan ini akhirnya meliput aktivitas aneh ini dan tentang impian usaha tempe Rustono. Setelah dimuat, berita Rustono pun jadi viral di Jepang.
Mempopulerkan Tempe di Tiga Benua
Setelah namanya dikenal di pelosok Jepang lewat cerita yang ditulis wartawan, hal tak terduga menghampirinya. Rustono mendapat telepon dari restoran yang menolak tempenya dulu. Penelepon itu pun langsung mengutarakan niat menjadikan tempe Rustono sebagai langganan di restorannya.
Menerbangkan Tempe di batas Langit
Ia menceritakan mimpinya agar wisatawan yang ingin ke Indonesia mencoba dulu masakan khas Indonsia selama perjalanan. Gayung bersambut, mulai saat itu Chicken and Rusto’s Tempe Curry menjadi menu penerbangan Garuda Indonesia dari Kyoto ke Denpasar. Kini, mimpi Rustono menerbangkan tempe sampai batas langit pun terwujud.
Kisah Rustono mengajarkan kita bahwa putus asa adalah hal yang haram dilakukan mereka yang ingin sukses. Meski bertubi-tubi mengalami kegagalan, kegigihannya untuk tidak menyerah akhirnya membuahkan hasil. Karena pada dasarnya, penolakan adalah penerimaan yang tertunda. Dan tempe yang dulunya ditolak di mana-mana itu, akhirnya bisa mendunia.