in

4 Alasan Lawak Zaman Sekarang Masih Kalah Jauh dengan Era Srimulat Dulu

Terlalu Anarki
Terlalu Anarki [image source]

Saat ini rata-rata program yang memiliki rating tertinggi adalah acara lawak. Tak terhitung lagi sudah berapa banyak program TV yang mengusung tema lawak, bahkan saat waktu sahur ketika bulan puasa pun wajah televisi Indonesia dipenuhi dengan acara canda dan tawa itu.

Menurut beberapa pakar seperti Indro Warkop, memang dari sisi kuantitas, acara lawak mengalami peningkatan. Tapi sebaliknya, dalam hal kualitas justru mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan lawak-lawak semasa Srimulat dulu, lawakan zaman sekarang masih kalah jauh. Kenapa begitu berikut ini alasannya.

1. Tidak Punya Ciri Khas

Pelawak mana di zaman sekarang yang namanya bisa sementereng para legenda lawak Indonesia zaman dulu. Mulai dari kelompok Warkop DKI yang terdiri dari Dono, Kasino dan Indro, hingga kelompok Srimulat yang lawakannya sangat khas. Bahkan sampai sekarang nama-nama para pelawak zaman dulu masih lekat di hati para penggemarnya.

Srimulat dulu lebih punya ciri khas
Srimulat dulu lebih punya ciri khas [image source]
Berbeda dengan lawak zaman sekarang yang jarang sekali memiliki ciri khas dan suka ikut-ikutan tren yang banyak digandrungi masyarakat. Itulah sebabnya pelawak-pelawak legendaris di zaman Srimulat dulu awet dan bisa mempertahankan eksistensinya hingga beberapa dekade. Sedangkan pelawak saat ini akan timbul tenggelam dan cepat dilupakan ketika masyarakat sudah mulai bosan dan beralih ke tren lainnya.

2. Seninya Kurang Menonjol

Lawak atau komedi adalah seni, tapi Anda akan melihat dengan jelas sisi seninya di beberapa acara komedi zaman dulu, saat acara-acara komedi yang dibawakan oleh pelawak-pelawak legendaris mengusung tema komedi yang berkualitas. Meskipun itu hanyalah banyolan tapi tetap memiliki pesan-pesan bagi para pemirsanya.

Seninya Kurang Menonjol
Seninya Kurang Menonjol [image source]
Sedangkan lawak saat ini, sisi seninya justru kurang menonjol dan hanya sekedar candaan yang sering dilakukan masyarakat pada umumnya. Dalam sebuah kesempatan, Indro mengungkapkan keprihatinannya dengan perkembangan komedi masa kini yang menurutnya kurang cerdas. “Sekarang lawakan yang kurang berkualitas. Tapi sekarang cuma becandaan, bukan lawakan. Dulu pelawak di kritik karena ideologinya, tapi sekarang di kritik karena moral. Padahal, banyak juga pelawak yang sarjana. Tapi tidak mengambil komedi yang cerdas,” Ungkap Indro.

3. Terlalu Anarki

Tahukah Anda jika tidak sedikit juga netizen yang mengkritik acara-acara komedi masa kini yang nggak ada lucunya sama sekali dan isinya cuma jahil-jahilan dan goyang sana sini. Nyatanya, memang sebagian masyarakat mengaku prihatin dengan tampilan komedi yang penuh aksi anarki seperti itu.

Terlalu Anarki
Terlalu Anarki [image source]
Penampilan yang mempertontonkan aksi jahil seperti adegan pukul memukul memang mengundang tawa dan juga peralatannya pun terbuat dari styrofoam. Tapi meskipun begitu, komedi tersebut terkesan mengusung kekerasan dan tidak layak dipertontonkan. Apalagi jika sampai ada adegan memaki di antara para pemainnya. Hal ini akan berdampak pada penonton dan bisa-bisa dituru oleh penontonnya.

4. Rasis

“Mulutmu adalah harimaumu”, sudah seharusnya semua orang memperhatikan apa yang akan mereka ucapkan walaupun niatnya untuk membuat orang lain tertawa. Saat ini beberapa acara komedi seakan melupakan hal itu. Bicara seenaknya, meskipun yang jadi bahan lawakan tersebut adalah orang atau kelompok-kelompok tertentu.

Salah satu acar komedi masa kini [image source]
Salah satu acar komedi masa kini [image source]
Beberapa waktu yang lalu bahkan ada seorang kemedian yang sampai ditegur oleh KPI lantaran menampilkan lawakan yang isinya merendahkan korban pelecehan seksual. Tentu apa yang dilakukan komedian tersebut akan berdampak pada kejiwaan korban perkosaan karena dirinya dijadikan bahan tertawaan.

Itulah empat alasan yang menunjukkan bahwa lawak zaman sekarang itu tak sebaik komedi di era Srimulat dulu. Miris memang, karena kebanyakan komedian zaman sekarang seakan lebih mementingkan materi dan ‘yang penting digaji’, daripada menampilkan komedi yang cerdas dan jauh dari aksi kekerasan.

Written by Febri

Leave a Reply

5 Pesawat Pengintai Milik Amerika Paling Mematikan

10 Kebudayaan yang Terkenal dengan Para Kesatrianya