Mimpi menuju Piala Dunia secara perlahan menghilang, memudar seiring berjalannya waktu yang membawa kembali kita ke realita. Namun satu nama akan terus lekat dalam ingatan pendukung Garuda. Bukan karena kenangan indah, tetapi menjadi sosok yang dianggap memupuskan harapan.
Patrick Kluivert namanya. Sosok yang bakal menjadi salah satu tokoh utama di balik runtuhnya keinginan pecinta bola Indonesia agar Timnas tampil di ajang tertinggi sepak bola. Ditambah dengan beragam kontroversi yang menyertai sejak Ketua PSSI, Erick Thohir menunjuknya sebagai pelatih kepala.
Patrick Kluivert, penutup asa bangsa menuju Piala Dunia
Dua kekalahan beruntun di ronde keempat babak penyisihan Piala Dunia mengubur mimpi bangsa agar Timnas Indonesia tampil di Piala Dunia 2026 mendatang. Tak hanya suporter, para pemain pun tampak sember, berbasah-basah mata ketika dipaksa mengakui keunggulan Iraq di pertandingan pamungkas.
Satu sosok menjadi ‘martir,’ ditumbalkan beramai-ramai oleh semua orang adalah sang head coach, Patrick Kluivert. Dianggap tidak mumpuni dan merusak sistem permainan yang selama ini sudah dibangun dengan baik, ia perlahan menghilang dan akhirnya dikabarkan dipecat oleh PSSI.
Pergi dengan duit gratis lebih dari Rp. 30 miliar
Dengan dipecatnya salah satu legenda hidup sepak bola tersebut, PSSI dibebani dengan sebuah klausul kontrak yang sangat memberatkan, yaitu mutual termination. Sebuah istilah yang sering terdengar di dunia bola, dimana dua pihak sepakat untuk mengakhiri kerjasama, meski salah satu pihak harus dirugikan karena harus membayar kompensasi.
Besaran uang yang dikeluarkan oleh PSSI sudah pasti bikin Erick Thohir pusing tujuh keliling. Tanpa prestasi berarti, mereka dipaksa rela merogoh kocek kira-kira sebesar Rp. 37,8 miliar untuk menutup sisa kontrak Kluivert. Tetapi ini hanya kira-kira karena sudah pasti ada kesepakatan bersama dengan nominal yang sesuai, meski tetap saja, keluar duit juga..
Wajib bayar kompensasi, PSSI ‘suapi’ Kluivert dengan sisa kontrak
Sebagai catatan, Kluivert dikontrak selama dua tahun untuk melatih Timnas Indonesia dengan gaji sebesar 1,3 hingga 1,5 miliar Rupiah per bulan. Karena performa yang tidak sesuai harapan dan tuntutan publik bola Tanah Air, PSSI harus merelakan Kluivert pergi dengan tetap membayar kontrak kepelatihan yang tersisa 14 bulan.
Efektifnya, Kluivert bekerja sama dengan PSSI selama kurang lebih setahun. Ya, setahun kemunduran yang sangat terasa. Gagalnya di mana-mana. Tak hanya di level senior, permainan Garuda-Garuda muda di kelompok umur pun juga makin kedodoran, kecuali level junior bersama coach Nova Arianto yang masih tampak menjanjikan dan segera tampil di Piala Dunia U-17.
Sisanya tinggal kita yang gigit jari saja
Era Patrick Kluivert telah berlalu, menyisakan pedih dan kecewa. Pelatih yang cuma bisa diam saja ketika pemain-pemain kesulitan menjalankan strategi-strategi yang kesanya cuma mengada-ada, meski Timnas sudah memiliki nama-nama besar yang digadang-gadang mampu untuk mempresentasikannya.
Ya sudah. Mau apa lagi? Nasi sudah menjadi Patrick Kluivert. Satu era pergi dan pasti ada yang baru lagi. Sebuah pelajaran berharga, lebih-lebih untuk PSSI. Pilih pelatih yang tak hanya mengantarkan visi dan misi pribadinya, tetapi juga bisa menyuntikkan asa dan semangat bermain. Mampu membakar semangat, sekaligus menyatukan semangat tim dan para pendukungnya.
Pelatih yang tak cuma gaji buta dan pergi dengan kompensasi luar biasa. Kira-kira siapa sosok yang mampu mewujudkannya?
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…
Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…
Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…
Sedang ramai rakyat lawan penguasa dimana salah satunya terjadi di Indonesia. Entah siapa yang salah,…
Hong Kong membara! Jumat pagi (28/11/2025), enam gedung 31 lantai di kompleks permukiman Wang Fuk…
Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, cuaca hujan kali ini benar-benar menjadi momok bagi rakyat Indonesia. Tak…