in

7 Kota di Dunia yang Hanya Dihuni Satu Orang Penduduk, Pemandangannya Indah Banget

Cass [image: source]

Melihat kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, rasa-rasanya sesak banget ya karena kebanyakan penduduk. Nggak cuma itu, jumlah penduduk yang besar membuat permasalahan menjadi banyak dan kompleks. Mulai dari  masalah ringan seperti kebisingan, kemacetan, hingga masalah serius seperti kejahatan akibat persaingan mendapatkan sesuap nasi. Kalau sudah begitu, rasa-rasanya pengen banget kabur ke tempat sepi.

Masalahnya, adakah kota sepi yang menjanjikan kedamaian seperti itu? Dan ternyata ada. Bukan hanya sepi, beberapa kota mungil di berbagai belahan bumi itu hanya dihuni populasi tunggal atau satu orang saja. Tapi bukannya kesepian, orang-orang tersebut justru menikmati kedamaian di tengah keindahan yang jauh dari kebisingan.

Jordan River, Surga Pantai di Kanada

Jordan River [sumber gambar]
Bagi kamu pecinta pantai, pasti terpesona pada gemuruh ombak di tengah keheningan kota Jordan River. Bertempat di dekat Vanceover, kota ini hanya ditinggali oleh seorang kakek bernama Hugh Pite. Lelaki 72 tahun itu tetap tinggal meski kota pantai ini sering terkena erosi, tsunami, bahkan gempa bumi.

Monowi, Padang Rumput Menawan di Amerika Serikat

Monowi [sumber gambar]
Didominasi padang rerumputan nan hijau, pusat kota Monowi berada sekitar 8 km dari perbatasan Dakota Selatan dan Nebraska, Amerika Serikat. Meski dipenuhi bangunan-bangunan yang mulai terkelupas dindingnya, namun hal itu justru membuat Monowi menjelma kota misterius yang menarik. Terlebih di kota itu hanya dihuni seorang Elsie Eiler, Walikota sekaligus sekertaris, bahkan menjadi satu-satunya pemilik bar di kota itu. Menurut Elsie, Monowi dulunya padat penduduk. Namun setelah kondisi perekonomian semakin memburuk, satu persatu penduduknya berpindah ke tempat lain.

Buford, Wyoming, Amerika Serikat

Buford [sumber gambar]
Berada di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut, kota ini merupakan perhentian tertinggi sepanjang jalur Transcontinental Railroad. Hingga tahun 2013, kota ini hanya dihuni oleh seorang pria bernama Don Sammons. Namun pada 2012, kota yang memiliki toko kelontong, rumah modular, dan pom bensin itu dijual dengan harga US$ 900 ribu kepada orang Vietnam bernama Pham Dinh Nguyen.

Lost Spring, Wyoming

Lost Spring [sumber gambar]
Berdiri pada tahun 1911, kota ini awalnya memiliki sekitar 200 penduduk yang hampir semua bekerja di tambang batubara Rosin di dekatnya. Setelah tambang ditutup pada tahun 1930, populasi penduduk Lost Spring terus berkurang tiap harinya. Sampai di tahun 2010, hanya ada 3 rumah tangga yang menetap di kota itu. Bahkan kabarnya, pernah suatu kali kota itu hanya ditinggali satu orang saja. Kebangkrutan tambang batubara memang nyaris memaksa kota ini menjadi mendadak mati.

Villa Epecuen, Argentina

Villa Epecuen [sumber gambar]
Pesona Villa Epecuen ada pada sungai asin yang membentang sepanjang pantai Lago Epecuen. Sebelum dihuni penduduk tunggal bernama Pablo Novak, kawasan yang terletak di 600 km di barat daya Buenos Aires, Argentina ini sempat dihuni sebanyak 5000 penduduk. Namun orang-orang lantas berduyun-duyun pergi sejak 1993 ketika turun hujan lebat hingga menenggelamkan kota. 25 tahun kemudian, keadaan berbalik normal. Namun hanya Pablo Novaklah yang kembali ke Villa Epecuen dan menetapinya hingga hari ini.

Tomioka, Jepang

Tomioka [sumber gambar]
Sekilas memandang, Tomioka adalah kota modern dan canggih dari sisi teknologi seperti kota-kota lain di Jepang. Di kawasan Tomioka, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang menjadi awal bencana. Musibah itu terjadi pada 11 Maret 2011 yang menyebabkan ratusan ribu penduduk harus dievakuasi. Kini meski terlihat baik-baik saja, Tomioka merupakan zona terlarang dan terkontaminasi dalam radius 20 km di sekitar PLTN. Meski begitu, ada satu orang yang masih bersikukuh menetap di Tomioka. Dialah Naoto Matsumura, satu-satunya warga yang kembali karena merasa berkewajiban merawat pemakaman setempat, hewan terlarang, hingga hewan yang terlantar. Sungguh mulia ya.

Cass, Selandia Baru

Cass [sumber gambar]
Wilayah Cass menampilkan gunung tinggi membentang, suasana hening yang mendamaikan, dan padang rumput hijau. Sayangnya, tempat yang terletak di Distrik Selwyn itu hanya memiliki seorang penduduk. Pria ini adalah pekerja yang telah mengabdi di Cass sebagai penanggung jawab bagian tertinggi lintasan rel yang menghubungkan Greymouth dan Christchucrh. Saat diminta pindah, lelaki ini malah mengaku tidak pernah kesepian atau terasing di Cass.

Meski jadi saksi bencana-bencana menakutkan, ketujuh tempat itu masih menyisakan pemandangan indah yang menyejukkan mata. Karenanya, tidak heran meski harus tinggal sendirian, orang-orang di atas enggan meninggalkan kota sepi itu. Bagaimana ya kira-kira rasanya berada di tempat sepi seperti diatas? Kamu tertarik mencoba nggak nih guys?

Written by Aini Boom

Leave a Reply

Wakaliwood, Produksi Film Asal Uganda yang Gak Kalah dengan Rambo dan Expandables

Bak Bidadari, 8 Potret Bek tangguh Timnas Wanita Ini Buat Suasana Lapangan Hijau Makin Berwarna