Kota Malang yang biasa tenang dan terlihat adem ayem, tiba-tiba jadi headline pemberitaan yang menghebohkan di seluruh media massa. Bukan lantaran prestasi atau kelezatan kulinernya, melainkan penangkapan 41 dari 45 anggota DPRD yang diketahui melakukan korupsi secara berjamaah. Nah lho!
Hal ini tentu saja mengejutkan sekaligus menjadi salah satu sejarah korupsi paling miris di Indonesia. Khususnya di Kota Malang sendiri. Dilansir dari news.detik.com, Mereka yang terciduk Komisi Pemberantasan Korupsi, ditetapkan sebagai tersangka suap dan gratifikasi. Yang disayangkan, hampir semua elemen pemerintahan ikut terlibat dalam kasus tersebut.
Pertanyaannya, lha terus siapa yang memimpin roda pemerintahan di Kota Malang? Siapa yang layak menjadi pengganti mereka? Hal ini tentu saja menarik untuk ditelusuri ya Sahabat Boombastis. Mengingat, mereka adalah alat negara yang digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan. Khususnya di Kota Malang. Bisa dibayangkan, bagaimana nasib rakyat yang membutuhkan pelayanan negara jika pegawainya saja tidak jujur dalam bekerja.
Tentu saja, kekosongan posisi ini harus segera diselesaikan meski tidak bisa terburu-buru. Tak hanya rakyat yang merasa dicurangi, pemerintah Kota Malang pun harusnya realistis bahwa dirinya telah kebobolan luar dalam. Pun dengan adanya kejadian ini, mereka harusnya lebih selektif dan ketat dalam menyeleksi anggota dewan. Baik melihat dari track record-nya dalam sebuah organisasi, pekerjaan sebelumnya dan penilaian dari masyarakat sendiri. Karena jika dinilai dari sudut pandang kualitas intelektualitas dan gelar yang dimiliki, hal tersebut masih belum cukup. Bukankah para perampok uang rakyat adalah mereka yang notabene dianggap “pintar”?
Seperti komentar-komentar netizen yang bertebaran di beranda Facebook Komunitas Peduli Malang (ASLI Malang. Mereka rata-rata menghujat pada kasus yang menyeret 41 anggota DPRD itu. Mirisnya lagi, para koruptor terlihat masih sempat-sempatnya melambaikan tangan dan tersenyum pada sebuah sampul surat kabar. Tanda hukum dan rasa malu telah kehilangan wibawanya. Pemerintah dan rakyat pun harus tepok jidat untuk yang kedua kalinya.