in

Kisah Nenek Zubaedah, Wanita 72 Tahun Yang Masih Giat Bekerja

Nenek Zubaedah menjual martabak telor di dekat kampus UIN Jakarta | copyright Merdeka.com
Nenek Zubaedah menjual martabak telor di dekat kampus UIN Jakarta | copyright Merdeka.com

Bagi kita yang malas untuk bekerja, coba sejenak membaca cerita nenek Zubaedah. Sosok wanita tua yang tak pernah putus asa untuk bekerja, meski usianya yang sudah sangat tua. Di usianya yang sudah 72 tahun, nenek Zubaedah masih giat bekerja menjual martabak telor. Padahal, di luar sana banyak orang yang masih muda yang malas bekerja dan ingin mendapatkan uang dengan cara instan.

Berbeda dengan nenek lainnya yang menikmati masa tua mereka dengan banyak istirahat, nenek Zubaedah masih bersemangat mencari uang agar tidak menjadi pengangguran. Beliau juga tidak ingin bergantung kepada anak-anaknya yang sudah berpenghasilan, dilansir dari Merdeka.com. Sungguh sosok nenek yang bisa dijadikan inspirasi saat semangat untuk bekerja sudah tidak lagi tinggi.

1. Merantau setelah suaminya meninggal

Suami nenek Zubaedah meninggal dunia skitar tahun 2007 yang lalu. Dan setahun setelah suaminya meninggal, wanita tua yang tinggal di Brebes ini memutuskan untuk datang ke Jakarta dan mengadu nasib di ibu kota tersebut.

Nenek Zubaedah menjual martabak telor di dekat kampus UIN Jakarta | copyright Merdeka.com
Nenek Zubaedah menjual martabak telor di dekat kampus UIN Jakarta | copyright Merdeka.com

Meskipun usianya sudah tua, semangat beliau untuk bekerja masih tinggi. Nenek Zubaedah tidak ingin menghabiskan masa tuanya dengan menjadi pengangguran. Karena itu, beliau tidak patah semangat untuk bisa mencukupi kebutuhahan sehari-harinya.

2. Menjual martabak telor yang dikenal dengan Kue Nenek

Di Jakarta, nenek Zubaedah menjadi penjual martabak telor. Beliau membuka lapak di pinggir gang dekat kampus UIN Jakarta. Dengam modal yang beliau dapatkan dari hasil pinjaman, nenek Zubaedah membuat martabak telor yang terkenal di kalangan mahasiswa sana.

Sudah 6 tahun nenek Zubaedah menjual martabak telor dan orang-orang menyebutnya dengan Kue Nenek. Kendati demikian, nenek Zubaedah tidak berniat untuk memperbesar lapak jualannya apalagi hingga membuka cabang. Beliau sudah sangat bersyukur dengan tempat jualannya saat ini.

3. Bekerja untuk membayar hutang

Dengan menjual martabak telor, nenek Zubaedah bisa mendapatkan uang hingga 300 ribu. Apalagi, saat banyak mahasiswa yang antre untuk membeli Kue Nenek di sore hari. Akan tetapi, kalau lagi sepi, nenek Zubaedah hanya mendapatkan uang sekitar 200 ribu saja. kendati demikian, beliau tidak pernah berhenti bersyukur karena masih bisa mendapatkan uang dengan hasil jerih payahnya sendiri.

Dari uang yang didapatkan, nenek Zubaedah membayar hutang sebesar 150 ribu dan sisanya untuk membayar kios dan modal. “Kulo esih rekoso (saya masih kuat). Tidak mau menganggur saja. Lumayan kalau dodolan (jualan) begini. Bisa ngasih jajan cucu, bisa buat benerin rumah, sama bayar utang,” papar nenek Zubaedah.

4. Tak mau bergantung pada anak

Dari almarhum suaminya, nenek Zubaedah dikaruniai 12 anak. Namun sayangnya, hanya 8 anak yang masih hidup sementara 4 anak yang lain sudah meninggal karena sakit. Saat itu, nenek Zubaedah tidak mempunyai uang untuk membawa anaknya ke rumah sakit. Anaknya ada yang jual pecel lele, jualan nasi goreng, hingga yang sudah 7 tahun menjadi TKW di Malaysia.

Sementara itu, dari 8 anaknya yang masih hidup, nenek Zubaedah memiliki 22 cucu. Nenek Zubaedah yang tidak mau bergantung pada anak-anaknya malah masih sering memberi uang pada cucu-cucunya. Bahkan, salah satu cucunya ada yang minta dibelikan motor pada wanita tua ini.

Semoga kegigihan dan ketekunan nenek Zubaedah membuka mata hati kita semua. Masih banyak orang di luar sana dengan usia yang sudah tua dan mereka dengan segala keterbatasan masih giat untuk menyambung hidup.

Written by Evi Rizana

Leave a Reply

Tujuh Alasan Mengapa Pacaran Itu Tidak Bermanfaat

Vaksin bukan penyebab autisme pada anak

Rahasia Vaksin Dan Imuninasi Yang Belum Anda Tahu