in

Kisah Miris Pemain Asing Berprestasi yang Hidupnya Terlunta-lunta Ketika Bermain di Indonesia

Cerita pemain Indonesia yang telat mendapatkan gajian tentu merupakan hal yang biasa. Pasalnya kebanyakan tim di Indonesia belum dikelola secara professional. Rata-rata dari mereka selalu rugi antara pemasukan dan pengeluaran. Jadi tidak heran kalau ada pemain yang harus mencari kegiatan sampingan agar tetap memenuhi kebutuhan.

Untuk pemain lokal tentu mudah karena mereka berada di rumahnya sendiri. Tapi untuk pemain asing yang menjadi perantau tentu hal yang sulit. Tak jarang hal tersebut kemudian menjadikan para pemain luar harus mengharapkan belas kasihan untuk orang lain. Seperti halnya Diego Mindieta yang harus meninggal dunia karena tidak mampu berobat. Tak hanya Diego, masih ada beberapa pemain asing yang nasibnya tak jauh beda.

Salamon Begoundo yang harus menghembuskan nafas di Indonesia

Salamon Begoundo [Image source]
Kisah miris dialami oleh pemain asing asal Kamerun ini. Kehidupan terlunta-lunta setelah keluar dari timnya, membuat dia harus meninggal dengan piutang gaji sebesar Rp 120 juta. Hal ini dikarenakan timnya saat itu mengalami krisis keuangan. Kisah pilunya berawal setelah pemain ini keluar dari Persipro Probolinggo. Tak punya pekerjaan dan keahliannya yang terbatas membuat pemain asal Afrika ini harus hidup serba kekurangan. Dan akhirnya harus meninggal pada tanggal 29 November 2013 disebabkan oleh sakit yang tidak pernah diobati. Tidak berhenti di situ kendala administrasi membuat jenazahnya harus tertahan dua pekan pada RSUD Tangerang.

Diego Mindeta pemain Paraguay yang harus meninggal di Indonesia

Diego Mindeta [Image source]
Seperti halnya Salamon, pemain Paraguay ini juga harus menghembuskan nafas setelah sakit. Gaji sebesar 131 juta yang tidak dibayarkan oleh pihak Persis membuatnya tidak mampu berobat. Dan yang membuatnya tambah miris adalah selama sakit kehidupan Mindieta bergantung pemain lain. Tidak pernah ada pengobatan yang serius untuknya, bahkan untuk urusan tempat tinggal Miendeta harus berada di kos-kosan. Hingga akhirnya harus meninggal karena jamur dan virus menyerang otaknya. Ketika dirinya meninggal dan dipulangkan baru gajinya tertunggak 4 bulan dibayarkan. Ironi memang ketika sehat dielu-elukan tapi saat sakit dilupakan.

Pemain Brazil yang jasadnya tidak dipulangkan

Bruno Zandonadi [Image source]
Kematian pemain asing sepak bola juga terjadi pada pemain satu ini. Radang selaput otak membuatnya harus menghembuskan nafasnya di Rumah Sakit Usada Insani. Pemain Petrokimia 2004 ini dalam kehidupannya sangatlah tragis. Bahkan saat sakit biaya pengobatannya berasal dari patungan rekan-rekannya. Kasus dualisme liga ditenggarai membuat pemain hidupnya terlunta-lunta karena menganggur. Dan semakin miris, saat keinginannya dimakamkan di tanah Brazil tidak dapat terjadi karena kendala biaya.

Serge Litvinov harus berjualan es untuk menyambung hidup

Serge Litvinov [Image source]
Kisah tragis pemain asing juga terjadi kepada Serge Litvinov. Meskipun tidak berujung kematian tapi mantan pemain PSLS Lhoksumawe harus rela berjualan jus lantaran gajinya belum dibayarkan. Kisah mirisnya ini bertambah dengan visa kerjanya yang sudah habis. Membuat selalu terancam dengan petugas imigrasi. Tapi nasibnya terbilang masih beruntung karena banyak temannya yang masih mampu membantunya. Bahkan karena bantuan tersebut dia bisa berjualan minuman di Solo. Dan pada akhirnya melalui bantuan alm Jupe, Serge pulang ke negara asalnya di Rusia.

Mouwele Ebangga Silva pemain Kamerun yang harus terlunta-lunta hidupnya

Mouwele Ebangga Silva [Image source]
Nasib beruntung juga dialami oleh pemain asal Kamerun ini. Memiliki kasus yang sama yaitu penunggakan gaji membuatnya harus hidup terlunta-lunta. Bahkan Mouwele juga sempat sakit yang hampir membunuhnya. Tapi pria ini akhirnya dapat tertolong karena mendapat bantuan dari supporter Persewangi. Gaji Mouwele sendiri masih 220 juta yang belum dibayarkan oleh timnya dari perjanjian awalnya 300 juta satu musim. Perjuangan dalam mempertahankan hidup diisi dengan bermain tarkam didaerah sekitar Banyuwangi yang gajinya hanya cukup untuk makan. Namun pada akhirnya Mouwele bisa pulang dengan bantuan Bupati Azwar Anas.

Kisah ini merupakan masalah sangat serius yang harus segera dituntaskan. Meskipun bukan berasal dari negara kita, tapi mereka selalu memberikan kontribusi optimal untuk sebuah tim. Jadi sudah sewajarnya apabila para pemain asing tersebut diberikan haknya berupa gaji. karena dengan pembenahan pada sektor ini akan menjadikan sepak bola Indonesia lebih baik lagi dan meminimalisir jatuhnya korban.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

Usia Hampir 40 Tahun, 9 Potret Nova Eliza Ini Buktikan Dirinya Masih Seksi dan Awet Muda

Ngabur ke Pulau Hatta, Surga Tersembunyi di Maluku yang Air Lautnya Bisa Buat Ngaca