in

Pria Ini Nekat Jual Mainan Demi Kebutuhan Hidup Meski Harus Bertaruh Nyawa

Kerasnya kehidupan yang akan dialami oleh setiap manusia, mengharuskan Ketang memiliki kemampuan bertahan hidup dengan segala daya dan upaya yang dimilikinya. Bagi mereka yang memiliki cukup bekal, mungkin bisa menjadi salah satu yang beruntung melewati cobaan hidup tersebut. Untuk mereka yang mengalami keterbatasan secara fisik, hal tersebut menjelma menjadi sebuah tantangan berat yang juga harus ditaklukkan.

Agaknya, kisah perjuangan melawan takdir hidup ini ada pada sosok pria penyandang difabel asal Mojokerto ini. Seolah tak peduli siraman panas dan teriknya sinar matahari, dirinya semangat mencari nafkah dengan cara halal walau harus menyusuri jalanan yang berdebu. Tak jarang, ia juga harus bertaruh nyawa, menghindari kerumunan kendaraan yang lalu lalang melewati dirinya. Seperti apa perjuangan hidup dari pria ini, simak ulasan berikut.

Menderita keterbatasan fisik semenjak dilahirkan

Terkena polio sejak kecil [sumber gambar]
Jika boleh memilih, siapapun ingin dilahirkan dari keturunan seorang yang kaya raya, fisik sempurna dan ratusan keinginan lainnya. Namun hal tersebut tak berlaku bagi Ketang, seorang penyandang difabel asal Mojokerto. Anak kedua dari lima bersaudara tersebut, terkena penyakit polio semenjak umur tiga tahun. Alhasil, keduanya kakinya pun tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Nekat mencari nafkah halal dan enggan menjadi pengemis

Mencari nafkah yang halal [sumber gambar]
Di tengah himpitan ekonomi serta kebutuhan hidup yang semakin besar, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi penyandang difabel. Agaknya, hal ini pula lah yang dirasakan oleh Ketang. Namun, keterbatasan fisik yang dialaminya, ternyata tak menyurutkan kreativitasnya dalam berpikir. Pantang menjadi pengemis, dirinya memilih memodifikasi sepeda khusus yang bisa digunakannya untuk berjualan mainan. Hal tersebut sudah dijalani oleh dirinya semenjak 4 tahun silam. Meski sangat berisiko, dirinya tetap tabah berkeliling mulai pagi hingga petang sejauh 15 kilometer.

Hidup sebatang kara di negeri orang

Berjuang hidup sendirian [sumber gambar]
Di tengah keterbatasan fisik yang dideritanya, Ketang ternyata menyimpan kenangan pahit di masa lalu. Sekitar 14 tahun silam, dirinya sempat menikah dengan gadis tetangga desanya. Namun sayang, saat sang buah hati berusia 19 hari, istrinya berpaling dari dirinya. Menyandang status duda, dirinya kemudian menikah kembali dengan seorang perempuan yang memberikannya seorang putra yang kini berusia 3,5 tahun. Nahas, sang istri harus pergi untuk selama-lamanya setelah menderita kanker kelenjar getah bening. Hingga detik ini, Ketang pun harus hidup seorang diri berjuang melawan kenyataan hidup.

Berdarah-darah demi masa depan si buah hati

Bekerja keras demi masa depan yang lebih baik [sumber gambar]
Sosoknya yang bertubuh gemuk dengan kedua lututnya yang menghitam, menjadi saksi kerja keras dirinya demi bertahan hidup dan memberikan masa depan yang baik untuk anak-anaknya. Tak hanya itu, dirinya juga pernah berurusan dengan petugas Satpol PP karena keberadaan dirinya dinilai mengganggu ketertiban umum. Yang miris, dirinya bahkan pernah tertabrak sepeda motor saat sedang berjualan. Alih-alih ditolong, justru dirinya disalahkan oleh pengendara motor tersebut. Beruntung, ada seseorang yang baik hati, menolong dirinya dengan diantar menggunakan sebuah pikap.

Sosok dermawan yang menginsipirasi

Sosok dermawan yang menginspirasi [sumber gambar]
Sosok tambun yang memilih berjualan daripada menghiba belas kasihan tersebut, ternyata merupakan sosok dermawan yang prinsip hidupnya mampu membuat siapa saja menitikkan air mata. Bagaimana tidak, ditengah keterbatasan fisik yang dialami, Ketang berusaha untuk selalu berbagi saat dirinya mendapatkan rezeki berupa makanan kepada teman-temannya sesama pedagang. Yang mengharukan, dengan kerja kerasnya tersebut, ia ingin menginspirasi orang lain, baik mereka yang menyandang disabilitas maupun berfisik normal.

Tak hanya mengharukan, kisah perjalanan hidup sosok Ketang seolah menjadi pengingat sekaligus guru kehidupan yang bagi kita. Meski didera keterbatasan secara fisik, dirinya tetap bersemangat dan tabah menjalani episode kehidupannya tersebut. Tak ingin berpangku tangan dan menghiba belas kasihan sebagai pengemis, sosok dirinya menjadi inspirasi bagi siapa saja yang tak menyerah pada nasib meski  hidup dalam keterbatasan.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Suku Boti NTT, Pertahankan Budaya Nenek Moyang di Tengah Modernitas Zaman

6 ‘Single Mom’ Pekerja Kasar Ini Jadi Bukti Bahwa Janda Enggak Selamanya Lemah