Beberapa waktu lalu sempat jadi trend soal video seorang remaja yang ditempelengi hanya gara-gara ia memakai pin PKI. Tak lama setelahnya, beredar berita toko baju yang kena sidak gara-gara menjual kaos beratribut PKI. Kejadian-kejadian ini jadi bukti jika sebenarnya masyarakat Indonesia belum bisa move on dari kebencian terhadap PKI. Organisasi komunis ini masih jadi barang sensitif walaupun eksistensinya sudah lenyap lebih dari setengah abad lalu.
Berbicara soal PKI, tak lepas dari dua hal. Ya, G30s dan si ketua umumnya yang bernama Ahmad Aidit yang kemudian ganti nama menjadi Dipa Nusantara (DN) Aidit. Tokoh satu ini dianggap sebagai master mind alias otak busuk dari tragedi paling buruk dalam sejarah Indonesia itu. Di zaman orba, menyebut nama Aidit saja sudah bisa dianggap dosa. Dan hal tersebut nampaknya masih bertahan sampai hari ini.
Mendalami kisah hidup Aidit mungkin akan bikin sakit hati, namun kita perlu tahu juga sisi lain dari tokoh kontroversial satu ini. Apakah ia memang sekeji itu merencanakan kudeta termasuk menyilet-nyilet para jendral? Berhubung beliaunya sudah meninggal dan bukti super validnya masih hilang entah kemana, ya, kita hanya bisa berasumsi saja.
Ahmad Aidit Adalah Remaja Agamis yang Lurus
Kalau lihat apa yang sudah dilakukannya, kita mungkin mengira kalau Aidit awalnya adalah pemuda bar-bar yang idealis. Namun, kalau dibaca-baca lagi kisah masa lalunya, ternyata hal-hal seperti ini tak ada. Justru kenyataannya berkebalikan dengan persepsi banyak orang. Aidit adalah pemuda alim yang lurus.
Buang Nama Ahmad dan Dalami Marxisme
Jakarta adalah pelabuhan selanjutnya yang dituju oleh Ahmad setelah lama di Belitung. Lalu, entah mungkin untuk menandai sesuatu, ia pun membuang nama Ahmad dan menggantinya dengan Dipa Nusantara. Di Jakarta Aidit bersekolah di Sekolah Dagang sembari membuat dirinya sibuk di perhimpunan Demokratik Sosial Hinda Belanda yang jadi awal mula PKI.
PKI Meng-Indonesia dan Mendunia di Bawah Aidit
Marxisme yang kadung menancap ditambah kemampuan orator yang hebat, membuat Aidit dalam waktu yang sebentar saja sukses menjadikan PKI salah satu partai terkuat di Indonesia. Massanya lebih dari 55 persen pada pemilu di tahun 1955. PKI pun juga sukses mengembangkan sayapnya lewat berdirinya banyak organisasi lain, mulai Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia, Lekra dan lain sebagainya.
Kehancuran PKI Karena Kebengisannya Sendirinya
PKI mungkin bahkan sangat mungkin menguasai Indonesia jika mereka melalui cara biasa, lewat pemilu dan sebagainya. Sayangnya, mereka malah memilih bar-bar dengan melakukan kudeta laknat itu. Pada awalnya mungkin mereka merasa menang karena berhasil menculik dan membantai para jenderal, tapi rupanya takdir tak mengizinkan mereka untuk berbuat lebih jauh lagi.
Simpang Siur Kematian Aidit
Tak hanya peristiwa G30s yang mengandung banyak kontroversi, kematian sang ketua pun juga ternyata tak lepas dari itu. Tentang kematian, versi pertama tadi mengatakan jika Aidit dimatikan di Yogyakarta. Namun, di versi lain ada yang mengatakan pria Belitung ini mati di Boyolali.
Jasad Aidit lenyap tak berbekas tapi cerita tentang dirinya masih punya gaung hingga hari ini. Sayangnya, bukan kesan positif yang ditinggalkannya, justru sebaliknya. DN Aidit, pria biasa tapi punya pengaruh ini, sudah sukses menciptakan salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia. Selama PKI dan G30S masih lekat dengan dirinya, maka selama itu nama Aidit takkan pernah suci.