in

Kisah Perjalanan BJ.Habibie Bersama Garuda Indonesia, Bikin Air Mata Mengucur

BJ Habibie
BJ Habibie [image source]

Seperti Apakah sosok Bacharuddin Jusuf Habibie di mata Anda? Setiap mendengar namanya disebut, kita pasti akan teringat sosok lelaki tua dengan gaya bicara yang khas, terkadang meloncat ke sana ke mari saking cepatnya ia berpikir.

Tapi meskipun usianya sudah menginjak 79 tahun, ia masih memberikan perhatian besar pada kemajuan bangsa Indonesia. Hal sederhana tapi sangat mengena di hati yang ia lakukan, terlihat saat mantan Presiden Indonesia ke-3 itu mengunjungi Kantor Manajemen Garuda Indonesia di Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta.

1. Perhatian untuk Garuda Indonesia Masih Langgeng, Meski Umur tak Lagi Muda

BJ. Habibie adalah orang yang mempunyai andil besar dalam dunia dirgantara Indonesia, sudah sepantasnya Beliau disambut dengan hangat dan hormat oleh segenap jajaran manajemen Garuda Indonesia.

BJ Habibie
BJ Habibie [image source]
Bahkan secara khusus Presiden & CEO Garuda Indonesia saat itu, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh direksi tersenyum bangga melihat seorang B.J Habibie mengunjungi tempat kerja mereka.

2. Bersama BJ. Habibie, Diputarlah Video Perjalanan Garuda Indonesia yang Penuh Tetesan Air Mata Haru

Habibie datang ke manajemen Garuda Indonesia ditemani oleh putranya Ilham Habibie dan keponakannya Adri Subono, juragan Java Musikindo. Sebagai persembahan untuk sang legenda dirgantara Indonesia, diputarlah video yang memperlihatkan perjalanan Garuda Indonesia sejak tahun 2005. Dalam video tersebut juga ditampilkan segenap prestasi dan proyek ambisius Garuda Indonesia di masa depan.

https://youtu.be/3QqpiaeNq54

Bagi Habibie memori 20 tahun yang lalu itu sangatlah berharga dan beliau pasti punya alasan tersendiri kenapa ia memilih video N250 untuk disuguhkan pada segenap jajaran pegawai Garuda Indonesia.  Video itu dapat menyihir seisi ruangan menjadi haru dan banjir air mata. Kisah ini diceritakan oleh Novianto Herupratomo seorang direktur pelaksana maskapai penerbangan nomer satu di Indonesia, Garuda Indonesia.

Video diputar, semua mata memandang ke layar dan menyaksikan bagaimana pintarnya N250 terbang tanpa oleng hingga akhirnya bisa kembali ke landasan dengan selamat. Penerbangan perdana tersebut disaksikan langsung oleh Presiden Soeharto, ibu wapres Soedarmono, para menteri dan para pejabat Indonesia serta para teknisi IPTN. Tepuk tangan bergemuruh menyambut keberhasilan seorang Habibie mempelopori teknologi penerbangan buatan dalam negeri.

3. Fakta Menarik Kisah BJ. Habibie Bersama dengan Dunia Penerbangannya

Novianto menceritakan kembali pidato Habibie setelah video tersebut diputar yang kurang lebih sebagai berikut ini. “Dik, Anda tahu? Saya ini lulus SMA tahun 1954!” Habibie mulai bercerita dengan nada khas menyapa semua hadirin dengan kata ‘Dik’. “Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang. Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat. Ia tahu persis sebagai Insinyur, Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan teknologi yang berwawasan nasional yakni teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara.

BJ Habibie saat menceritakan kisah masa lalunya
BJ Habibie saat menceritakan kisah masa lalunya [imagesource]
Saya adalah rombongan kedua di antara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat, tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia.

Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.

Sekarang Dik, Anda semua lihat sendiri N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin. Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan. Teknologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal. Satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini, rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu.

Saat pembangunan pesawat di IPTN
Saat pembangunan pesawat di IPTN [imagesource]
Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya. Dik tahu? Di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina dan Indonesia. Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa. Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua?

4. Di kala BJ. Habibie Masih ‘Kekeh’ Berjuang Demi Garuda Indonesia

Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun. Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang. Dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!” begitulah kata Pak Habibie kemudian menghela nafas panjang.

Karyawan N250
Karyawan N250 yang harus mengais di negeri orang [imagesource]
Novianto sendiri, tak kuat menahan haru dan seketika pikirannya melayang ke puluhan tahun lalu di mana saat itu ia ditunjuk untuk menjadi salah satu tim Airline Working Group di IPTN yang ditugaskan untuk memproduksi pesawat N2130, pesawat sekelas B737. Ia mengaku beruntung dan bangga karena saat itu ia berada di bawah pimpinan Ilham Habibie. N1230 merupakan proyek yang sangat penting, karena dengan itu, Indonesia akan membuktikan pada dunia bahwa anak-anak bangsanya adalah generasi muda yang berkualitas dan membanggakan. Tapi sayang cita-cita besar tersebut tak pernah tercapai hingga saat ini.

Keputusan pemerintah saat itu, membuat proses produksi pesawat berhenti. Novianto yang teringat semua itu menunjukkan raut muka yang sama kecewanya dengan Habibie. Menurut Novianto jika saja N2130 benar-benar lahir, maka Indonesia tak perlu repot-repot membeli B737 atau Airbus 320 dan kemungkinan untuk menjadi pusat industri dirgantara akan semakin besar.

5. Puncak Cerita yang Membuat Air Mata Semakin Deras Mengalir

Pak Habibie kemudian melanjutkan ceritanya. “Dik, saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ibu Ainun istri saya. Ia ikuti ke mana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya, saya mau kasih informasi, Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu”.

Bapak BJ. Habibie bersama Ibu Ainun
Bapak BJ. Habibie bersama Ibu Ainun [imagesource]
Mendengar nama Ainun disebut, seisi ruangan tak kuat menahan haru. Seakan ikut merasakan kepedihan dan sakit di hati seorang Habibie. “Dik, kalian tau? 2 minggu setelah ditinggalkan ibu, suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu.” Ainun, Ainun, Ainun’ saya mencari ibu di semua sudut rumah. Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu, berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini’ mereka bilang ‘Kita harus tolong Habibie’.

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan; Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup. Saya pilih opsi yang ketiga”. “Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun. Dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia”.

Ibu Ainun habibie diboyong dari Jerman ke Indonesia dengan Garuda Indonesia
Ibu Ainun habibie diboyong dari Jerman ke Indonesia dengan Garuda Indonesia [imagesource]
“Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat. Saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri, maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke Tanah Air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”

Ucapan tulusnya pada Garuda Indonesia membuat semua orang terhenyak dan tak kuasa menahan tangis. Kesedihan dan keprihatinan akan nasib industri dirgantara Indonesia yang tak sesuai harapannya seakan belum cukup, Kepedihannya semakin bertambah tatkala istrinya yang sangat ia cintai meninggal dunia.

Itulah sepenggal cerita tentang Habibie dan garuda Indonesia. Seorang Habibie telah menunjukkan bahwa apapun bisa dicapai, asalkan harus dikerjakan dengan hati. Terimakasih Bapak Habibie, kami bangga padamu.

Written by Febri

Leave a Reply

jomblo akut

5 Alasan Mengapa Orang Indonesia Masih Nge-Jomblo Akut Sampai Usia 30an

7 Fakta Kerajaan Majapahit yang Telah Dilupakan Sejarah