Tidak ada gading yang tak retak. Tidak ada presiden yang sempurna. Semua presiden pernah melakukan kesalahan. Misalnya Soeharto yang meninggalkan hutang besar untuk membangun infrastruktur Indonesia, BJ Habibie yang melepas Timor Timur, Gus Dur yang membuka hubungan dengan Israel dan skandal bullogate bruneigate-nya, Megawati yang menjual BUMN ke negara lain, dan SBY yang membagi-bagikan bantuan langsung tunai. Jokowi, presiden Indonesia saat ini pun tidak luput dari kesalahan-kesalahan.
Meningkatnya penggunaan media sosial menyebabkan kritikan terhadap pemerintahan Jokowi terdengar lebih keras dibanding pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Ada kebijakan yang dianggap blunder kecil dan besar yang dilakukan Jokowi selama dua tahun memerintah. Ada pula kesalahan kecil yang terdengar lebih besar dari seharusnya.
Menaikkan Tarif Pengurusan STNK
Miskomunikasi dengan Staf

Juru bicara kepresidenan sendiri menyetujui jika Jokowi adalah orang yang sangat sederhana, termasuk dalam berkomunikasi. ‘Kesederhanaan’ ini menyebabkan banyaknya miskomunikasi dengan staf dan kesalahpahaman dengan jurnalis. Dalam hal ini, jokowi sangat berbeda dengan SBY yang mengedepankan komunikasi. Jokowi lebih hemat berbicara dan terlihat tidak nyaman saat berpidato, sementara SBY selalu memberikan jawaban selengkap-lengkapnya dengan sistematis dan bahasa yang mudah dimengerti. Jokowi juga sering salah menyebutkan data sehingga menjadi bahan tertawaan.
Mengangkat WNA sebagai Menteri
Menaikkan Harga BBM?
Kesalahan-kesalahan di atas memang belum masuk dalam taraf fatal. Namun jika Jokowi tidak berhati-hati, ia bisa saja membuat kesalahan besar dan membuat jabatannya dimakzulkan. Semoga ke depannya presiden bisa lebih bijak dan banyak berkoordinasi dengan bawahan-bawahannya sebelum mengambil keputusan.