Bagi pencinta sepak bola beberapa tahun ini, melihat skor 7-0 atau 9-0 pastinya menjadi jumlah yang dapat dikatgorikan besar dalam sebuah pertandingan sepak bola. Semakin sengit persaingan dan juga banyak pemain jago menjadikan banyak laga bola yang jarang catatkan hasil dengan banyak gol. Seperti contohnya adalah Piala Dunia beberapa minggu lalu yang sedikit sekali pertandingan yang dibanjiran gol.
Permasalahan itu ternyata tidak berlagu apabila kita melihat pertandingan bola di kompetisi Madagaskar tahun 2002 lalu. Gol yang dihasilkan bisa dibilang melebihi apa yang pernah dicatatkan klub besar di Benua Biru. Bahkan apabila dibandingakan dengan kemenangan besar Madrid era Milenium, tim asal Negeri Spanyol tersebut tidak ada apa-apa. Saat itu dalam babak Play Off Liga Madagaskar di Afrika, Tim AS Adema mampu dengan skor sangat sangat sangat telak atas lawannya yakni Stade Olympique de l’Emyrne (SOE).

Namun, usut punya usut hasil pertandingan fantastis tersebut terjadi bukan lantaran AS Adema bermain bagus, tapi ada peristiwa kekecewaan besar klub SOE sehingga gawangnya seperti di iklhaskan di gelontor gol. Melansir laman Liputan 6, para punggawa Olympique de l’Emyrne tersebut ternyata memasukkan bola ke gawangnya sendiri. Hal dilakukan sebagai bentuk protes dan kekecewaan kepada operator Liga Madagaskar dan wasit. Mereka mengaku telah dicurangngi wasit di pertandingan sebelumnya. Menjamu DSA Antananarivo pengadil lapangan mengambil keputusan kontroversi yang menjadikan laga berkesudahan imbang 2-2.
Apa yang tertuang dari kisah tadi adalah bukti bagaimana sebuah kontroversi wasit bisa memengaruhi gairah bermain di lapangan. Mengutip semboyan FIFA yakni Fair Play memang tanpa didasari hal tersebut olahraga ini bukanlah apa-apa. Namun terlepas dari itu, apa yang dilakun oleh Olympique de l’Emyrne sangat berlebihan.