Keberadaan para WNI yang bekerja sebagai buruh migran di Arab Saudi, seolah tak pernah habisnya menyisakan berbagai kisah. Salah satunya tentang hukuman mati yang kerap mereka terima sebagai bagian dari resiko saat mencari nafkah di negeri seberang. Dilansir dari bbc.com, Dua TKI di Arab Saudi yang bernama Sumartini dan Warnah berhasil dibebaskan dari hukuman mati.
Arab Saudi yang memang kental dengan hukum Islam, kerap tak pandang bulu dengan kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh orang-orang di negaranya. Sumartini dan Warnah, merupakan segelintir dari sekian banyak WNI yang berhasil lolos dari jerat mau para algojo di negeri yang kaya akan sumber minyak itu. Seperti apa kisahnya hingga berhasil menghindar dari maut?
Divonis mati karena dianggap menggunakan ilmu sihir
Hukuman berat yang jatuh karena tuntutan pihak keluarga korban

Sumartini dan Warnah yang menjadi pesakitan karena dituduh menggunakan sihir kepada keluarga majikan tempatnya bekerja, semakin mendapat tekanan hebat setelah diadukan oleh sanak famili korban yang merasa tidak terima. Dilansir dari bbc.com, majikan dan dan 15 anggota keluarga menuntut hukuman mati terhadap keduanya. Menurut laporan yang ditulis, Sumartini dituduh menggunakan ilmu hitam yang membuat anak sang majikan yang berusia 17 tahun hilang, meski kemudian dapat ditemukan dalam keadaan hidup. Sedangkan Warnah, dituduh menggunakan mantra yang membuat istri pertama majikan yang membuatnya mengalami sakit misterius.
Perjuangan keras KBRI Arab Saudi selama 10 tahun untuk bebaskan keduanya
Hukuman mati negeri kaya minyak yang masih menghantui buruh migran asal Indonesia
BACA JUGA: Kisah TKI Tuti Tursilawati yang Dieksekusi Arab Saudi Tanpa Permisi ke Pemerintah Indonesia
Vonis mati, eksekusi tanpa permisi dan segala bentuk hukuman yang bikin bulu kuduk berdiri, sampai saat ini tetap menjadi momok bagi para TKI yang mengadu nasib di negeri seberang, khususnya Arab Saudi. Berita kebebasan Sumartini dan Warnah memang patut diapresiasi. Namun demikian, masih ada banyak nyawa buruh migran Indonesia yang saat ini tengah berjudi dengan nasib. Menunggu kepastian untuk menghela kebebasan, atau justru terpekur menunggu ajal.