Indonesia yang dikenal dunia internasional dengan ragam budaya dan keindahan alamnya, ternyata banyak menyimpan sisi kelam. Salah satunya adalah fenomena banyaknya pelaku pedofilia yang membuat orang tua “ketar-ketir” bukan kepalang. Saking parahnya, Indonesia bahkan dinobatkan sebagai destinasi “pariwisata seks anak” bagi pelaku pedofil internasional untuk melampiaskan hasrat bejat mereka.
Belakangan, muncul beragam kasus pedofilia yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Seiring dengan semakin derasnya perkembangan teknologi informasi, jumlah korban dari kasus pedofilia ini semakin meningkat pesat. Selain para pelaku yang semakin “pintar” dengan memanfaatkan “celah” tersebut, masih ada banyak “lubang tikus” yang bisa mereka gunakan untuk menjerat mangsanya.
Tempat Wisata yang Melimpah Menjadi “Lapangan Tembak” yang Sempurna
Dunia tahu bahwa Indonesia terkenal akan tempat wisatanya yang indah. Informasi bagus tersebut nyatanya bisa dimanfaatkan dengan “bagus” pula oleh kawanan “pemangsa bocah” untuk menjerat mangsanya. Dengan menyamarkan identitasnya sebagai wisatawan, para turis dengan “misi khusus” tersebut bisa dengan leluasa mengeksploitasi hasratnya tanpa harus takut.
Kemiskinan yang Merajalela
Salah satu “celah” terbesar di Negara ini adalah, lemahnya mental dan harga diri sesorang karena kemiskinan akut yang telah lama di alami. Kesempatan ini telah dilihat sebagai “peluang” yang bagus” oleh pelaku pedofilia untuk beraksi. Dengan iming-iming harta dan segepok rupiah, menjadi salah satu jurus andalan mereka mendapatkan “obyek” seksual yang diinginkan.
Sikap Polos dan Lugu Menjadi “jalan kesuksesan ” yang Utama
Salah satu penyebab pelaku pedofilia memilih anak-anak usia dini yang menginjak masa pubertas adalah, dengan memanfaatkan kepolosan dan ketidaktahuan mereka. Anak-anak tersebut tidak bakal menyadari akan bahaya yang tengah mengincar dirinya. Kehangatan dan kebahagiaan yang seharusnya ada untuk mereka, dalam sekejap akan direnggut dan digantikan dengan “kehangatan semu” oleh pelaku “serigala anak” tersebut.
Bobroknya Sistem Peradilan dan Hukum Indonesia
Faktor lain yang mendukung suburnya pelaku eskploitasi seksual terhadap anak adalah lemahnya mekanisme peradilan dan hukum di Indonesia. Jangan harap dapat membuat kapok pelaku pedofilia internasional, untuk pelaku lokal saja terkadang hanya sebatas dikenai hukuman penjara.
Sikap Orang Tua yang “Cuek” Terhadap Anak Mereka
Orang tua adalah benteng awal yang menjadi “solusi” ampuh agar buah hati mereka tidak terkena dampak “racun” pedofilia. Sayangnya, para orang tua di Indonesia seringkali menganggap remeh hal tersebut. Lemahnya pengawasan orang tua dan sikap cuek terhadap setiap aktivitas anak, menjadi sumbangsih terbesar jatuhnya korban di tangan para “penikmat tubuh anak”.
Tingkah Anak yang Belum Paham Dalam Ber-Sosial Media
Kecanggihan teknologi terbukti menjadi senjata yang ampuh bagi “pecinta anak kecil” memperoleh targetnya. Ada ratusan jenis media sosial yang bisa mereka gunakan untuk menjebak mangsanya. Biasanya, anak-anak kecil yang menjadi korban adalah karena mereka tidak bijaksana dalam bermain sosial media. Selain itu, mereka juga sering “masuk perangkap” secara tidak sengaja karena ketidaktahuannnya.
Pemerintah Terkesan Lamban dan Kurang Pro-aktif
Jika kita amati selama ini, di setiap kasus pedofilia yang ada, sebuah sistem akan bergerak atau dilakukan ada saat kejadian tersebut telah terjadi. Pemerintah yang selama ini ikut sebagai pihak yang bertanggung jawab, terkesan lamban tanpa disertai upaya yang intensif untuk membendung ancaman tersebut.
Tabu Bicara Tentang Seks Terhadap Anak
Sikap tertutup pada orang tua tentang “seksualitas” terhadap anak juga bisa menjadikan anak tersebut mudah terjerumus dalam “pelukan” pedofilia. Budaya yang begitu “mendarah daging” ini sangat melekat erat, terutama orang tua di Indonesia. Dengan dalih tidak sesuai dengan adat “ketimuran” yang dianut, anak pun tidak mempunyai informasi yang jelas tentang masalah apa itu “seks” dalam artian positif. Hal Inilah yang menjadi “jalan tol” bagi para pedofil melancarkan aksinya.
Minimnya Edukasi dan Penyuluhan Bahaya “Predator Anak”
Baru-baru ini, pendidikan seks di usia dini sering di seminarkan oleh para ahli dan aktivitis pemerhati anak. Seolah ingin melawan arus “tabu” menjelaskan tentang seksualitas kepada anak,langkah ini mereka ambil sebagai bentuk antisipasi mereka terhadap kejahatan seksual dengan anak di bawah umur sebagai obyeknya.
Apapun bentuknya, kejahatan seksual terhadap anak merupakan tindakan kriminal dan tergolong sebagai aksi kekerasan terhadap kemanusiaan. Langkah terbaik yang bisa ditempuh adalah, peran aktif para orang tua dan anak yang didukung oleh pemerintah sebagai pengawas, sebagai tahap awal mencegah terjadinya tindak eksploitasi seksual. Setelah itu, mengatur kembali mekanisme hukum yang bisa membuat “efek jera” agar kasus pedofil tidak mudah terulang kembali.