3 Maret 1924 merupakan tahun kelabu bagi kekhalifahan Usmaniyah yang berada di Turki. Dilansir dari khazanah.republika.co.id, sang pemimpin yang bernama Sultan Abdul Hamid II bahkan harus terusir dan diasingkan dari negerinya sendiri. Melihat besarnya wilayah yang digenggam kerajaan Usmani pada saat itu, mengingatkan kita pada Indonesia yang juga memiliki banyak pulau di bawah kekuasaannya.
Sayang, kekhalifahan Usmani tak berlangsung lama. Sederet intrik politik, permainan curang para politikus yang saling menusuk, korupsi hingga campur tangan pihak asing, sukses menyudahi kepemimpinan dari kerajaan Islam tersebut. Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani, agar bencana tersebut tak menimpa Indonesia-yang juga dikenal sebagai negara besar, di masa depan.
Intrik jahat dari para politikus yang bermental asing
Semakin gencarnya dorongan dan pengaruh dari kekuatan kaum nasionalis Turki yang bercokol di dalam negeri, membuat kekuasaan pemerintahan kekhalifahan Usmani bertambah surut. Dilansir dari tirto.id, gerakan yang dipimpin Mustafa Kemal itu berhasil merontokkan golongan elite pendukung kekhalifahan sudah tak punya kekuatan lagi.
Ketidakmampuan menaklukkan pemberontakan di wilayah kekuasaan
Banyaknya pemberontakan yang melibatkan wilayah-wilayah kekuasaan Usmani di luar negeri, menjadi pintu awal bagi hancurnya kekhalifahan di masa depan. Hal ini ditandai dengan kekalahan dari Perang Balkan yang menyebabkan Kekhalifahan Usmani kehilangan seluruh teritori Eropanya. Laman tirto.id menuliskan, anggota Liga Balkan yakni Montenegro, Yunani, Bulgaria, dan Serbia kemudian memberanikan diri untuk meraih kemerdekaan 100 persen dari Usmani.
Peperangan dan kekacauan yang membuat negara semakin melemah
Selain masalah dalam negeri, runtuhnya kekhalifahan Usmani juga berasal peperangan yang tak kunjung mereda. Bukan hanya dari lawan politiknya yang didukung oleh sejumlah pemberontakan, perang dari negara-negara sekutu yang terdiri dari Perancis, Imperium Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Italia, Amerika Serikat, Liga Balkan, Kerajaan Hejaz (kini Arab Saudi) akhirnya membuat kekhalifahan menyerah.
Masuknya pihak asing yang ikut mengintervensi politik dalam negeri
Sebagai negara dengan SDA yang melimpah, sudah pasti posisi indonesia menjadi incaran yang potensial bagi bangsa asing. Jika Usmani kehilangan kekuasaan karena gerakan Mustafa Kemal yang didukung secara terang-terangan oleh barat, Nusantara pun juga demikian adanya.
BACA JUGA: 5 Fakta Hebat dari Kerajaan Islam Turki Ottoman yang Mampu Menaklukkan Tiga Benua
Bisa dibilang, kekhalifahan Turki Usmani kebobolan luar dalam. Negara besar yang memiliki daerah kekuasaan yang luas tersebut, akhirnya harus tunduk dan takluk karena beberapa sebab. Sama seperti Indonesia. Di mana banyak pihak yang sedang mengincar, sekaligus mencari cara untuk memecah belah persatuan agar bisa dihancurkan dengan mudah.