in

8 Fakta Mengejutkan Tentang WR Soepratman yang Cenderung Dilupakan

WR Soepratman [image source]

Siapa yang tidak kenal sosok legendaris Wage Rudolf Soepratman? Sosok Pahlawan Nasional Indonesia ini sangat berjasa bagi bangsa karena salah satu karyanya yang kita lantunkan sampai saat ini, apalagi kalau bukan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Mungkin mayoritas dari kalian setuju bahwa pria kelahiran Purworejo ini termasuk musisi jenius yang pernah dimiliki Indonesia. Bayangkan tanpa beliau mungkin setiap hari senin kita tak akan punya lagu pelecut semangat yang dinyanyikan semua anak dari Sabang sampai Merauke.

Namun sayangnya kebanyakan anak sekarang hanya mengenal lagu Indonesia Raya tanpa tahu siapa sebenarnya sosok di balik lagu tersebut. Untuk itu, berikut adalah beberapa fakta tentang sang legenda yang sepertinya sudah banyak yang tak lagi mengetahuinya.

Asal mula nama ‘Rudolf’

Bila mendengar namanya, tak jarang masyarakat bertanya-tanya apakah sang maestro merupakan seorang keturunan Belanda? Faktanya pencipta Indonesia Raya ini asli berasal dari keluarga Jawa yang baru mendapat sisipan nama Rudolf ketika mengikuti kakaknya ke Makassar. Kakak Wage, Roekitjem sengaja memberi nama itu agar sang adik dapat bersekolah.

Rudolf [image source]
Nama Belanda diberikan agar Wage dapat melanjutkan pendidikan di Europese Lagere School (ELS) yang hanya mau menerima orang Eropa dan Belanda. Dengan nama itu diharapkan juga dia mendapat perlakuan yang sama dengan murid Belanda lainnya. Walaupun ternyata kemudian rahasia ini terbongkar dan Wage akhirnya harus melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah Melayu.

Pernah menjadi personil band

Siapa sangka sang musisi legendaris ini juga sempat menjalani kehidupan sebagai personil sebuah grup musik. Tahukah kamu bahwa Wage sangat piawai memainkan biola yang mana kemampuan tersebut dia dapatkan dari sang kakak ipar, Van Eldik. Itulah kemudian yang membuat Eldik mengajak Wage bermusik bersama.

Personil band [image source]
Saat menginjak usia 17 tahun, WR Soepratman dan kakak iparnya membentuk band yang diberi nama Black-White Jazz Band di Makassar. Dan tanpa diduga sebelumnya, band beraliran jazz ini sering sekali diundang untuk mengisi acara perayaan-perayaan di daerah Makassar.

Wage pernah menjadi wartawan

Sebelum namanya tersohor sebagai pencipta lagu, WR Soepratman sempat menjalani karir sebagai wartawan. Saat itu dia sudah meninggalkan Makassar dan tinggal di daerah Bandung. Wage pertama kali menjadi jurnalis untuk harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita sampai akhirnya dia pindah ke Jakarta.

Wartawan [image source]
Bau-bau sebagai seorang pejuang sudah dapat terlihat pada sosok Wage ketika dirinya lebih banyak bergaul dengan para tokoh pergerakan. Itulah yang menjadi awal ketertarikannya dengan yang namanya pergerakan hingga memunculkan rasa tidak suka dengan penjajahan Belanda. Padahal beliau sempat mengenyam pendidikan bersama para Belanda.

Pernah menerbitkan buku

Menjadi seorang wartawan membuat Wage semakin cinta dengan menulis. Kecintaannya itu kemudian dia tuangkan dalam sebuah buku berjudul Perawan Desa. Cerita dalam buku tersebut diketahui terinspirasi dari situasi pergerakan tokoh Indonesia melawan penjajahan di kala itu.

WR Soepratman [image source]
Namun sangat disayangkan bahwa buku karangan sang maestro ditarik oleh Belanda dan dilarang untuk beredar karena ditakutkan bisa memprovokasi masyarakat. Setelah itu barulah sang WR Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Tapi tak lama kemudian dia meminta untuk dapat kembali pulang ke Makassar.

Menciptakan Indonesia Raya karena merasa tertantang

Tahukah kamu bahwa lagu Indonesia Raya muncul karena artikel yang terdapat pada sebuah majalah. Saat masih tinggal di Jakarta, Wage membaca sebuah tulisan di majalah yang berbunyi “mana komponis kita yang dapat menciptakan lagu kebangsaan Indonesia yang dapat membangkitkan semangat rakyat?”

Majalah timboel [image source]
Kemudian WR Soepratman merasa tertantang untuk mengubah lagu sampai akhirnya Indonesia Raya lahir di tahun 1924. Lagu karya lelaki Purworejo itu kemudian pertama kali diperdengarkan kepada umum saat penutupan kongres Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sejak saat itulah para kaum pergerakan menyanyikan lagu tersebut setiap mengadakan pertemuan.

Gerak geriknya diawasi Belanda

Kita memang tidak pernah mendengar sosok WR Soepratman turun ke medan perang dengan membawa senja di tangan, namun pria ini cukup meresahkan pihak penjajah. Apalagi setelah dia menerbitkan buku Perawan Desa dan lagu Indonesia Raya yang membuat Politieke Inlichtingendienst (dinas keamanan Hindia belanda) mengintainya.

Soepratman [image source]
Beberapa pihak menyebutkan bahwa pengintaian itu membuat WR Soepratman mulai sakit-sakitan. Selain itu dia juga sempat dipenjara di Kalisosok Surabaya hanya beberapa hari sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Dituduh menjiplak lagu lain

Sepeninggal sang maestro tiba-tiba publik dikejutkan dengan pernyataan seorang pengamat musik, Remy Sylado yang menyebutkan bahwa Indonesia Raya berasal dari lagu jazz klasik berjudul Pinda Pinda Lekka Lekka. Namun kemudian pendapat itu disangkal oleh pengamat musik lainnya, Kaye Silapung, dengan mengatakan bahwa tuduhan Remy tak ubahnya adalah pengulangan tudingan Amir Pasaribu di era 1950-an.

Indonesia Raya [image source]
Jika ingin dibandingkan antara Indonesia Raya dengan lagu Pinda Pinda Lekka Lekka maupun Boola Boola (versi Amerika), hanya memiliki kesamaan di delapan ketukan saja. Yang mana dengan jumlah tersebut kita tidak bisa menyebutnya sebagai lagu jiplakan.

Tanggal lahir yang sebenarnya

Tahukah kamu bahwa tanggal lahir sang maestro pun ternyata selama ini mengalami perdebatan. Ada pendapat bahwa WR Soepratman lahir di tanggal 9 Maret yang mana juga diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa Wage lahir pada 19 Maret 1903 di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

WR Soepratman [image source]
Dari pihak keluarganya sendiri menyatakan bahwa sebenarnya pencipta lagu Indonesia Raya ini lahir pada tanggal 19 Maret yang mana pendapat ini juga dikuatkan oleh keputusan pengadilan negeri Purworejo 29 Maret 2007 lalu.

Siapa sangka bahwa komponis legendaris Indonesia ini pernah menjalani karir sebagai seorang wartawan yang sangat kritis. Pria ini juga pernah menjadi bulan-bulanan intel penjajah hanya gara-gara buku dan lagu yang dibuatnya. Apapun yang terjadi sebagai anak bangsa kita harus terus mengingat jasa pahlawan kita. Jangan lupakan sejarah!

Written by Faradina

Leave a Reply

Ikan Sembilang, Spesies Perairan Indonesia yang Bikin Kejang-Kejang Sampai Keguguran

4 Pernikahan Berujung Menyedihkan yang Merebut Simpati Banyak Netizen