in

7 Fakta Panas yang Membuktikan Inggris Abad ke-19 Adalah Surganya Prostitusi

Sudah pernah baca buku sejarah atau novel dengan latar belakang Inggris abad ke-19 atau yang juga sering disebut dengan Era Victoria? Kesan yang tergambar biasanya adalah bahwa orang Inggris itu sangat ketat dan taat beragama.

Kenyataannya, pada masa itu ternyata rumah prostitusi lebih banyak merajalela daripada sekolah. Kurang lebih 80 ribu wanita bekerja sebagai penyedia jasa esek-esek. Setelah membaca deretan fakta soal prostitusi di Inggris abad ke-19 ini, menurutmu seberapa terobsesikah masa itu dengan seks?

1. Prostitusi Adalah Pekerjaan dengan Gaji Tertinggi Bagi Wanita

Wanita Inggris pada masa itu cuma memiliki pilihan pekerjaan yang sedikit. Selain itu gajinya juga sangat rendah dengan kondisi kerja yang kadang membahayakan. Mulai dari pedagang di jalan, pekerja pabrik, atau penjaga toko. Kalau cukup beruntung, mereka bisa bekerja sebagai asisten rumah tangga bangsawan.

Foto Prostitusi Era Victoria [Image Source]
Foto Prostitusi Era Victoria [Image Source]
Wanita yang paling berpendidikan hanya menghasilkan rata-rata 25 Pounds per tahun. Bahkan di masa itu, nominal tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan seorang wanita apalagi dengan anak-anak tanpa bantuan suami. Prostitusi adalah satu-satunya pekerjaan bagi wanita dengan jam kerja pendek dan penghasilan besar sehingga mereka bisa benar-benar mandiri tanpa membutuhkan suami.

2. Pelaku Prostitusinya Terbagi dalam Tiga Kelas

Semua pelaku prostitusi memang harus melakukan pekerjaan yang sama. Tapi mereka terbagi dalam tiga kelas yang berbeda. Kelas terendah ini yang paling mengenaskan, karena para wanita muda ini dipaksa tidur dengan pria manapun yang dikirimkan oleh si mucikari dan sering kali terpaksa tinggal di tempat yang sangat kotor.

Seorang Pria dan Wanita Malam [Image Source]
Seorang Pria dan Wanita Malam [Image Source]
Wanita prostitusi mandiri yang memiliki apartemen sendiri masuk dalam kategori kelas menengah. Mereka bisa memilih kliennya sendiri dan tidak butuh perantara mucikari. Jadi, penghasilannya benar-benar untuknya sendiri. Selanjutnya ada juga kelas yang tertinggi. Wanita ini biasanya sangat cantik dan cukup berpendidikan. Klien mereka juga hanya dari kalangan kelas atas seperti aristrokat atau anggota parlemen. Beberapa diantaranya bahkan cuma melayani satu pria saja.

3. Wanita yang Sudah Menikah Juga Ikut Menjual Diri Demi Kebutuhan Hidup

Pekerjaan kelas rendah rata-rata tidak cukup menghasilkan untuk menghidupi keluarga besar. Jadi, pada masa itu para istri umumnya juga ikut menjajakan diri sementara suaminya bekerja seperti biasa. Anehnya, para suami ini juga membiarkan lelaki lain tidur dengan istrinya bahkan ada juga yang sekaligus menjadi mucikarinya.

Wanita Penjaja Tubuh [Image Source]
Wanita Penjaja Tubuh [Image Source]
Sementara itu, wanita yang belum menikah juga banyak yang bekerja di dunia hitam ini demi menambah pendapatan. Tapi jika seorang wanita ketahuan sudah tidak perawan sebelum menikah, artinya ia sudah “jatuh” dan kemungkinan besar akan terus hidup sebagai seorang penjaja tubuhnya.

4. Prostitusi Anak Adalah Hal yang Masih Sangat Umum Terjadi

Pada masa era Victoria, usia 13 tahun dianggap sudah dewasa dan kasus anak-anak yang melahirkan banyak terjadi. Ada banyak orang dari kelas bawah yang melihat anak mereka sebagai komoditas untuk menambah penghasilan. Anak-anak usia 11 atau 12 tahun dijual oleh orang tua sendiri dan mereka tidak akan punya pilihan.

W.T. Stead [Image Source]
W.T. Stead [Image Source]
W.T. Stead, seorang jurnalis investigasi melakukan penelitian tentang betapa mudah membeli keperawanan seorang anak berusia 13 tahun. Hanya dengan 5 Pounds, dia sudah bisa mendapatkan gadis yang ia sebut dengan Lily dari orang tuanya sendiri dan lengkap dengan pemeriksaan yang menyatakan ia masih perawan.

Yang lebih ngeri, si petugas medis yang memeriksa keperawanan gadis tersebut memberi saran agar Stead membuatnya pingsan dengan kloroform. Tujuannya adalah Lily tidak melawan saat akan ditiduri. Laporan penelitian ini membuka mata masyarakat hingga akhirnya dibuatlah hukum baru yang menyatakan usia seseorang dianggap dewasa adalah 16 tahun.

5. Rumah Prostitusi Juga Melayani Fantasi Seksual

Pada masa itu, para pria juga punya banyak fantasi seksual. Tapi segala fantasi tersebut tidak bisa terpuaskan oleh istrinya karena wanita berkelas dituntut agar tidak larut dalam hal-hal yang berbau seksual. Persetubuhan bagi wanita hanya sarana untuk memiliki anak.

Prostitusi [Image Source]
Prostitusi [Image Source]
Karena itulah, kemudian muncul rumah-rumah prostitusi dengan beragam tema untuk memuaskan fantasi seksual pelanggan. Tapi mirisnya, ada juga yang memberikan jalan bagi para pedofil karena beberapa rumah prostitusi ini khusus menyediakan gadis muda dan perawan.

6. Ada Katalog Khusus Untuk Memilih Wanita Sesuai Selera

Mirip seperti katalog belanja, pada masa itu pria era Victoria bisa memilih wanita yang diinginkan untuk menemani dengan melihat sebuah buku khusus. Buku tersebut menyimpan deskripsi mulai dari usia, ciri fisik, tipe kepribadian, dan harganya.

The Swell’s Night Guide Through The Metropolis [Image Source]
The Swell’s Night Guide Through The Metropolis [Image Source]
Di Inggris era Victoria, buku katalog yang paling terkenal adalah The Swell’s Night Guide Through The Metropolis. Buku ini menggambarkan prostitusi sebagai salah satu kegiatan menarik yang bisa dilakukan pria saat berkunjung ke London. Mirip seperti buku travel guide yang biasanya ada di hotel.

7. Meski Legal, Inggris Memiliki Pusat Rehabilitasi Bagi Wanita Pelaku Prostitusi

Meski Prostitusi adalah hal yang legal, banyak wanita malam dimasukkan ke pusat rehabilitasi dan biasanya dijalankan oleh kelompok religius. Alasan yang digunakan adalah para wanita malam ini bertindak dengan menuruti hawa nafsu mereka.

Pusat Rehabilitasi [Image Source]
Pusat Rehabilitasi [Image Source]
Tinggal di pusat rehabilitasi ini lebih buruk dari penjara. Mereka harus tinggal setidaknya 2 tahun minimal untuk memastikan mereka benar-benar ‘sembuh’. Para wanita tersebut harus menunjukkan rasa membenci diri sendiri yang sangat dalam atas masa lalunya serta harus memiliki hasrat yang sangat besar untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Dengan demikian, barulah mereka akan dibebaskan dari pusat rehabilitasi tersebut.

Siapa sangka jika di era yang sering dianggap sebagai masa-masa yang begitu ketat dengan peraturan dan religius, prostitusi ternyata merajalela dan dianggap sebagai hal yang biasa. Meskipun alasannya memang karena terdorong oleh keadaan, seharusnya ada cara lain yang dilakukan untuk memperbaiki situasi. Kegiatan prostitusi bukan tanpa resiko, karena penyakit berbahaya juga mengancam dari perilaku seperti ini.

Written by Tetalogi

Leave a Reply

Punya Saldo di Tokopedia dan Bukalapak? HATI HATI HILANG DIBOBOL PENCURI!

5 Fakta Mengagumkan H.O.S Cokroaminoto, Guru Bangsa Terhebat yang Nyaris Terlupa