in

Pemimpi, Inilah Kebahagiaan dari Segala Sakit yang Pernah Kita Rasa!

Ada dua jenis manusia di dunia ini. Pertama adalah pembual ulung, dan yang terakhir adalah pemimpi manis. Kedua manusia ini berpadu selayak yin dan yang. Memenuhi bumi ini dengan rasa cinta, benci, bahagia, hingga amarah yang tak bisa dibendung lagi.

Pembual memiliki banyak kata yang manis. Yang indah hingga membuat banyak pemimpi dimabuk kebayang. Pembual lihai membuat sebentuk cinta yang kadang di akhir menjadi duka yang tak terperi. Duka yang akan terus diingat para pemimpi yang haus rindu akan kebahagiaan yang konon hakiki.

Pemimpi rupanya hanyalah seorang manusia yang enggan berpikir. Perasaan mereka lebih kuat ketimbang batu terkeras mana pun di dunia ini. Itulah mengapa pedih kerap pemimpi rasakan ketika pembual mulai memendarkan pesonanya. Pemimpi akan terjerat, terperangkap, lalu jatuh dan lelah untuk bangkit.

Pemimpi, di setiap jatuh yang kita alami, ada harapan yang akan selalu terkenang. Di setiap sakit yang pernah kita rasa, ada secercah kebahagiaan yang siap untuk diraih! Inilah kebahagiaan-kebahagiaan itu!

Sakit Bukanlah Kebahagiaan yang Tertunda, Sakit Adalah Bahagia dengan Cara Lain

Kita kerap membayangkan bahagia selayak sepasang manusia yang berada di pelaminan. Penuh tawa, penuh haru, dan penuh harapan. Benar, itu tidak salah. Namun bahagia tak sesempit yang kita anggap. Bahagia memiliki keluasan makna yang tak bisa kita bayangkan.

Dalam menjalin kasih, sakit adalah risiko yang harus ditanggung semua orang. Begitu ikrar cinta diucap, sakit sudah membayangi kita dengan kekuatannya yang besar. Salah sedikit, sakit akan datang untuk bersua dan membuat segala kebahagiaan itu reda, perlahan-lahan hilang hingga habis tak bersisa.

Sakit itu Bahagia dengan Cara Lain [image source]
Sakit itu Bahagia dengan Cara Lain [image source]
Pemimpi, sakit itu bukanlah hal yang perlu kita tangisi. Bukan pula hal yang perlu kita ingat sepanjang usia. Sakit hanya perlu dirasakan. Sakit hanya perlu kita pahami sedikit demi sedikit hingga menjadi sebentuk kebahagiaan yang tak pernah kita alami sebelumnya.

Jangan pernah marah atau sampai mengutuki sakit. Jangan, jangan lakukan itu. Perlakukan sakit selayak kebahagiaan. Dengan begitu, kebahagiaan yang sesungguhnya akan muncul. Sakit selalu membawa kebahagiaan yang tak terduga. Tunggu, tapi tetaplah berusaha. Karena sakit sejatinya adalah kebahagiaan yang datang dengan cara yang berbeda.

Sakit adalah bukti jika kita masih memiliki hati. Masih memiliki perasaan yang tulus untuk mendapatkan kebahagiaan lain yang sesungguhnya.

Harapan Mungkin Hilang, Namun Jiwa Takkan Pernah Reda Membuatnya Berkali-Kali Tanpa Lelah

Pemimpi, harapan mungkin hilang dengan sempurna. Bahkan sisa kehangatannya takkan bisa kita rasakan. Apa yang dahulu kita cita-citakan bersama dengan terkasih ibarat bunga yang tercerabut lalu dibuang ke jurang yang dalam. Semuanya lesap bersama kebahagiaan yang pernah kita senyumi setiap hari.

Hilangnya harapan [image source]
Hilangnya harapan [image source]
Kita pasti merasakan sakit yang bertubi-tubi saat harapan itu sekarang berwujud kosong. Namun pemimpi, jiwa ini tak akan pernah lelah membuat harapan baru untuk menghidupi kita. Jiwa juga akan selalu membuat janji bahagia yang nanti benar-benar terwujud. Tanpa ada dia, yang telah pergi dengan menginjak-injak harapan ini dengan kebahagiaannya.

Hey, Pemimpi! Setiap manusia memiliki sebentuk jiwa yang akan selalu bersinar dan menghangat hingga kita tiada. Selama masih bisa bernapas dengan tangis yang keras, kebahagiaan itu akan hadir lagi. Sakit memang lebih lama membekas di hati, namun kebahagiaan akan lebih sering datang setelahnya.

Ini bukan mimpi. Ini janji jiwa kepada raga tempatnya bersemayam.

Cinta Bisa Hilang Dalam Sekejap Mata, Namun Ia Bisa Datang Tanpa Bisa Kita Ketahui

Saat sakit datang, saat harapan lenyap dengan cepat, cinta juga mengekor hilang tanpa pamit. Tak usah disesali hingga membuat kita seperti manusia paling bodoh di dunia. Cinta memang begitu. Ia tak bisa selalu mengakrabi jiwa kita yang ingin memeluknya erat-erat.

Ia seperti merpati yang bisa terbang dari satu hati ke hati lain. Dari hati kita, lalu ke hati orang lain dan menetap di sana selamanya.

Pemimpi, cinta tak hanya ada satu di dunia ini. Ia terus tumbuh tak bisa dibendung oleh siapa saja. Mungkin saat ini ia pergi dan membuat kita sakit hingga air mata enggan keluar lagi. Mungkin ia telah membuat hati kita dingin hingga mengeras seperti es.

Cinta yang hilang [image source]
Cinta yang hilang [image source]
Namun cinta pasti datang lagi kepada kita. Membawa lagi bahagia yang sudah kita anggap mustahil untuk kembali singgah. Biarkan hati kita tetap terbuka, tetap menganga dengan segala luka, dan sakitnya. Suatu ketika cinta akan hinggap, lalu membentuk sarang di dalam sana selamanya. Jangan pernah menolaknya saat ia datang. Namun pula, jangan mudah memeluk cinta yang datang tiba-tiba.

Rasakan semuanya perlahan-lahan. Seperti saat sakit itu datang dan mulai membuat kita patah arah. Kita pasti akan menemukan cinta itu, segera.

Percayalah, Bahagia Itu Adalah Kita, Ia Tak Pernah Pergi Untuk Berkhianat

Bahagia tak pernah hilang dalam diri kita. Karena ia adalah kita. Bahagia bisa membuat dirinya menjadi banyak hal. Namun ia tak pernah bisa keluar dari tubuh dan pikiran kita meski dipaksa. Bahagia itu selalu bersemayam dan sesekali tidur saat kita merasakan sakit yang mendalam.

Ia kerap diam tak mengatakan apa-apa. Namun selalu berharap untuk dibangkitkan lagi meski sebenarnya tidak pernah mati.

Bahagia akan datang lagi [image source]
Bahagia akan datang lagi [image source]
Pemimpi, di setiap kita merasakan sakit, merasakan kehilangan, merasakan lelah, merasa tak punya harapan lagi. Kebahagiaan selalu siap untuk mengembalikan senyum-senyum yang terlanjur gugur sebelum kita lakukan.

Sakit memang teramat pedih. Namun di balik itu semua selalu akan ada kebahagiaan yang menjelma menjadi apa saja. Entah itu berupa sahabat yang siap menemani kita. Keluarga yang menerima kita kapan saja. Atau, ia yang tak pernah terlihat, tapi selalu berdoa untuk kita setiap hari.

Terakhir, bahagia itu bisa berwujud kedewasaan dalam diri. Untuk berani melangkah dari masa lalu dan membentuk harapan akan masa depan baru yang lebih baik.

Pembual, terima kasih untuk setiap sakit yang kau beri. Aku juga akan bahagia, bahkan melebihimu!

Written by Adi Nugroho

Leave a Reply

Kakek Romantis, Tinggal di Bawah Jembatan Demi Beli Cincin Berlian dan Kalung Emas

7 Fakta Ilmiah Konten ‘Esek-Esek’ yang Pengaruhnya tak Bisa Disepelekan