Pendidikan memang sangat penting untuk menunjang kehidupan di masa yang akan datang. Dengan pendidikan pula, seseorang bisa merubah nasibnya menjadi lebih baik. Namun sayang, mahalnya biaya pendidikan di negeri kaya raya ini seolah memupuskan harapan bagi mereka yang tak mampu. Yang miris, anak-anak para kaum bawah tersebut, merupakan sosok potensial yang dapat merubah nasib bangsa ini jika diberikan kesempatan.
Hal itu pula yang harus dirasakan oleh Ratnasari. Hidup berkalang kemiskinan, tak menyurutkan langkahnya untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Anak tukang pemulung plastik tersebut, akhirnya sukses menjadi sarjana, mengalahkan mereka yang lebih mampu dari sisi ekonomi. Seperti apa kisah harunya? simak ulasan berikut.
Sosok yang datang dari keluarga sederhana
Ratnasari bukanlah datang dari keluarga yang berkecukupan. Hidupnya bisa dibilang penuh perjuangan dan deraian air mata. Anak ketiga dari pasangan Alm.Sukar dan Titin ini, harus melalui usaha yang terjal dan berliku demi membiayai kebutuhan pendidikannya.
Kondisi melarat yang memacu dirinya agar lebih sukses
Jika mengenang masa lalunya dulu, Ratnasari pernah menempati rumah yang masih belum teraliri oleh listrik. Keluarganya saat itu tak mampu untuk membayar tagihan listrik. Dalam kegelapan itulah ia bertahan hidup dengan saudaranya yang lain.
Mengajar di Yayasan yang memberinya banyak pengalaman
Hidup berkecukupan dengan orang tua angkat, tak membuat dirinya terbuai oleh kenikmatan. Seminggu sekali ia pulang ke daerah Pemulung, tempat dimana orang tua kandungnya tinggal. Sembari menjenguk orang tua kandungnya, Ratnasari juga ikut mengaji di yayasan MAI yang kebetulan dekat dengan lokasi tempat tinggalnya tersebut.
Sempat dilema memilih antara bekerja dan kuliah
Mendengar sang ayah sakit parah, ia pun memohon izin ada orang pengasuh angkatnya untuk tinggal sementara dengan orang tua kandungnya. Hal ini dilakukan agar ia bisa mencari kerja sembari merawat sang ayah. Disaat yang sama, orang tua angkatnya menawari dirinya untuk melanjutkan kuliah.
Sukses menjadi sarjana dan mengabdi sebagai pengajar di yayasan
Ketika sang ayah wafat, ia telah berhasil lulus kuliah dan menjadi seorang sarjana. Ia pun sempat berpikir untuk mencari kerja di tempat lainnya, dengan resiko ia harus meninggalkan profesi sebagai pengajar muda di yayasan tersebut.
Sosok tegar yang mampu mengangkat ekonomi keluarganya
Sembari mengabdi sebagai tenaga pengajar muda di yayasan MAI, Ratnasari juga aktif berkuliah demi masa depannya yang lebih baik. Pada hari biasa, ia aktif mengajar materi umum, baca Al-Qur’an, dan Bahasa Inggris. Waktu akhir pekannya digunakan untuk berkuliah.
Tak pelak, kisah inspiratif yang dilakukan oleh Ratnasari, membuat kita harus berkaca pada diri sendiri. Ia yang merupakan anak seorang pemulung, bisa meraih kesuksesan yang sama, tak kalah dengan mereka yang berkecukupan. Yang patut diacungi jempol, Dirinya juga mengabdi sebagai pengajar anak-anak kurang mampu. Semoga kisah perjuangan Ratnasari, bisa menginspirasi kita semua, sekaligus mengambil hikmah terbaik dari usaha dan kerja kerasnya.