in

Kenapa Sih Anak Jakarta Selatan pada Dinyinyirin karena Ngomong ‘Literally’?

Akhir-akhir ini gaya bicara penghuni Jakarta Selatan sedang banyak dibicarakan netizen. Hal ini bermula dari netizen twitter bernama @seterahdeh, yang mencuit perbedaan orang Indonesia, Bandung, Bekasi, dan Jakarta Selatan (Jaksel) ketika mengekspresikan rasa bingung mereka. Ternyata, banyak juga warga twitter yang merasakan hal serupa.

Tweet tentang Anak Jaksel [sumber gambar]
Muncul lagi tweet dari @heychiko yang menulis gaya bicara anak-anak Jakarta lebih spesifik. Bagaimana anak Jakarta Utara (Jakut) menyebutkan nominal angka dengan semestinya, yaitu “lima puluh ribu,” sedangkan anak Jakarta Timur (Jaktim) dengan singkat-singkat, yaitu “mapuluhrebu.” Anak Jaksel dengan ciri khas mencampur bahasa Inggris dan Indonesia menjadi “around fifty thousand gitu deh,” sedangkan anak Jakarta Barat (Jakbar) dengan goban.

Anak Gaul Jaksel ft Jonatan Christie [sumber gambar]
Lelucon ini pun menyebar ke kanal media sosial lainnya seperti instagram, line, hingga WhatsApp. Tak dipungkiri lagi jika banyak anak Jaksel yang langsung dikucilkan dan merasa terpojok dengan lelucon tersebut. Selama ini, memang banyak anak Jaksel yang tak bisa lepas dari penggunaan kata “which is,” dan “literally,” dalam percakapannya. Sebelum masuk ke dalam mengapa anak Jaksel gemar menggunakan bahasa campuran Inggris dan Indonesia, mari menilik arti kata which is dan literally terlebih dahulu. Menurut kamus Merriam Webster, kata literally digunakan ketika seseorang ingin menekankan sesuatu yang benar-benar terjadi, secara akurat. Sedangkan intisari.grid.id juga menyatakan hal serupa dengan contoh sebagai berikut. Menuliskan kalimat “Aku kemarin lihat Jonatan Christie, jantungku mau copot,” frasa “jantungku mau copot” hanyalah sebuah perumpamaan, sehingga kurang begitu cocok jika disertai kata literally sebelumnya. Sehingga, intisari.grid.id, menyarankan pergantian kata figuratively daripada literally dalam kalimat tersebut, menjadi “Aku kemarin lihat Jonatan Christie, figuratively jantungku mau copot.”

Kebijakan Soeharto tentang kawasan pemukiman di Jakarta Selatan [sumber gambar]
Nah pertanyaannya, mengapa anak Jaksel gemar sekali menggunakan kata which is dan literally dalam percakapan sehari-hari? Hal ini dipetakan dengan baik oleh Joan Aurelia dalam tulisannya berjudul Apa yang Kita Bicarakan Saat Membicarakan Tongkrongan “Anak Jaksel,” yang dimuat di tirto.id. Bagian selatan Jakarta, 42 tahun lalu merupakan tempat yang kurang lazim untuk sebuah pemukiman. Bahkan, daerah Kemang—yang kini menjadi pusat pergaulan anak Jakarta pernah disebut sebagai “tempat jin buang anak.” Joan menulis, Jakarta Selatan tumbuh menjadi proyek pemukiman semenjak Soeharto mengeluarkan intruksi Presiden pada tahun 1976. Niatnya adalah sebagai peringanan tekanan penduduk dengan membuat pola pemukiman secara lebih merata. Namun, malah orang-orang kaya yang sanggup membeli rumah di kawasan selatan Jakarta ini.

Parkiran Timur Senayan dan Amigos Kemang [sumber gambar]
Bahkan, pada tahun 1990-an saja anak Jaksel sudah bergaul dengan cara ketemuan di Parkir Timur Senayan, naik mobil menuju Amigos dan nongkrong sambil menikmati live music, menjinjing tas Louis Vuitton (LV) serta kaos Iceberg melekat pada dirinya. Selain menjadi pemukiman orang mapan dan berjamurnya tempat nongkrong, banyak pula anak-anak Jaksel yang disekolahkan hingga ke luar negeri. Ketika kembali pulang ke Indonesia, kebiasaan berbahasa Inggrisnya pun mulai bercampur dengan bahasa Indonesia. Sehingga, hal tersebut akhirnya menular kepada anak-anak nongkrong yang tidak sengaja mendengar gaya berbicara mereka.

Kardashians Family [sumber gambar]
Apa yang salah dengan kata which is dan literally, kok anak Jaksel sampai dipojokkan? Kesalahan dalam arti fatal sebenarnya tidak ada, hanya saja sebuah kafe di New York yang melarang penggunaan kata literally. Mereka menyebut kata literally sebagai kata yang terlalu sering digunakan dan mengganggu dalam bahasa Inggris. Mereka juga menyebut Kardashianism yang merujuk pada keluarga Kardashian. Banyak ABG di dunia yang mengagumi keluarga Kardashian mulai dari Kim Kardashian, Kanye West, hingga Kylie dan Kendall Jenner. Jika Sahabat Boombastis pernah menonton serial televisi berjudul Keeping up with The Kardashians, maka kata literally akan banyak sekali kalian dengar. Meskipun tak ada hubungan yang signifikan bagi anak Jaksel dengan keluarga Kardashian, mereka tetap di-bully. Kenapa, ya?

OOTD Anak Jaksel [sumber gambar]
Hal ini diungkapkan oleh beberapa netizen twitter yang menganggap kata literally sangat mengganggu dan terlalu sering digunakan, seperti yang sudah ditulis di atas dan juga bersumber pada kamus Mirriam Webster. Terkadang pula, banyak anak Jaksel yang menggunakan kata literally tidak tepat pada konteks sebuah kalimat. Sehingga, mereka hanya akan terlihat “keminggris” daripada memang memiliki kemampuan berbahasa Inggris. @MerryMP pun menulis “Ngaku2 anak Jaksel padahal KTP masih di Klaten. Di Jaksel baru ngekos 2 bulan. Tapi ngomong dah wicas wicis.” Beberapa pembelaan pun muncul, “katanya harus berani ngomong bahasa Inggris meskipun nggak bisa-bisa banget agar terbiasa?” Benar. Namun, jika sudah ketahuan konteks kalimat yang kita ucapkan salah, mengapa tak mencoba memperbaiki daripada terus-menerus menggunakannya?

Written by Harsadakara

English Literature Graduate. A part time writer and full time cancerian dreamer who love to read. Joining Boombastis.com in August 2017. I cook words of socio-culture, people, and entertainment world for making a delicious writing, not only serving but worth reading. Mind to share your thoughts with a cup of asian dolce latte?

Leave a Reply

Pesta Pernikahan dan Dangdutan di Area Pekuburan, Begini Reaksi Netizen

Lama Tak Terlihat, Beginilah Kabar ‘Mengejutkan’ Timnas U-16 Sang Juara Asia Tenggara