Mengenal dan mengetahui kisah hidup orang-orang besar sepintas seperti tak ada gunanya. Tapi kalau kita gali lebih dalam, ada banyak dampak positif yang bisa kita ambil dari mendalami kisah orang-orang besar dan ternama. Salah satunya adalah untuk mendapatkan cambukan motivasi agar kita pun bisa mengikuti jejaknya untuk jadi orang besar yang namanya tetap akan diingat dan dikenang karena banyaknya karya dan kontribusi yangs sudah diberikan pada dunia.
Kali ini kita akan mengenal sosok besar yang merupakan filsuf muslim pertama. Namanya Abu Yusuf Ya’qub Al-Kindi. Al-Kindi, begitu namanya lebih akrab dikenal dunia merupakan seorang pembesar filsafat. Tak hanya itu, ia juga merupakan seorang ilmuwan besar muslim di bidang kedokteran. Bahkan ia juga merupakan pemilik salah satu pemikiran terbesar yang sudah dikenal sepanjang peradaban manusia.
1. Al-Kindi Sudah Yatim Sejak Kecil
Al-Kindi menghabiskan masa kanak-kanaknya di Kufah. Saat masih kecil, ayah Al-Kindi wafat. Meskipun ia seorang anak yatim, ia tak begitu saja putus asa atau menyerah dalam menuntut ilmu. Berbagai macam ilmu ia kuasai selama di Kufah, Basrah, dan Baghdad. Tak hanya ilmu-ilmu agama saja, ia juga mempelajari sejumlah ilmu lain. Sebut saja filsafat, logika, matematika, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran, teknik mesin, dan juga musik. Wah, benar-benar beragam sekali ya bidang ilmu yang ia pelajari.
2. Kejeniusan Al-Kindi Sempat Jadi Sumber Kedengkian Orang-Orang di Sekitarnya
Melihat seseorang yang begitu cerdas dan genius, kita sendiri mungkin akan merasa sedikit iri, berharap kita juga bisa memiliki kejeniusan yang sama. Tapi tiap orang pastinya lahir dengan keistemewaan dan anugerah yang berbeda-beda. Dan hal inilah yang tampaknya tak bisa diterima begitu saja oleh sejumlah orang di sekitar Al-Kindi.
3. Al-Kindi Punya Keistimewaan dalam Berpikir
Pemikiran ilmiah Al-Kindi memiliki keistimewaannya sendiri. Ia termasuk salah satu golongan ilmuwan pertama yang memegang pedoman pada metode eksperimen sebagai cara untuk menyimpulkan hakikat ilmiah. Ilmuwan Belanda, De Bour bahkan sudah mengakui hal ini. Selain itu, Al-Kindi juga mengakui pentingnya peranan ilmu matematika dalam membangun serta melatihnya untuk bisa terus konsisten dengan kebiasaan berpikir yang benar. “Filsafat tidak dapat diperoleh kecuali dengan menguasai ilmu matematika,” begitu katanya. Siapa sangka ya ternyata ilmu matematika juga punya peranan besar dalam filsafat.
4. Karangan Al-Kindi Sudah Mencapai Ratusan tapi Kebanyakan Hilang
Dalam bukunya, Tarikh Al-Ilm wa Daur Al-Arab fi Taqaddumihi, Dr. Abdul Halim mengatakan kalau buku karangan Al-Kindi sudah lebih dari 230 buku. Namun, yang sangat disayangkan, kebanyakan dari buku-buku tersebut hilang. Sudah ada banyak karya yang ia buat di berbagai bidang ilmu. Hanya saja tak semuanya bisa sampai ke tangan kita kecuali judul-judulnya saja.
Salah satu kontribusinya di bidang ilmu alam dan fisika adalah tesisnya tentang warna biru langit. Ia menjelaskan bahwa warna biru bukanlah warna langit itu sendiri, akan tetapi merupakan warna dari pantulan cahaya lain yang asalnya dari penguapan air serta butir-butir debu yang bergantung di udara.
5. Kecerdasan dan Kejeniusannya Membuat Namanya Abadi
Sebagai seorang genius dan telah menghasilkan ratusan karya, jelas namanya akan terus abadi meskipun sudah wafat. Cara De Vaux, seorang orientalis Perancis mengutarakan, “Al-Kindi merupakan salah satu dari dua belas ilmuwan terkemuka di dunia.” Sementara itu, Roger Bacon, seorang pendeta juga ilmuwan Inggris memberikan kesannya sendiri. “Al-Kindi dan Al-Hasan bin Al-Haitsam berada di barisan pertama bersama Ptolemaeus,” ungkapnya. Teori Al-Kindi dalam bidang teknik yang didasarkan pada rumus-rumus matematika Yunani sangat mempengaruhi Roger Bacon.