Beberapa waktu terakhir platform media sosial X dibikin heboh dengan kebangkitan dan kepedulian anak muda terhadap kondisi pemerintahan. Setelah Indonesia digoyang demonstrasi besar-besaran hampir di seluruh negeri, kini giliran Nepal yang berguncang dengan perlawanan kaum muda terhadap para pejabat negara.
Yang menarik, demonstrasi di Nepal ini dikaitkan dengan Indonesia. Beberapa menyebutkan bahwa pergerakan sosial pada negara di kaki Himalaya tersebut terinspirasi oleh apa yang telah terjadi di Tanah Air.
Kabar yang tak disangka, anak muda Nepal gelar aksi besar-besaran
Adalah Ashok Kumar (@brosheph_stalin), sebuah akun dari platform X yang tiba-tiba saja mengabarkan adanya demo besar-besaran di Nepal. Tidak ada angin, tidak ada hujan, muncul aksi massa yang menentang korupsi dan ketidaksetaraan.
Akun tersebut menjelaskan bahwa pergerakan ini ‘Inspired by Indonesia.’ Terinspirasi Indonesia. Anak-anak muda turun ke jalan hingga membakar gedung parlemen mereka. Terasa mirip, bukan?
Mirip Indonesia, terjadi pembakaran gedung parlemen dan jatuhnya korban jiwa
Tak hanya pembakaran gedung parlemen, beberapa kemiripan juga terjadi antara demo di Indonesia dan Nepal. Ada sebuah usaha untuk membatasi meluasnya aksi ini dengan penutupan akses media sosial sebagai garda terdepan dalam pemberitaan dan perluasan kabar.
Selain itu, penanganan terhadap aksi demonstrasi di Nepal juga sangat parah. Dikabarkan bahwa pasukan yang dikerahkan pemerintah dengan tegas menembakkan peluru tajam hingga mengakibatkan 20 orang meninggal dunia, termasuk anak-anak.
Penyebab aksi adalah korupsi dan gaya hedon keluarga pejabat
Pada awalnya, demo berdarah di Nepal dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Perdana Menteri KP Sharma Oli yang telah berkuasa sejak 2016. Kemudian ada hembusan isu lain mengenai hedonisme keluarga pejabat yang suka pamer kekayaan mereka di media sosial, padahal situasi ekonomi dunia sedang sulit-sulitnya.
Terjadinya kasus korupsi besar-besaran yang melibatkan beberapa pejabat juga disinyalir sebagai pencetus aksi demo. Termasuk di dalamnya adalah perjanjian jual-beli pesawat Airbus A330 berbadan lebar untuk maskapai nasional, Nepal Airlines, yang terindikasi korupsi.
Muncul pula para buzzer yang berusaha mentahkan isu demo di media sosial
Buzzer sepertinya sudah menjadi kebutuhan bagi kehidupan bermedia sosial masa kini. Tujuannya, tentu saja untuk membelokkan pangkal masalah dan mengaburkan esensi dari sebuah perjuangan.
Termasuk pula dalam demo Nepal, muncul akun-akun yang menyuarakan opini untuk merusak fokus pergerakan dalam melawan korupsi, dimana ada akun-akun yang menyebut keterlibatan pihak asing, dari CIA hingga filantropis dunia, George Soros. Pernyataan itu dimentahkan oleh akun lain yang menyebut, daripada menyalahkan pihak asing, sebaiknya menyadari bahwa pemerintah Nepal memang tidak becus kerja.
Paksa mundur Perdana Menteri Nepal
Usai demo berdarah yang renggut 19 nyawa hingga pembakaran rumah dinasnya, Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli mengundurkan diri, (9/9/2025). Sebelum mengundurkan diri, Oli mengatakan kepada seluruh partai politik di Nepal bahwa ‘kekerasan bukanlah kepentingan bangsa dan harus ada dialog damai untuk menemukan solusi atas masalah ini.’
Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Kemarahan masyarakat Nepal sudah tak bisa diredam, merusak dan membakar rumah-rumah pejabat. Kabar terakhir, kemungkinan militer akan turun tangan mengendalikan negara hingga pemerintahan kembali pulih.