in

Sangarnya Jahre Viking Ships, Kapal Laut Terbesar Buatan Umat Manusia Setelah Bahtera Nabi Nuh

Sejak peristiwa banjir besar yang menghantam bumi di masa kehidupan Nabi Nuh Alaihissalam, bisa dibilang ukuran kapal yang digunakan untuk mengangkut manusia, hewan dan tumbuhan itu menjadi yang terbesar di masanya. Beranjak di era modern, manusia juga berlomba-lomba membuat sebuah kapal laur yang berukuran raksasa.

Salah satunya adalah kapal tanker Norwegia yang bernama Jahre Vikings Ships. Dilansir dari dailymail.co.uk, panjang Jahre Viking bahkan dua kali lipat dari Titanic. Dibuat oleh dibangun pada 1979 oleh galangan kapal di Kanagawa, kapal laut yang juga bernama Seawise Giant itu menjadi legenda sebagai kapal terbesar dalam sejarah manusia modern.

Dipesan oleh raja kapal Yunani yang kemudian dijual kepada pengusaha asal Cina

Pada awalnya, proyek pembangunan kapal laut yang awalnya bernama Seawise Giant ini dilakukan oleh seorang tokoh di bidang perkapalan Yunani. Namun sayang, ia menolak mengambilnya meski telah berhasil dibuat. Seawise sendiri mulai dibangun pada 1979 oleh galangan kapal di Kanagawa di Jepang.

Sempat dimodifikasi hingga menjadi kapal pegangkut terbesar di dunia

Ukuran Jahre Viking dengan kapal lainnya [sumber gambar]
Tak ingin rugi, Seawise kemudian dijual kepada pengusaha CY Tung yang merupakan pendiri perusahaan pengangkutan, China Hong Kong Orient Overseas Container Line. Di tangannya, Seawise dimodifikasi dengan menambah panjang dan daya angkut beban menjadi 100.000 ton. Dengan berat kemudi 230 ton, baling-baling 50 ton, plus muatan penuh 657.000 ton, kapal ini jadi yang terbesar dari jenisnya yang pernah dibuat.

Tenggelam karena dibom oleh pasukan Irak di era Saddam Hussein

Sempat terbakar dan tenggelam akibat terkena bom pasukan Irak [sumber gambar]
Digunakan untuk mengangkut minyak dalam jumlah besar, kapal ini bertugas di rute antara Timur Tengah dan Amerika Serikat. Namun sayang, musibah menghampiri Seawise Giant pada saat berlabuh Pulau Larak pada 1988. Saat itu, peperangan tengah pecah antara Irak dan Iran. Seawise pun terkena bom parasut milik tentara Saddam Hussein yan membuatnya terbakar dan karam di lautan.

Ditarik dari dasar laut dan terus membuat masalah pemiliknya

Ditarik kembali dan diperbaiki ulang hingga berganti-ganti nama [sumber gambar]
Oleh Norwegian conglomerate Norman International, kapal ini kemudian diangkat ke permukaan dan diperbaiki di Singapura. Nama baru Happy Giant pun disematkan sebagai pengganti Seawise. Hingga kemudian, Norweigan mogul Jorgen Jahre membeli kapal tersebut dengan hara USD 39 juta (setara Rp 400 miliar) dan menamainya Jahre Viking, pada Oktober 1991. Sosoknya yang besar, ternyata membawa masalah di kemudian hari. Selian ongkos perbaikan dan operasional, kapal jenis ini juga tak bisa masuk di perairan tertentu.

Sosok kapal raksasa yang akhirnya berakhir di museum

Kapal raksasa yang akhirnya resmi dimuseumkan dengan nama terakhir Mont [sumber gambar]
Karena ukurannya yang besar, Jahre Viking kesulitan saat memasuki perairan dangkal. Karena tidak efektif, kapal kemudian dibeli oleh First Olsen Tankers Norwegia, berganti nama menjadi knock Nevis pada 2004. Hingga beranjak 2010, kapal tersebut melakukan perjalanan terakhirnya ke India hingga berakhir di Maritime Museum Hong Kong. Namanya sendiri telah berubah menjadi Mont.

BACA JUGA: 5 Kapal Induk Terbesar di Dunia yang Keberadaannya Bikin Keringat Dingin

Meski sempat menyandang gelar sebagai kapal terbesar di era modern, toh nasib Jahre Viking akhirnya harus teronggok di museum. Ukurannya yang besar, ternyata malah mengundang problem tersendiri bagi para pemiliknya. Meski demikian, sosoknya akan selalu dicatat dalam sejarah sebagai kapal raksasa yang belum tersaingi hingga saat ini.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Tak Hanya Gemerlap Saja, 4 Tempat di Korea Selatan Ini Terkenal Karena Angkernya

Mirisnya Human Zoo, Kebun ‘Binatang’ Namun Diisi Oleh Manusia Hidup di Era Penjajahan Kolonial