in

Tarian Mistis Seblang, Ritual Ucap Syukur yang Dipersembahkan oleh Suku Osing Banyuwangi

Ritual akan berlangsung selama 7 hari [sumber gambar]

Kisah sekelompok mahasiswa yang KKN di Desa Penari masih terus berlanjut. Masih banyak sekali netizen yang kepo dan ingin tau, apakah cerita ini asli atau hanya hiburan yang dikarang oleh penulis belaka. Namun, sejauh ini, penulis @SimpleMan mengatakan bahwa cerita tersebut memang nyata adanya dan merupakan pengalaman seseorang yang ibunya kenal,

Karena cerita tersebut, ada banyak netizen yang mengadakan investigasi dan menebak di mana lokasi serta tempat kejadian. Padahal, dari si penulis sendiri sudah mengingatkan bahwa tak perlu mencari tahu. Selain mencari lokasi, KKN tersebut dikaitkan dengan banyak hal-hal berbau mistis, salah satunya adalah Tari Seblang –yang banyak dikaitkan dengan tarian mistis yang dimaksud. Apakah itu faktanya?

Nah, untuk mengetahui hal tersebut, mari kita bahas bersama fakta mengenai Tari Seblang asal Banyuwangi ini.

Penari Seblang dipilih langsung oleh dukun

Untuk menjadi seorang penari Seblang enggak main-main, seseorang harus mempunyai darah seorang penari Seblang juga. Dalam arti ibu atau neneknya harusnya seorang yang pernah menjadi penari Seblang. Nantinya, para penari ini akan dipilih oleh dukun atau tetua adat setempat. Ritual Seblang ini juga hanya bisa dijumpai di dua desa di Banyuwangi yaitu desa Bakungan dan Olihsari, yang keduanya masuk dalam kecamatan Glagah.

Para penari Seblang [sumber gambar]

Satu sama lain punya kriteria berbeda dalam memilih penari mereka. Di Bakungan, yang menjadi penari haruslah mereka yang belum akil baligh, sedangkan di Olihsari harus orang yang sudah monopouse atau wanita di atas 50 tahun. Karena menurut mereka, dua jenis perempuan tersebut suci.

Ritual yang dilaksanakan selama tujuh hari

Melansir dari eastjava.com, pelaksanaan ritual seblang dilakukan selama tujuh hari dan pada hari terakhir terdapat prosesi seblang idher bumi keliling kampung. Penari seblang akan diberi ritual berupa kekuatan magis yang membuatnya mampu menari setiap hari selama enam jam dan tujuh hari berturut-turut tanpa lelah.

Ritual akan berlangsung selama 7 hari [sumber gambar]

Sama seperti persyaratan yang pertama, dua desa tersebut berbeda dalam menentukan waktu diadakannya ritual Tari Seblang. Untuk masyarakat di desa Olihsari diselenggarakan saat satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.

Merupakan hal sakral dan pertemuan dua dunia

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penari seblang diberi kekuatan magis sehingga ia bisa menari terus tanpa henti. Penari ini konon tak berlatih terlebih dahulu, karena mereka akan dirasuki oleh makhluk lain –yang bermakna pertemuan dua dunia. Sambil menari, mereka akan diiringi oleh 12 lagu khas Osing yang didendangkan.

Yang terkena selendang harus menari [sumber gambar]

Di tengah tarian berlangsung, maka sang penari akan melemparkan selendangnya secara acak kepada para penonton. Bagi mereka yang terkena lemparan, maka harus menari untuk beberapa waktu (bersama penari tentunya, ya). Jika tidak, sang penari akan mengejar orang tersebut hingga ia mau menari.

Tarian sebagai wujud dari rasa syukur kepada sang penguasa

Masih melansir eastjava.com, Tari Seblang adalah wujud dari rasa syukur atas karunia yang diberikan oleh sang Pencipta dan juga menjadi permohonan untuk tolak bala. Di arena tempat diadakannya ritual Seblang ini, ada pula amben, semacam meja kecil tempat menaruh boneka nini towok,

Sebagai bentuk rasa syukur [sumber gambar]

bunga-bunga yang nantinya akan dijual pada penonton, hiasan dari janur, tebu, padi hingga sesajen. Hiasan padi, tebu dan tanaman pangan lainnya adalah melambangkan kesuburan yang patut disyukuri. Sedangkan boneka nini towok adalah lambang kesuburan dan simbol padi.

BACA JUGA: Mengenal Sintren, Tarian Khas Cirebon yang Penuh dengan Mistis

Terlepas dari apakah tarian ini ada kaitannya dengan tarian badarawuhi yang ada di KKN Desa Penari, penulis juga tidak tau pasti. Yang jelas, Tari Seblang ini sudah berumur ratusan tahun dan masih terus dijaga hingga sekarang oleh masyarakat di dua desa tersebut.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Menilik Kekhawatiran Para PNS di Jakarta Saat Ibu Kota Dipindahkan ke Kalimantan Timur

Kisah M. Adam, Mantan Nelayan yang Jadi Bandar Narkoba yang Berharta Rp 12,5 Triliun