in

Sejarah Asal Usul Halal Bi Halal dan Sungkeman

Budaya sungkem

(Baca Juga:Sekilas Tentang Agama Baha’i, Aliran Sesat Sempalan Syi’ah)

Dalam budaya Jawa, seseorang “sungkem” kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji dan ini merupakan bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua atau dituakan. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukkan perilaku utama. Tujuan sungkem, pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua, sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”. Istilah “ngapura” tampaknya berasal dari bahasa Arab “ghafura”.

Para ulama di Jawa tampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadan. Selain untuk meningkatkan iman dan takwa, juga mengharapkan agar dosa-dosanya di waktu yang lampau diampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung mohon pengampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya bisa terhapus jika dia masih bersalah kepada orangorang lain yang dia belum minta maaf kepada mereka?

Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masing-masing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari Lebaran, karena puasa telah lebar (selesai), dan dosa-dosanya telah lebur (terhapus).

Dari uraian di muka dapat dimengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal merupakan perpaduan antara unsur budaya Jawa dan budaya Islam. Sungguh baik maksud dan tujuan para ulama menggabungkan unsur budaya dan unsur agama menjadi satu sehingga satu sama lain tidak saling tumpang tindih.

Selanjutnya Sejarah Halal Bihalal

Written by Admin

Leave a Reply

Pohon Ajaib Bisa Berbuah 40 Jenis Buah

presiden chechnya

Obama Dicekal di Chechnya