Sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa membalas jasa kedua orangtua. Meskipun kita membelikan apartemen bermiliar harganya atau menghajikan mereka puluhan kali, tetap tidak secuil pun jasa mereka untuk kita terbalaskan. Lalu bagaimana caranya agar bisa dianggap membalas jasa? Tidak ada! Selain kita tetap berbakti serta menjaga mereka sepenuh hati.
Kisah orangtua beruntung kebanyakan digambarkan dengan kesuksesan anaknya yang punya usaha dan juga banyak properti. Apakah harus seperti ini? Hmm, tidak juga. Ketika melihat seorang anak berbakti kepada orangtuanya dengan segala kekurangan, kita bisa menyebut ayah dan ibu si anak itu beruntung sekali. Seperti kisah pria bernama Zhang Jianlo ini yang mungkin akan membuat kita malu setengah mati.
Pria ini kehilangan kedua lengannya, namun masih sanggup merawat kedua orang tuanya yang renta. Bahkan ia sanggup memberikan hunian yang layak meskipun ia tidak memiliki dua buah tangan untuk menyusun bata-batanya dengan apik. Ya, memang tidak akan ada seorang pun yang bisa membalas jasa orangtua, namun kita pasti setuju kalau yang paling mendekati hal tersebut adalah pria ini.
Kehidupan Zhang kecil sama menyenangkannya seperti bocah pada umumnya. Ia bermain dengan tawa riangnya dan juga kadang menangis ketika ada teman sebaya yang menjahilinya. Ketika berumur 11, awal mula bencana bagi Zhang pun ditakdirkan. Suatu ketika ia mengalami insiden tersengat listrik yang hampir membunuhnya.
Kondisi fisik tubuhnya sebagian besar baik-baik saja, namun tidak demikian dengan kedua belah tangannya. Bagian tubuh ini mengalami kerusakan parah dan tidak ada tindakan medis lain yang bisa dilakukan selain mengamputasi keduanya. Tidak punya pilihan, orangtua Zhang pun memilih memotong kedua tangan putranya ini agar ia bisa tetap hidup walaupun kali ini tidak akan semudah sebelumnya.
Benar sekali, hidup jadi jauh lebih sulit untuk Zhang. Hidup tanpa kedua lengan mungkin tidak terbayangkan untuknya, namun kini jadi rutinitas yang mau tidak mau harus dijalani di sisa umurnya. Kini Zhang sudah berumur 43 tahun dan nampak sudah tidak mengalami masalah sehari-hari seperti ketika awal-awal kedua tangannya menjadi hampa.
Zhang bekerja sebagai buruh tani untuk menghidupi kedua orangtuanya. Berhubung keduanya sudah cukup renta, Zhang pula yang merawat mereka berdua. Termasuk pula urusan mengelola pekerjaan rumah. Semua ditanganinya dengan cekatan.
Mengurus orangtua dengan kedua tangan lengkap saja mungkin jadi beban berat bagi kebanyakan orang. Namun hal tersebut sama sekali tidak terlihat menghiasi wajah Zhang meskipun ia hidup tanpa lengan. Kondisi menyenangkan baginya yang mungkin terlihat menyedihkan untuk orang lain ini bertahan lama, hingga akhirnya satu lagi bencana berat mendatanginya.
Tujuh tahun lalu, sang ayah meninggal dunia. Membuat hidup jauh lebih berat lagi. Dulu ia cukup sering dibantu sang ayah, kini sudah tidak ada lagi yang akan membantunya menjaga sang ibu ketika bekerja atau sekedar menggantikan pekerjaan mengurus rumah di kala Zhang masih mengurusi hal yang lain. Ia benar-benar sendiri sekarang.
Tuhan memang maha adil, justru di situasi serba susah seperti itu, Zhang malah mampu membangunkan ibunya sebuah rumah yang layak. Rumah yang dibangunnya dari hasil keringatnya sendiri selama bertahun-tahun ini adalah hal yang sudah disiapkannya cukup lama untuk bisa dinikmati keluarganya.
Ketika ditanya, kenapa sih Zhang bisa melakukan semua hal menakjubkan ini? Tanpa tangan tapi bisa menjaga kedua orangtua bahkan bisa membangunkan sebuah rumah yang layak. Jawabannya ternyata sangat indah. “Ini adalah sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan anak kepada orangtuanya. Ibu mengasuhku sejak kecil. Sekarang mereka sudah tua dan kini giliranku merawatnya,” ungkap Zhang tulus.
Hal menakjubkan apa yang sudah kita lakukan untuk orangtua? Apakah kita sudah menjaga mereka dengan baik? Atau bahkan memberikan rumah yang layak dengan kedua belah tangan kita yang masih sempurna ini? Pertanyaan-pertanyaan ini memang sudah semestinya kita terus pertanyakan kepada diri sendiri. Apalagi setelah mengetahui jika ada orang seperti Zhang yang bahkan benar-benar mampu membahagiakan orangtuanya meskipun ia sendiri sangat kesulitan untuk menyisir rambutnya sendiri. Salut!