in

Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk Konstatinopel

istanbul
Istanbul

Kalau kita pernah mendengar kisah tentang penaklukan Konstantinopel oleh seorang kaum Islam, tentu tak asing lagi dengan nama Muhammad Al-Fatih. Dialah Pemimpin yang berhasil mengerahkan pasukannya untuk menaklukkan Konstantinopel dan sekitarnya untuk berada dalam naungan Islam.

Muhammad Al-Fatih lahir di Adronah pada tahun 833 H, dengan nama lengkap Muhammad bin Murad bin Muhammad bin Ba Yazid. Dia mendapat julukan Al-Fatih yang artinya adalah Sang Penakluk karena keberhasilannya menaklukkan Konstantinopel. Sedangkan orang-orang Eropa memanggilnya Tuan yang Agung.

Saat kecil, dia banyak belajar dari seorang ulama bernama Syaikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani. Dia belajar ilmu fiqih, hadits, dan menghafalkan Al-Qur’an. Sejak kecil, Al-Fatih sangat haus oleh ilmu dan sangat semangat untuk belajar dan terus belajar. Sehingga wajar dia tumbuh menjadi pemuda dan sosok yang cerdas dan memiliki wibawa. Al-Fatih menguasai berbagai macam bahasa dunia, diantaranya bahasa Arab, Persia, Latin, Yunani, dan Italia.

muhammad-al-fatih
Muhammad Al-fatih

Dalam pendidikan militer dan kepemimpinan, Al-Fatih dilatih sendiri oleh Sang Ayah. Ayahnya sendiri yang menjadi gurunya berkuda dan menggunakan senjata perang. Untuk semakin memantapkan ilmu yang telah diajarkannya pada sang Anak, Ayahnya selalu mengajak Al-Fatih dalam setiap peperangan yang dipimpinnya.

Al-Fatih memiliki karakter yang sangat pemberani dan penuh kasih sayang, selain itu dia memiliki tubuh yang sehat, kuat, dan tangkas. Al-Fatih juga memiliki semangat yang kuat sebagai seorang da’I dalam menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia.

Pada tahun 854 H, Al-Fatih dinikahkan dengan puteri dari Sulaiman Beik oleh Ayahnya. Sulaiman Beik adalah seorang penguasa daerah Dzi Al-Qadr. Dan pada tahun 855 H, setahun setelah pernikahannya, Ayahnya meninggal dan otomatis pada tahun itu juga Al-Fatih dibai’at (disumpah) menggantikan Ayahnya sebagai khalifah atau pemimpin.

Sejak muda, Al-Fatih sangat mendambakan bisa menaklukkan Konstantinopel. Hal ini karena begitu ingatnya dia akan Hadits Rasulullaah SAW yang berbunyi, “Kalian pasti mampu menaklukkan Konstantinopel. Komandan pasukannya adalah sebaik-baiknya komandan dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.”.

Dan dari motivasi hadits Rasulullaah SAW tersebut, Al-Fatih terus berjuang keras dan berusaha mencetak pasukan-pasukan terbaiknya. Tentunya tak hanya penggemblengan fisik dan otak yang dilakukannya, namun yang lebih utama adalah ruhani atau hubungan yang kuat dengan Allah SWT.

istanbul
Istanbul

Pada tahun 857 H, Al-Fatih mulai mempersiapkan pasukan-pasukan terbaiknya untuk bergerak menuju Konstantinopel. Pengepungan di Konstantinopel membutuhkan waktu yang sangat lama, dikarenakan adanya bantuan dari tentara Romawi yang bertugas menghalangi pasukan Al-Fatih.

Ketika Al-Fatih dan pasukannya memasuki teluk, para pasukan Romawi itu segera menutupnya dengan sebuah rantai yang besar. Dalam keadaan yang kurang mendukung seperti itu, Al-Fatih tak kekurangan akal, dengan kecerdasannya, dia segera memerintahkan pasukannya untuk memindahkan perahu-perahu lewat daratan dari Pelabuhan Posfor ke Pelabuhan Tanduk Emas.

Dia juga membuat sebuah sungai kecil sepanjang 7 km. Dalam satu malam, Al-Fatih dan pasukannya berhasil membuat sebuah benteng. Benteng tersebut memiliki tinggi yang melebihi benteng di Kota, sehingga memudahkannya untuk menyerang.

Sebelum menyerang kota Konstantinopel, Al-Fatih terlebih dahulu menawarkan jalan damai dengan mengirim utusan kepada Kaisar Romawi agar menyerah, namun ternyata Kaisar Romawi menolaknya. Dan akhirnya Al-Fatih beserta pasukannya menyerang Konstantinopel. Pada tahun 857 H, Konstantinopel berhasil ditaklukkan oleh Muhammad Al-Fatih dan pasukannya. Setelah menaklukkan Konstantinopel, sebagai rasa syukurnya yang tak terkira, Al-Fatih kemudian shalat dua rakaat dan mengubah nama kota tersebut menjadi Islam Bul yang artinya Kota Islam.

Walaupun telah menjadi penguasa Konstantinopel, namun Al-Fatih sangat mengayomi pemeluk agama lain. Dia mengizinkan dan bahkan menjaga keamanan para pemeluk agama Nasrani untuk tetap menjalankan kehidupannya seperti biasa dan beribadah di gereja masing-masing.

Mereka juga diizinkan memilih pemimpin tertinggi gereja dan mendirikan gereja di wilayah tersebut. Al-Fatih selalu berpesan kepada bawahannya untuk memperlakukan penduduk kota dengan sebaik-baik perlakuan.

Di Konstantinopel yang kemudian dikenal dengan nama Islam Bul, Al-Fatih mendirikan masjid-masjid, sekolah-sekolah, lembaga pengetahuan, perpustakaan, sekolah kedokteran, pasar-pasar, rumah sakit-rumah sakit, jembatan-jembatan, dan berbagai fasilitas yang membuat Islam Bul menjadi kota yang sangat berjaya pada masa itu dalam bidang perekonomian dan keilmuan.

Peradaban Islam yang dibawa Al-Fatih pada masa itu kini masih bisa dilihat di Konstantinopel. Sebegitu kuatnya budaya Islam mengakar, membuat kebudayaan peninggalan Al-Fatih tak pernah bisa hilang.

Pada tahun 885 H, Al-Fatih meninggal dunia dalam keadaan syahid, saat menjalani safar atau perjalanan menuju Roma. Usianya kala itu 49 tahun. Dan, semoga kisah kepahlawanan dan keshalihan Al-Fatih mampu menjadi teladan bagi kita dan anak cucu kita. Bahwa pemimpin hebat itu adalah dia yang memiliki tujuan dakwah sebagai perjalanan hidupnya, serta selalu meletakkan Allah di atas segala-galanya dalam setiap urusannya.

Maka ketika dia bertekad dan berjuang untuk menolong agama Allah, Allah pasti akan memudahkan urusannya dan meneguhkan kedudukannya (seperti dalam surat Muhammad ayat 7). Semoga kisah ini bermanfaat. (sof)

Written by Sofia Fitriani

Leave a Reply

Ini Dia 4 Spot Snorkeling di Karimunjawa yang Mendunia

5 Keistimewaan Hari Jumat Bagi Umat Islam