in

Fakta Unik dari “Mother of all bombs”, Kartu AS Amerika yang Buat ISIS Porak-Poranda

Sampai saat ini, Amerika Serikat masih terkenal sebagai pemilik senjata paling maju di dunia. Apalagi beberapa waktu yang lalu, negeri paman Sam itu menjatuhkan bom paling besarnya di kamp pertahanan ISIS. Bukan hanya korban jiwa, bahkan daerah sekitar menjadi luluh lantak. Bom ini digadang-gadang sebagai salah satu bom non-nuklir terbesar di dunia.

Ya, mungkin memang jarang orang tahu, bom bernama GBU-43/B itu ternyata memiliki julukan ‘Induknya Segala Bom’. Baik dari pembuatan, pengangkutan hingga uji coba kerusakan, semuanya ditangani oleh para ahli khusus. Lantaran begitu perkasa, wajar kalau Amerika membusungkan dada dengan eksistensi si ibunya para bom ini. Penasaran mengenai info lengkap soal bom yang bikin tentara ISIS ini pontang-panting? Simak ulasan berikut.

Daya ledak setara nuklir

Setara Nuklir [image source]
Mother of All Bombs (MOAB) memang sengaja didesain agar menciptakan kerusakan yang sangat luar biasa. Tidak tanggung-tanggung, penciptaan bom ini oleh memang dikhususkan untuk membuat sebuah bom masif yang memiliki daya rusak setingkat nuklir. MOAB memiliki ledakan setara dengan 11 ton TNT yang tingkat kerusakannya sampai bermil-mil jauhnya. Namun tidak seperti nuklir, bom edan ini bisa dibilang “ramah lingkungan”. Pembuatan bom ini sendiri dimulai saat pemerintahan George Bush pada tahun 2003. Hingga sekarang, MOAB menjadi bom paling besar yang dimiliki oleh pemerintah Amerika Serikat.

Biaya yang ugal-ugalan

MOAB [image source]
Hanya untuk sebuah senjata perusak masif seperti ini, pemerintah Amerika Serikat harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari bahan dasar hingga pengangkut khusus, menjadi tanggungan dari negeri paman Sam itu. Sekitar $16 juta bahkan hingga $313 juta harus dikeluarkan hanya untuk membuat bomnya saja. Itu tidak termasuk pesawat pengangkut khusus C-130 Hercules yang memang sengaja diperuntukkan untuk menjatuhkan bom raksasa ini. Berat bom ini bisa mencapai 8.2 ton, sehingga tidak bisa jika diangkat oleh pesawat pengangkut yang biasa.

Percobaan dan penggunaan

Bom Khusus [image source]
Pada tahun 2003, bom ini pertama kali mengalami uji cobanya di daerah Florida. Hasilnya, sekitar 70 titik di daerah percobaan itu hancur karena ledakan dari bom ini.  Selain itu, jangkauan dari bom ini juga sudah melampaui ekspektasi dari yang diharapkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Beberapa kabar juga pernah mengabarkan kalau MOAB juga pernah digunakan pada serangan ke Irak pada 2003 silam, namun pihak Amerika menampik isu tersebut. Namun pada tanggal 13 April 2017 kemarin, militer Amerika Serikat benar-benar meluncurkan bom masif ini ke tempat persembunyian para tentara ISIS. Akhirnya sampai saat ini dikabarkan kalau ada hampir 82 korban yang meninggal di pihak ISIS dari ledakan MOAB ini.

Itu baru ibunya dan ini ayahnya

FOAB [image source]
Memang, Amerika punya sebuah bom yang dijuluki sebagai ibu dari segala bom. Namun Rusia ternyata punya Ayah dari segala bom. Sebuah bom dengan kode nama ATBIP milik Rusia diberi julukan Father of All Bomb (FOAB). Memiliki berat hanya 7 ton, FOAB memiliki kemampuan ledakan empat kali lipat milik bom terbesar milik Amerika. Radius ledakan minimal 300 meter, menjadikan FOAB ini sebagai bom non-nuklir paling besar di dunia. Bom raksasa ini harus diangkut oleh sebuah pesawat khusus Tupolev Tu-160 karena saking beratnya jika dibawa oleh pesawat pengangkut biasa. Jika MOAB saja bisa menghancurkan 9 blok kota, bisa dibayangkan jika FOAB ini dijatuhkan, maka akan ada kerusakan masif yang luar biasa akibat ledakan dari bom terbesar di dunia ini.

Pembuatan bom raksasa dengan ledakan setingkat nuklir ini memang bukti kemajuan zaman. Namun semoga senjata canggih itu tidak disalahgunakan oleh negara-negara tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Apalagi kalau sampai dampaknya juga mengenai orang-orang sipil yang tak tahu menahu.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

Pelayan Kafe di Jepang ini Dijamin Bakal Bikin Cowok Gemes Nggak Pengen Pulang

Kenalan Sama Sujatmi Sunowaparti, Superhero DC yang Ternyata Asli Indonesia